07

6.3K 984 26
                                    

Now playing : NCT 127 - No Longer

→←

Hari itu tiba. Jaemin tampak sangat bersemangat sekaligus gugup. Jeno sudah melihat itu dari saat ia menjemput pemuda Na itu.

“Astaga, Jeno. Aku benar-benar gugup.” Jaemin tak henti-hentinya mengatakan itu dan Jeno  lagi-lagi akan membalas, “Kau pasti bisa,” dengan senyum yang ia sunggingkan untuk sahabatnya itu.

“Temani aku memberikan ini padanya, ya?”

Hei, siapa yang mau melihat orang yang ia sukai menyatakan perasaan pada orang lain di depan matanya?

Tapi melihat eskpresi memohon Jaemin, Jeno tak bisa untuk mengatakan tidak.

“Baiklah, tapi ku tunggu dari jauh saja, ya?”

“Ok!”

Saat Jeno menunggui Jaemin untuk meletakkan tas terlebih dahulu sebelum menuju lantai dimana kelas tiga berada, dia melihat Mark berada di sana, di antara gerombolan siswa-siswa yang Jeno ketahui sebagai teman-teman seangkatan Mark, tapi sedang apa mereka di lantai kelas dua?

“Kalian benar-benar..” Seseorang yang Jeno ketahui bernama Hendery itu menggeleng pelan menatap Mark yang tengah merangkul—

“Haechan?” Jeno bergumam dengan mata memicing, memastikan penglihatannya tidak salah.

“Kalian berdua dekat secara diam-diam, ya? Tahu-tahu sudah berkencan saja.” Itu Lucas.

Lalu Renjun, orang yang Jeno ketahui merupakan teman dekat Haechan itu mendengus. “Aku bahkan tak tahu apa-apa mengenai ini. Kalian benar-benar mengejutkanku.”

“Jadi sekarang sudah resmi?” Hendery menatap dua orang itu bergantian.

Mark dan Haechan saling pandang lalu tersenyum malu-malu. “Hm. Kemarin aku menyatakan perasaan padanya.” jawab Mark.

“Wah!” Lucas bertepuk tangan heboh. “Aku tidak mau tahu, nanti sepulang sekolah kami tunggu di café dekat sini.”

Dan obrolan-obrolan itu berlanjut membiarkan Jeno yang menyimak diam-diam terkejut. Dia segera berbalik, berniat mencegah Jaemin untuk melihat atau mendengar ini, tapi saat tubuhnya berbalik dia sudah melihat Jaemin berdiri terpaku di sana dengan kotak makan yang berada di tangannya.

“Jaemin..” panggil Jeno pelan. Alisnya bertaut khawatir, dalam hati berharap besar Jaemin tak sempat mendengar semuanya, tapi melihat mata berkaca-kaca anak itu, Jeno tahu harapannya tidak terkabulkan.

“Jeno.. aku—“ Tanpa berbicara apa-apa lagi, Jeno menarik Jaemin pergi dari sana. Menariknya naik hingga ke lantai teratas gedung sekolah itu, atap.

No Longer [ ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang