Prolog

297 47 64
                                    

Semua orang menjalani malam yang berbeda. Ada yang berbahagia,  ada yang bersedih. Ada juga yang bersama dan ada yang sendiri. Dari banyak momen malam ini, terdapat satu kehidupan yang akan bertemu akhir.

Di tempat terpencil jauh dari keramaian, hanya terlihat rerumputan dan jalan satu arah dari rumah berukuran besar. Bangunan megah itu memancarkan nyala merah bersama banyak kumpulan asap menuju langit. Kondisinya tampak kacau dihabisi api.

Dari beberapa lokasi ruangan rumah itu, ada satu tempat yang masih utuh sedikit. Di dalamnya terdapat seorang pria yang tengah sekarat.  Ia terbatuk-batuk akibat kepulan asap yang tak hentinya mengganggu napas. 

Sulit baginya mempertahankan kesadaran, beberapa kali ia hendak jatuh pingsan, namun rasa panas yang luar biasa membuatnya terus terjaga. Perlahan pria itu mencoba membuka matanya, lalu melihat sekitar yang sudah dikelilingi oleh api. 

Pria itu berusaha mengangkat kepala menggunakan tenaganya yang tersisa. Menyandarkannya pada lemari jatuh di belakang.

Dekat dengan kematian tentu tidak membuat dirinya terkejut. Terutama saat ia menemukan lintasan darah, tepat berasal dari tangan kiri yang tergelak sedikit lebih jauh dari tubuhnya."Pantas saja ... rasanya aku tidak bisa mengangkat tangan kiriku ...," gumam pria itu dengan ekspresi masam.

"Cepatlah habis ... darahku ... aku ... sudah tidak kuat lagi ...." Suaranya terdengar lemas. Berulang kali ia berharap agar semua rasa sakit ini cepat menghilang. Syukur masih ada tempat untuk bersandar walau hanya lemari yang terjatuh tepat di sampingnya, hal tersebut sudah memberi sedikit kenyamanan sebelum ajal menjemput.

"Berbicara sendiri seperti ini ... aku mulai tidak waras ...." Pendarahannya sangat parah dan hampir tidak mungkin dapat disembuhkan. Jika saja ia memiliki sisa tenaga untuk mengangkat tangan kanan, maka sudah ia tembak kepalanya dari tadi.

Terdengar langkah kaki menggebu di balik lemari yang jatuh, terhitung empat orang menyerbu ruangan penuh api itu. "Dia masih hidup! Cepat habisi dia! Jika kita tidak benar-benar membunuhnya! Maka boss yang akan membunuh kita!"

Pria itu tak punya apa-apa lagi untuk melawan. Ia pasrah dan membiarkan mereka yang mengakhiri penderitaannya.

"Di balik lemari itu! Tembak sekarang!" Tiga orang dengan senapan serbu menembak secara acak mengarah pada lemari yang dimaksud. Peluru menembus kiri dan kanan, hingga salah satu tembakan berhasil melubangi dada pria berpakaian hitam yang sudah berlumuran darah. Memicu muntah darah seraya penglihatannya menjadi buram. Ketiga penembak lalu menghentikan serangan dan mencoba mendekat.

Sempat terpikirkan inilah saat-saat maut mendekat. Ia lalu berhalusinasi, melihat seorang lelaki bungkuk misterius, membawa kotak besar menembus dinding api, entah datang darimana. Mungkin saja itu malaikat pencabut nyawa, yang akan melakukan tugasnya mengambil jiwa saat akhir hayat sudah di depan mata.

Namun, apa yang disaksikan oleh mata sayu itu bukan sebuah halusinasi, melainkan sesuatu yang nyata. Lelaki tua itu berjalan lambat, sambil tersenyum ngeri dengan wajah penuh kerutan.

Langkah si tua semakin dekat lalu meletakkan kotak besar yang terus ia bawa. Pria itu tak dapat menerka siapa atau bagaimana bentuk wajahnya. Penglihatan lelaki itu sudah tidak terlalu bekerja saat ini. Apapun yang terjadi, biarkanlah ia mati dengan damai.

"Dia telah nemilihmu sang Pertama yang akan memulai segalanya. Terimalah Tuanku, terimalah kebenaranmu," ucapnya bersuara parau dengan gaya bicara yang lambat. Lelaki tua itu lalu membuka kotak besar dan mengambil isinya. Terdapat senggenggam Kristal merah pada tangan kanan, dan pada tangan kiri sebuah belati dengan ukiran rumit.

Tanpa peringatan apapun, lelaki tua itu merobek horizontal dada si celaka. Sampai  isi belahan dadanya terekspos. Kristal merah di tangan kanan si tua mulai bereaksi, seolah hendak menyamakan irama pada jantung pria itu. Anehnya, ia tidak merasakan sakit sama sekali saat dadanya dibelah.

Perlahan, lelaki tua itu memasukkan Kristal merah pada dada si celaka. Dimana benda tersebut bergerak masuk sendiri, merobek ruang dalam jantungnya. Detak jantung dan kilatan cahaya merah kristal tersebut menjadi satu irama, terus berdetak lebih kencang.

Cade Baldwin Ia mendengar suara misterius memanggil namanya. Kemudian lelaki tua itu mundur menjauh bersama kotak besar tadi. Menghilang begitu saja, meninggalkan Cade sendirian.

Mulai sekarang, kita akan berbagi satu pikiran, satu tubuh, dan satu kekuatan. Ketika suaranya dapat ditangkap dengan jelas, semua luka Cade kembali sembuh. Tangan yang putus menyatu kembali seperti magnet. Darah di lantai menjalar masuk ke dada yang sobek. Tenaganya terisi ulang, seakan nyawa baru saja ditarik dari sungai kematian.

Kesadaran Cade berada entah di mana, tempat gelap bersama dirinya yang melayang tidak jelas. "Sebutkan keinginanmu!" Suara misterius garang itu muncul kembali. Entah siapa dia. Bisa dipercaya atau tidak. Meskipun ia adalah iblis yang ingin melakukan perjanjian, hal itu bukan masalah lagi.

Cade memutuskan untuk menjawab dengan segala emosinya yang berkumpul. "Aku ingin menemukan orang yang memiliki Sol Inferos, dan menghancurkan benda terkutuk itu!" Ada kepuasan yang keluar dari hatinya saat ia menyelesaikan kata-kata tadi.

"Keinginanmu akan menunjukkan masa depanmu! Capai tujuanmu! Jadilah peluru yang terus maju! Namun, jika kau kehilangan tekad untuk lanjut! Maka nyawa tak lagi berguna untukmu! Wahai sang pertama, Cade Baldwin." Waktu seakan terhenti lalu kembali berjalan, ketika tiga orang dengan senapan serbu mendekati tubuh Cade yang sudah pulih. Satu orang memberanikan diri, mengarahkan senapannya pada kepala Cade. Dengan kecepatan tidak terduga, Cade memegang ujung senapan itu menggunakan tangan kirinya.

"Giliranku!" ucap Cade dingin. Bola mata si penembak membesar, menunjukkan sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, suara daging meletup terdengar setelahnya.

Buku novel pertama yang benar-benar telah selesai, semoga para pembaca bisa terus membaca sampai akhir cerita...

Menurut kalian bagaimana dengan prolog-nya? Berikan krisarnya jika berkenan ya...

Terima kasih banyak...

PATH FROM END : ONE Last Bullet [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang