47. TIGA INSAN

6.1K 553 22
                                    

PULAU JEJU

THE SHILLA JEJU

Malam semakin larut. Namun Glamping Village masih terlihat ramai karena keseruan tim yang dibawa Lisa dan Jennie. Tim yang dibawa Lisa dan tim FASCINÉ sendiri sudah benar-benar terlihat akrab. Makan malam ini berhasil menyatukan kedua tim, dan mereka pun siap untuk bekerja sama keesokan harinya.

Lisa masih tersenyum lebar melihat kelakuan-kelakuan gila dari kedua tim. Mereka bermain gitar dan bernyanyi keras-keras, sembari menari dengan gerakan random yang malah memancing gelak tawa disana. Lisa sendiri tidak yakin jika mereka bertingkah gila seperti ini karena alkohol. Karena ketika Lisa mengedarkan pandangan, Lisa hanya melihat satu dua kaleng bir dan botol soju disana. Sisanya? Lisa hanya melihat banyaknya kaleng jus dan kaleng kopi. Jelas kedua tim tidak ingin lalai dalam bertugas. Bersyukurlah karena mereka masih ingat apa tujuan mereka datang ke Pulau Jeju ini.

Ketika Lisa asyik terkekeh karena gerakan-gerakan tari aneh mereka, Jennie yang masih duduk disamping Lisa sudah mulai terkantuk-kantuk. Mungkin karena efek alkohol yang sedari tadi ia minum. Bukan berarti Jennie lemah pada bir, atau soju. Hanya saja, alkohol yang ia konsumsi hari ini memberi efek rileks pada tubuhnya, ditambah dengan angin malam yang semilir, rasanya seperti meninabobokan Jennie. Matanya mulai tidak bisa diajak kompromi. Dan tanpa sadarnya, kepala Jennie jatuh ke pundak Lisa.

Jantung Lisa hampir copot ketika tubuhnya merasakan ada yang bersandar ke pundaknya. Ketika ia menengok, Lisa melihat Jennie memejamkan matanya dengan nyaman. Tapi Lisa sedikit khawatir. Apakah dia pingsan? tanya Lisa dalam hati.

"Jennie..." Lisa menggoyangkan tubuh Jennie pelan. Tapi Jennie tidak bergeming. Lisa semakin panik. "Jennie..." bisik Lisa lagi sambil menggoyangkan tubuh Jennie sedikit kencang. Jennie masih tidak bereaksi. Ketika Lisa hendak menyebut nama Jennie lagi, suara dengkuran halus yang lolos dari mulut Jennie membuat Lisa menahan senyumnya dengan gemas. Ya Tuhan... kenapa dia begitu menggemaskan? Gumam Lisa dengan tatapan yang masih tertuju pada wajah Jennie.

"Jeun..." panggil Lisa pada gadis yang sedari tadi masih duduk disamping Jennie. Jeun langsung menolehkan kepalanya kearah Lisa dengan kedua alis yang terangkat. "Bosmu sepertinya kelelahan..." kata Lisa sambil menunjuk kearah Jennie yang sudah benar-benar terlelap di pundaknya. "Bisakah kau membantuku membukakan pintu kamar? Aku akan membawanya ke kamar..." lanjutnya.

"Euh... Anda akan membawanya sendiri Nona Lisa? Saya bisa minta tolong orang lain untuk menggendong Nona Kim ke kamar..."

Lisa menggeleng cepat.

"Tidak apa-apa... kau cukup membantuku membukakan kunci pintu kamar. Oke?" ucap Lisa lagi. Jeun mengangguk patuh. Lisa mengeluarkan kunci pintu kamar dari saku jaketnya yang sedang dikenakan Jennie dan memberikannya pada Jeun.

Dengan hati-hati Lisa menahan kepala Jennie dengan tangan kirinya. Tangan kanannya merengkuh tubuh Jennie dan merapatkan kepalanya ke dada. Setelah dirasa siap, tangan kirinya langsung meraih bagian bawah lutut kedua kaki Jennie dan mengangkat tubuh Jennie dengan mudah (bridal style). Lisa menganggukkan kepala kearah Jeun, memberi tanda kalau ia sudah siap untuk kembali ke kamar. Jeun mengekori Lisa dari belakang. Tapi, sebelum berjalan menuju kamar, Lisa menghampiri Manager Oppa. Manager Oppa hanya melihat Lisa dengan pandangan tak percaya.

"Ya... ada apa ini?" tanya Manager Oppa dengan mulut membulat sempurna.

"Jangan berpikir macam-macam..." jawab Lisa cepat dengan wajah kesal. "Jennie kelelahan dan tertidur. Lebih baik aku bawa dia secepatnya ke kamar Oppa..." lanjutnya. Manager Oppa langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat. "Aku juga akan langsung beristirahat. Jangan tidur terlalu malam Oppa. Besok pagi kita sudah mulai bekerja..."

STAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang