(5) Permainan

2.9K 51 0
                                    

Aku tak pernah membayangkan akan berada di posisi seperti ini. Ini adalah sebuah ketakutan yang paling dalam. Selama hidupku dikejar-kejar oleh polisi tak pernah membuatku ketakutan dan menangis. Namun laki-laki berwajah malaikat ini adalah mimpi paling burukku.

Aku hanya bisa menangis, sesegukan sambil terus berdoa agar siapa saja mengeluarkan aku dari sini.

Kondisiku sekarang sangat buruk. Sangat-sangat buruk. Kedua tanganku diikat ke atas kepala. Sedang kedua kakiku diikat longgar oleh sebuah borgol. Lebih parahnya lagi, mulutku disumpal dengan kain dan kedua mataku ditutup. Aku tidak bisa melihat apapun dalam gelap.

"Shhh! Jangan menangis, bukankah kamu memang selalu seperti ini?" ucap laki-laki itu sambil membelai pipiku. Aku menggeleng dan menangis.

"Shhhh! Diamlah," bisiknya lembut. Berikutnya aku merasakan lehermu dikecup dan dijilat. Aku menggeleng namun kedua tangannya menahan kepalaku.

"Harum," bisiknya lagi.

Ya Tuhan, bantu aku!

Leherku terus dikecupnya, membuatku berteriak geli. Sesaat kemudian aku tersentak. Ada jemari di antara kakiku yang bergerak menuju daerah sensitif itu.

Tangisanku semakin keras. Jantungku sudah berdetak tidak karuan. Keringat dingin juga mengucur deras.

"Hei, di sini basah!" bisiknya lagi. Tangannya masih menggosok celanaku. Aku terkejut saat ia membuka celana jeansku.

Aku merasakan sensasi dingin karena celana jeans sudah lepas entah kemana, meninggalkan celana dalam. Berikutnya aku merasakan bajuku dirobek. Ya Tuhan, aku dilecehkan lagi?

Tiba-tiba ada suara yang begitu cepat, membuat semua membeku. Aku bisa merasakan kepala laki-laki ini terangkat dan tangannya berhenti bekerja. Detik berikutnya aku mendengar ada suara yang sama. Seperti suara tembakan?

"Sialan!" umpat laki-laki ini.

Berikutnya aku mendengar pintu didobrak dan tembakan terjadi lagi. Aku menangis ketakutan. Apa lagi yang terjadi sekarang?

"Aku akan membuat perhitungan denganmu, Sehun!" teriak laki-laki berwajah malaikat itu.

Dalam gelap aku bisa mendengar suara sepatu yang bersentuhan dengan lantai. Beberapa saat kemudian penutup mataku dibuka. Untuk pertama kalinya, aku bersyukur melihat wajah Sehun. Dan untuk pertama kalinya, aku benar-benar menangis lega tatkala ia memelukku setelah melepaskan ikatan.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya.

Aku membenamkan wajah di dadanya. Mengangguk perlahan demi menjawab pertanyaannya.

"Syukurlah," ucapnya sambil mengeratkan pelukannya. Kemudian ia mendorong tubuhku menjauh lalu menyelimutiku dengan selimut. "Mari kita pulang," ucapnya sambil mengangkatku.

*** MAFIA ***

Seseorang mengelus kepalaku perlahan. Berkali-kali ia mengusapnya. Bahkan sampai menyentuh pipiku dengan tangan dinginnya. Aku membuka mata, melihat lengan baju berwarna hitam yang bergerak. Aku memejamkan mata lagi. Sesaat kemudian aku membukanya. Kali ini lebih lebar hingga bisa melihat wajah laki-laki yang membuatku tenang.

"Kamu sudah bangun?" tanyanya lembut sambil terus mengusap rambutku.

Aku berkedip, memperjelas penglihatanku yang sempat buram.

"Min Ah," panggilnya.

Aku bergumam menyahutnya. Aku menarik napas dalam lalu menghembuskannya. Ada rasa nyeri ketika aku mencoba menarik napas. Ah aku lupa, sebelumnya mereka menendangku.

Mafia's ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang