Bab 1

204 32 59
                                    

Tiga hari kemudian, hujan malam mengguyur Kota Brooklyn, membuat suasana rileks dan nyaman untuk sebagian orang. Apalagi jika berada pada kafe, beserta minuman hangat, ditambah bacaan ringan. Itulah yang sedang dilakukan oleh pria ramping, dengan rambut pirang acak-acakan, dua puluh tahunan. Sedang asiknya menyisir tiap baris kata dengan iris biru. Si pirang memilih duduk paling ujung, agar lebih dekat dengan suara air yang mengalir tenang pada jendela.

Lonceng pintu kafe berbunyi, ada seorang pria berjas hujan hitam, masuk menuju ke tempat duduk yang telah diisi oleh si pirang tadi. Ia jadi penasaran, siapa yang berani duduk satu meja dengannya? Lelaki itu menutup buku, dan melirik tajam seseorang di hadapannya.

Pria dengan rambut hitam panjang seleher, poninya sedikit menutup beberapa centi mata. Wajah datar akibat jarang berekspresi. Iris coklatnya balas menatap.

Ada jeda beberapa saat, hingga kabel pada otak si pirang tersambung, membuat tegangan yang menggetarkan memorinya. Ia sampai berdiri menghentakkan meja. Saking terkejutnya, membuat gagap sementara. Melemparkan ekspresi seperti monyet yang baru pertama kali melihat kaca. "K-k-kau masih hidup?!"

"Kau seperti sedang melihat hantu," ujar Cade tenang.

"Atau memang hantu?!" sekali lagi ia menghentakkan meja, seolah tidak percaya pada penglihatannya sendiri.

"Senang bertemu denganmu lagi, Willy. Bagaimana kabarmu? Kau sehat?" Cade melipat tangan, tertarik untuk mendengar kabar dari satu-satunya sahabat yang ia miliki.

"Hey, aku alergi pada formalitas. TAPI TUNGGU! Kau masih hidup?!" Kali ini hentakan meja yang ketiga.

"Berhenti menghentakkan meja." Suaranya terdengar lemas bukan karena tak bertenaga, melainkan sulit untuk berbicara lurus, jika lawan bicaramu seorang Willy.

"Aku dengar rumor bahwa kau sudah mati! Saat penyerangan rumah Boss Scythe, dan, dan rumah itu terbakar habis! Kemudian ditemukan banyak mayat hangus! Dan sekarang kau berada disini menyapa dengan santai!" Perkataannya hampir tak punya titik atau koma. Willy diantara senang dan panik. Sulit bagi otak jeniusnya memproses semua ini dengan instan.

"Itulah kenapa kau tidak boleh percaya pada rumor saja." Cade meminjam buku bacaan milik Willy, ia mulai mengecek buku tentang apa itu.

"Okay! Kalau begitu aku akan berhenti percaya bahwa rumor di kutub utara ada markas rahasia santa!" Willy sungguh sangat serius mengatakannya.

"Kau sudah 25, carilah pasangan hidup, jangan cari santa." Sahabat Willy menunjukkan buku yang ia baca dari tadi, tertampang jelas dan besar tulisan "CARA MENJEBAK SANTA DALAM RUMAH".

"Syukurlah ... kukira aku akan kehilangan satu-satunya temanku yang percaya Santa itu ada." Kepanikannya hilang, ia duduk lega dan tersenyum puas, seraya menyandarkan lengan pada kursi.

"Aku tidak percaya Santa." Itu adalah dua ratus kalinya Cade membantah.

Saat keadaan mulai tenang, dan Willy dapat menerima bahwa sahabatnya benar-benar masih hidup. Cade mulai masuk ke pembicaraan yang serius.

"Ada alasan mengapa aku menemuimu lagi, Willy. Langsung pada masalah, aku ingin kita berdua mencari Sol Inferos. Aku mendapatkan informasi bahwa benda itu ada pada organisasi Ortus yang meneror kota ini. Tidak lain dan tidak salah organisasi pembunuh-Scythe."

Scythe merupakan organisasi pembunuh yang punya banyak pencapaian jahat atas kota ini. Yang paling mengerikan lagi, adanya Ortus kuat menjadi anggota mereka. Cade mengusulkan misi yang hampir mustahil untuk dilakukan dua orang. Ataukah memang bisa?

Ia sendiri tidak yakin apakah hanya dengan berdua bisa mencari benda terkutuk itu. Jika memang harus berhasil, kemungkinannya hanya beberapa persen. Tapi, saat ini Cade memiliki sesuatu sebagai kartu AS yang bisa saja menaikkan persentase keberhasilan. Sekarang semuanya tergantung pada Willy, apakah ia akan membantu atau menolak tawaran Cade.

PATH FROM END : ONE Last Bullet [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang