prolog

498 32 4
                                    


"Apa?!" Tanya Hawa tepat saat Adam melewatinya. Pria itu tak menjawab pertanyaan istrinya. Adam malah berlalu begitu saja.

   Hawa semakin geram dengan tingkah suaminya. Ekor matanya masih mengekor pada tubuh tegap itu.

   Pria itu melempar jas kerjanya kearah keranjang yang terletak di sudut ruangan. Melihat tingkah Adam yang seperti anak kecil itu, Hawa semakin jengkel.

"Tidak bisakah kamu menaruhnya langsung di mesin cuci?!" Suaranya agak meninggi.

   Adam berhenti, pria itu membalikkan lagi tubuhnya. Lalu berjalan menghampiri sang istri.

"Memangnya kenapa? Ini adalah tugasmu sebagai istri. Seharusnya kamu tak usah protes" Kata Adam tegas namun pelan. Jarak pria itu hanya satu jengkal dari wajah Hawa.

    Hawa menghirup aroma pria di depannya. Masih segar dan Freesh. Perpaduan aroma mint dan hujan itu, membuat Hawa tak bisa berkutik. Hawa tiba-tiba saja mati rasa. Hanya dengan mencium aromanya saja sudah bisa membuat otak Hawa tak berfungsi. Hawa akui, pesona suaminya memang sangat memabukkan. Namun sayangnya, sampai saat ini, Hawa masih tak menyukai pria di depannya itu. Pernikahan yang sangat tak di harapkan olehnya. Juga lelaki sombong yang ia berada di hadapannya itu, sama sekali bukanlah orang yang Hawa harapkan. Baginya, pernikahan ini hanyalah main-main saja. Lihatlah, sudah satu bulan ia menikah, pria itu sama sekali tidak pernah menampakkan kebaikannya, jangankan bersikap manis. Sangat jauh dari kata romantis.

"Istri? Istri apa? Istri simpanan? Atau istri mainan? Adam, kamu menikahi ku hanya untuk mempermainkan ku. Kamu hanya akan mengubah statusku menjadi janda. Jika kamu hanya ingin mengahancurkan hidupku, menjaulah sebelum terlambat".

   Adam tersenyum miring. Tak merasa takut sama sekali dengan tatapan yang di lontarkan oleh istrinya itu.

"Mengubah status mu menjadi janda?" Senyum Adam semakin melebar. Sedangkan Hawa, ia merasa direndahkan oleh senyuman itu "oh ayolah Hawa. Seharusnya kamu berterimakasih padaku. Karna kamu tak menjadi perawan tua. Ingat Hawa, kamu tak akan pernah aku lepaskan" Hawa berdecak sebal. Adam berjak dari hadapan istrinya.

    Kemudian langkahnya kembali  terhenti "Dan ingat, aku suami mu. Seharusnya kamu memanggilku dengan sebutan 'Mas'. Dasar tak sopan!".

    Hawa tercengang, Mas? Ah yang benar saja!? Hey dia hanya pria sombong yang merampas hak seseorang secara paksa. Apa aku juga harus menghormatinya? Penyataan konyol macam apa ini?.

"Ah begini saja. Aku tak akan memaksamu, untuk melakukan hal itu. Hanya saja, bagaimana jika aku menantangmu" Pria itu sudah berada di depan Hawa.

"Sekali saja kamu menyebutku 'Mas' maka akan ku anggap kamu mencintaiku".

   Mulut Hawa semakin melongo. Tak percaya dengan ucapan pria di depannya itu. Sedangkan Adam, pria itu menyeringai senang melihat ekspresi Hawa yang seperti orang idiot.

    Hawa tak mengerti apa tujuan pria itu menikahinya. Hawa tak tahu sama sekali.

"Apa hak mu membuat peraturan seperti itu?".

"Tenang saja, aku tak akan ceroboh" Ucap Hawa sungguh-sungguh.

Adam & HawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang