"Nona tidak membersihkan diri dan makan, huh?" tanya laki-laki tadi yang kembali masuk sesuai ucapannya.
Aku hanya mengatupkan mulut dan semakin memeluk lututku. Mataku mengawasi setiap geriknya di dekat meja rias.
Ia menghela napas. Tiba-tiba ia berbalik dan berjalan mendekatiku. Aku panik. Entah mengapa wajah Suho yang muncul di tengah kepanikanku.
Aku menejamkan mata. Berharap suatu keajaiban Suho datang dan membebaskanku dari tempat terkutuk ini.
"Mungkin, aku harus membantu Nona mandi!"
Aku membeliak. "Tidak! Tidak! Biar ... biarkan aku sendiri!" jeritku.
"Baiklah, aku akan menunggu sepuluh menit untuk Nona bersiap-siap." Usai mengatakan hal itu laki-laki itu pun pergi.
Aku tidak bisa bermimpi di sini. Tak akan ada keajaiban yang datang untuk membantuku. Tak ada pertolongan yang pantas untuk orang sepertiku. Aku hanyalah sampah yang hidup di atas dunia ini.
Tak terasa mataku berair. Air mataku jatuh bercampur dengan derasnya air yang jatuh membasahi seluruh tubuhku. Aku berjongkok, memeluk lutut dan membiarkan air dingin menyelimutiku. Tak mengapa, rasa ini tak seberapa.
Kedua tanganku terikat tatkala laki-laki itu mengantarkanku ke ruangan Chanyeol. Begitu ia berteriak mengabarkan diriku setelah mengetuk pintu, jantungku mulai bertalu. Perutku mulai terasa sakit.
Saat pintu terbuka aku didorong masuk pintu ditutup kembali. Detik berikutnya aku mencoba membuka pintu kembali, namun tidak bisa.
"Dia telah dikunci!"
Aku berbalik dan melihat sosok Chanyeol yang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Beberapa bagian rambutnya masih basah, mungkin ia baru saja selesai mandi.
Aku menelan ludah. Perlahan aku menjatuhkan diri di dekat pintu itu lalu menunduk.
"Aku ... aku mohon. Jangan lakukan hal itu. Kumohon!"
Aku menangis. Terisak sambil terus mengulang kalimat-kalimat itu.
Tiba-tiba daguku dicengkram dan kepalaku terangkat, menatap Chanyeol yang sangat dekat.
"Bukankah hanya itu tujuanmu di sini?"
Aku berusaha menggeleng.
Chanyeol tersenyum miring. Sebelah tangannya yang lain mencengkam bagian leher baju gaun berwarna hitam ini.
"Aku janji! Aku janji tidak akan mencoba kabur! Aku janji akan patuh padamu! Tapi kumohon, jangan lakukan hal itu kepadaku!" pintu sambil menatap tepat di maniknya.
"Tidak akan kabur? Patuh kepadaku?" ulangnya. Aku bisa merasakan cengkraman di bajuku semakin kuat.
Ah, sepertinya dunia sudah berakhir untukku. Ya sudah, sekalian saja aku mengakhiri hidupku juga setelah ini.
Beberapa saat kemudian aku tidak merasakan dagu dan bajuku dicengkram. Aku melihat ke tubuhku lalu kembali ke wajah Chanyeol. Untuk beberapa saat kami hening. Diam dalam pandangan masing-masing.
Aneh!
Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Kenapa laki-laki ini hanya diam membeku dengan sorot mata yang tak bisa dibaca?
Berikutnya kedua lengan atasku dicengkam. Aku dipaksa untuk berdiri. Lalu tanganku ditarik menuju tempat tidur.
Aku menjerit dan meronta. Aku juga menarik diriku berlawanan arah. Namun sepertinya tenagaku tidak sekuat biasanya. Jika sebelumnya aku bisa membuatnya berhenti sebentar namun tetap kalah oleh tarikannya, maka sekarang aku bagaikan benda beroda yang sangat patuh untuk ditarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia's Man
RomanceWarning 18+ Aku tidak pernah menyangka akan masuk dalam kegelapan dunia ini, di mana terdapat sisi lain yang haus akan darah. Dia, laki-laki yang begitu bengis menarikku secara paksa. Membuatku mengotori tanganku dengan darah yang lebih banyak. "Apa...