04

6.3K 1K 32
                                    

Now playing : NCT 127 - No Longer

→←

Perjalanan ke rumah Jaemin malam itu terasa sangat lama. Mereka berdua berjalan kaki karena motor Jeno sedang dipakai kakaknya.

Hanya ada hening yang menemani keduanya bersama dengan hiruk pikuk keramaian jalan ketika keduanya keluar dari perumahan Jeno.

Jaemin melirik Jeno yang hanya memandang lurus ke depan, tapi tampak seperti sedang memikirkan sesuatu. Pemuda Na itu menghela nafas lantas menghentikan langkahnya yang mana menyadarkan Jeno hingga ia langsung melakukan hal yang sama dan menoleh.

“Ada apa?”

“Kau menyembunyikan sesuatu dari ku ‘kan?” tuding Jaemin membuat Jeno kembali terdiam. Tangannya yang sedari tadi dimasukkan ke dalam saku celana trainingnya ia keluarkan. Memutar tubuhnya untuk benar-benar berhadapan dengan sahabatnya.

“Tidak. Maafkan aku. Aku benar-benar sedang..sakit.” Jeno mengangkat tangan Jaemin untuk menyentuh keningnya dan Jaemin bisa merasakan kening Jeno yang entah bagaimana benar-benar lebih hangat dari miliknya.

Sontak mata Jaemin membulat. “Astaga! Sudah sana kau pulang! Aku bisa pulang sendiri. Tidak perlu diantar. Cepat pulang dan minum obat, ok?”

“Tidak apa ak—“

“Aku tidak menerima penolakan, Lee. Cepat berbalik dan pulang!” tekan Jaemin memandang Jeno dengan sorot yang tegas.

Jeno menarik nafas panjang hingga uap dingin itu mengepul keluar dari mulutnya. Sebentar lagi akan memasuki musim dingin, tentu saja cuaca akan menjadi dingin di malam hari.

“Baiklah.  Aku akan tunggu di sini sampai kau melewati blok itu.” Jeno menunjuk belokan yang ia maksud dengan dagunya. “Hati-hati.”

Jaemin mengangguk. “Kau juga. Cepat sembuh, Nono.” Pemuda itu tersenyum, mengusak pelan rambut hitam Jeno sebelum melangkah pergi. Jeno tersenyum oleh perlakuan itu ditambah dengan panggilan Jaemin yang cukup memberi getaran di dadanya, panggilan masa kecil mereka.

“Jaemin!”

Jaemin menghentikan langkahnya, berbalik untuk melihat Jeno mendekat, melepaskan jaket yang ia pakai lalu memakaikannya pada tubuh Jaemin.

“Cuacanya sangat dingin. Aku tidak mau kau sakit.”

“Yang sakit di sini ‘kan kau, bodoh. Aku tidak perlu ini. Kau saja yang—“

“Jaemin.” Suara yang terdengar tegas itu menghentikan pergerakan Jaemin yang akan menanggalkan jaket Jeno dari tubuhnya.

Jeno tersenyum puas, membalik tubuh Jaemin untuk kembali melangkah pulang. “Sudah sana. Aku perhatikan dari sini.”

Pemuda Na itu menghela nafas kemudian menyempatkan untuk menoleh sebentar dengan senyuman hangatnya, melambaikan tangan pada Jeno yang dibalas Jeno dengan senyum dan lambaian tangan yang sama.

Namun, senyuman itu perlahan menghilang seiring langkah Jaemin yang semakin menjauh. Menarik nafas panjang. Andai Na Jaemin tahu bahwa yang sebenarnya sedang merasakan sakit adalah hatinya.

No Longer [ ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang