Siang ini aku berencana kabur dari ruang rawat. Bagaimanapun aku harus menghindari Sehun. Tiada hal baik jika berurusan dengan laki-laki itu. Aku hanya akan mendapatkan pelecehan yang lebih jika tetap berada di dekatnya. Ia hanya menganggapku boneka pemuas nafsu. Tak lebih.
Hal lainnya adalah aku tidak ingin jatuh cinta dengannya. Semakin lama berada di dekatnya maka akan semakin besar peluang bahwa aku akan kalah olehnya. Bukankah salah satu alasan jatuh cinta adalah terbiasa. Maka aku tak ingin merasa terbiasa dengannya.
Aku bisa keluar dari ruangan tanpa ketahuan. Berikutnya aku harus mencari baju ganti agar tidak dikenali sebagai pasien di sini. Maka tujuanku adalah ruang ganti karyawan. Aku yakin mereka meletakkan beberapa pakaian di sana.
Beruntung, aku menemukan setelan yang terdiri dari kaus putih dan rok jeans selutut. Um, ini bukanlah gayaku. Tapi apa boleh buat.
Aku juga menemukan sebuah topi untuk menutupi dahiku yang terluka. Dan maaf untuk pemilik baju. Aku juga memakai uang yang berada di saku rok ini. Semoga Tuhan membalas kebaikanmu karena telah memberiku uang untuk membayar taksi.
Tak cukup lima belas menit aku keluar dari taksi san segera memasuki kantor. "Bos!" sapaku kepada seorang lelaki paruh baya yang sedang membaca penuh konsentrasi.
"Um? Ada apa dengan wajahmu?" tanya Bos.
"Bos, jangan bertanya jika sudah mengetahuinya." Aku menghempaskan tubuhku di sofa. Juga menyandarkan kepalaku, menatap langit-langit.
"Bagaimana caranya kamu terlibat dengan Oh Sehun? Dan Lalu Park Chanyeol?"
"Takdir!" balasku singkat.
"Min Ah, kamu tahu kan dua orang itu bukan orang yang mudah? Mereka berbahaya!" tegas Bos.
Aku menggaruk belakang telingaku. "Bos, aku sudah tahu."
"Lalu? Kenapa kamu masih berurusan dengan mereka? Oke, dengan Park Chanyeol bisa kupahami, semua karena paket. Tapi Oh Sehun? Bagaimana bisa kamu mengenalnya, huh?"
"Ceritanya panjang Bos. Dan kuharap Bos tidak memintaku untuk menghabiskan berjam-jam untuk menjelaskan semuanya." Aku memejamkan mata, merasakan hembusan kipas angin yang membelai wajahku.
Kipas angin?
Aku menegakkan tubuhku lalu berkata, "Bos, kipas angin dari mana itu?"
"AC ruangan ini rusak kemarin sore. Dan aku tak ada waktu untuk memperbaikinya." terang Bos.
"Tapi Bos, aku lebih suka kipas angin ini. Entah kenapa membuatku ingin tidur terus-menerus." Aku menyandarkan kepalaku lagi dan memejamkan mata. Ah, angin sejuk ini membuaiku hingga terlelap.
"Maka aku harus segera memperbaiki AC," keluh Bos bersamaan dengan suara kertas yang dibalik.
"Bos," panggilku.
"Um?"
"Aku boleh istirahat untuk beberapa hari?"
"Kenapa?"
"Yah, aku hanya tidak ingin merusak perasaanku lebih jauh." Aku menarik napas. Untuk beberapa hari aku ingin keluar dari lingkaran iblis ini. Aku ingin beristirahat dan bermain ke toko Hye Ri. Bagaimana kabar gadis itu ya? Sudah beberapa hari ini aku tidak ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia's Man
RomanceWarning 18+ Aku tidak pernah menyangka akan masuk dalam kegelapan dunia ini, di mana terdapat sisi lain yang haus akan darah. Dia, laki-laki yang begitu bengis menarikku secara paksa. Membuatku mengotori tanganku dengan darah yang lebih banyak. "Apa...