KEBAIKAN HATI

13 0 0
                                    

"goblok banget jar, kenapa gak kamu sapa"

"tapi kan dia jauh"

"deketin napa, lemaah"

"tapi kan dia nungguin orang lain takut ganggu"

"kebanyakan tapi sekali lemah ya lemah"

Begitu terus saja hatiku dan otakku beradu pendapat. Hatiku yang selalu mensuport. Lain halnya dengan otakku yang terus bersikap bahwa itu mustahil. Kalau di suruh milih pun pasti kata hati yang kupilih. Tapi otakku selalu saja menyangkal dan selalu terhasut. Dua bagian tubuhku ini sangat susah sekali di atur. Bagaikan minyak sama air tidak bisa nyatu. Kalau di bilang labil sih mungkin iya, tapi ini memang beneran membuat aku pusing harus menurut yang mana. Terkadang aku pingin sekali berdiskusi sama mereka untuk mendapatkan suatu titik temu yang tidak pro kontra.

Kali ini aku lebih condong untuk memilih otakku. Aku memang bukan siapa siapa. Cuman sebatas teman ngechat. Tegur sapapun sungguh memalukan, selalu mengalihkan muka. Hanya di chat saja, bisa ngomong lancer tapi sebenarnya itu butuh revisi berkali kali sampai di baca berulang kali.

"anjingg lemah kali aku ini, apa cerita ke hasta ya. Siapa tau bisa dapet masukan."

"tidak ah hasta kalau nasehatin, ditanya bakwan yang enak dimana bisa sampai jadi udang rebus" memang benar tiap kali aku curhat pasti enggak ada yang beres.

Masih saja aku ragu ragu akan keputusanku. Ingin rasanya melepas otakku ini. Banyak ngeluhnya ini otak. Bisa gak sih bongkar pasang otak seperti di tv kartun tokohnya bintang laut. Enak banget bisa gonta ganti otak. Kalau ingin jadi goblok di lepas, ingin jadi pintar tinggal pilih otak yang lain. Sayangnya cuman ada di imajinasi saja.

Sibuk berimajinasi hingga kelupa bahwa harus masuk ke kelas. Terlalu bersemangat mendengarkan debat antara otak lawan hati sudah sampai kelantai 4 aja aku. Kelasku kali ini ada di lantai 2 jadi harus turun lagi. Padahal itu aku sedang dalam posisi terlambat masuk.

"hahahaha..." dari seorang yang sedari tadi tidak ku sadari berada di sampingku.

Ku balas dengan senyuman manis. Manis apa nya malu yang ada. Ternyata kebiasaan kumat lagi. ku kira ngomong udah di dalam hati. Betulan aku pun tidak sadar. Cuman bisa berdoa semoga tidak ketemu orang itu lagi. di jalan turun menuju kelas pun masih bisa bisanya tertawa karena kegoblokan yang telah aku perbuat.

Seperti biasa sampainya di kelas aku memojokon diri dan bersikap serius. Bukan serius memperhatikan tapi serius berdiskusi dengan hati dan otakku.

"gimana teman teman, apa yang harus saya lakukan?"

"cari dulu dia seperti apa maunya dia apa." kata hati

"inget, tadi dia pergi sama siapa mending cari tau siapa cowok itu." seperti biasa otak sudah bertindak.

Hal yang begini bisa bisanya aku lupa. Rasa negative negative kembali bangkit. Marah dan iri hati menjadi satu sehingga berubah menjadi rasa malas.

"hmm, benar juga siapa ya dia. nyerahlah teman"

"JANGAN, KAMU HARUS TETAP BERUSAHA." Kata hati.

"iya benar tuh, lagian bisa aja cuman teman." Otak bisa bisanya sependapat dengan hati.

"ya gimana gak pesimis gini. Chatku aja gak pernah di balas. Di balaspun lama sekali. Dan dia sudah jelas jelas dengan bercanda canda gitu kan bikin iri." Negative yang sudah merasuki tubuhku lebih dalam.

"INGAT SOBAT, KAMU ITU JANGAN MERASA RENDAH DIRI. BUKTINYA DIA SELALU BALAS KAN DAN PANJANG PANJANG BEGITU." Hati mulai bersabda

"iya kawan, usahamu aja masih belom ada sudah menyerah begitu."

Menyukaimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang