8. Peduli.

22 9 1
                                    

Pagi pagi sudah ada teriakan dari abang terlaknatnya itu, tak tahu apa ini rumah bukan hutan yang bisa bebas melakukan apapun.

"Rereeee bangun ga lo apa harus gue siram air panas biar bangun?" Kini abangnya yang hanya memunculkan kepalanya saja di sela sela pintu kamar Rere.

"Serem amat bang. Iya iya nih bangun nih" Rere yang bangun dari tidurnya dan masih mengumpulkan setengah nyawanya itupun kaget saat abangnya mencipratinya dengan air susu.

"Bangun ga lo mau jadi apa kalo males malesan gini, lu tuh ya cewe" kesal abangnya sambil memegang gelas berisikan susu.

"Aduh manis kaya gue. Ini apaan si" teriak Rere yang masih memejamkan matanya itu karna air susu di mukanya.

"Susu, buruan melek trus bangun abis itu mandi lu bau" ejek abangnya yang meletakan sususnya di nakas sebelah tempat tidur Rere.

"Ihh ngga bau juga emang abang ga mandi sehari aja baunya udah kaya ga mandi berbulan bulan" ejek Rere yang kini telah ngacir ke kamar mandi jika tidak, mungkin ia sudah di jitak oleh abangnya ini.

"Lo tuh ya masih untung gue perhatiin" kesal abangnya yang mengambil kembali susu yang tadi ia taruh di atas nakas.

"Iya abang kuuu, cinta kuuu, sayan---"

"Udah ga usah mulai gue jijik dengernya"

"Halah biasanya juga abang yang bilang gitu duluan kan pas ada maunya" kini Rere teriak karna sudah mulai melakukan ritual mandinya.

Tak butuh waktu lama bagi Rere mandi hanya 15 menit saja sudah cukup baginya.

Sekarang ia sedang menuruni tangga dan hendak menuju meja makan dengan seragam yang sudah rapih dan sepatu yang tak lupa ia kenakan.

"Bang hari ini nganterin Rere bisa ga? Bosen nih naik bus mulu kalo ga angkot kan sekalian irit" kini sudah ada abangnya yang duduk di kursi meja makan.

"Ga bisa nanti abang di kerumunin cewe cewe di sekolah lo lagi ogah ah gue risi".

Ya memang abangnya yang bisa di bilang tampan ini agak sedikit trauma ingat sedikit saat ia menjemput adiknya ini yang sedang berada di UKS karna pingsan saat upacara jadi mau tak mau ia harus ke sekolahannya waktu itu.

Sudah banyak sekali yang mengerubunginya bahkan mencolek colek dagu Nadhif -abang Rere- karna ketampananya tersebut pas ia sudah sampai di sekolah nya Rere dan melewati lapangan.

"Yaudah deh gapapa Rere berangkat dulu takut ga kedapetan bus nya" lalu ia mengambil tas ransel nya dan meminta sedikit uang kepada abangnya itu untuk ongkos.

"Assalamualaikum" baru saja ia ingin menutup pintu namun suara abangnya membuatnya tidak jadi melakukannya.

"Waalaikumsallam. Ati ati kalo ada yang macem macem inget langsung telephon gue".

"Siap bang, Rere jalan dulu".

Di perjalanan yang cukup jauh karna harus melewati komplek perumahannya dan berjalan lagi hingga ke halte bus itu sangat melelahkan bagi Rere.

Akhirnya bus yang akan di tujunya sampai setelah menunggu sekitar lima menitan.

Setelah ia masuk dan duduk di dekat jendela ada yang telat datang sambil berlari dan mengetok ngetok pintu bus tersebut sambil teriak.

Antara Lelah Dan BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang