Dear Papa,
Kali ini aku ingin menulis sebuah surat yang ku tujukan untuk seseorang yang sangat aku sayangi yaitu Papa. Haiii pa... Aku sungguh menyayangimu semampu ku, maaf terkadang aku menjadi anak pembangkang dan sering membuat mu pusing karena ulah ku.
Sama seperti aku yang sudah memberikan pertanyaan ku untuk Mama kali ini aku ingin menanyakan beberapa hal juga kepada mu. Jadi bisakah kita mulai sekarang??? Tapi apa aku bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan ku ini pa???
Baiklah aku ingin bertanya pa... Apakah iri hati itu di perbolehkan??? Tentu jawabannya adalah tidak bukan??? Tapi kenapa Papa justru membuat aku menjadi anak yang memiliki iri hati Pa???
Ya pa aku iri dengan teman-teman ku yang selalu membanggakan seberapa besar rasa sayang seorang Papa untuk anak gadis nya. Apa aku salah pa jika aku juga menginginkan hal yang sama seperti mereka???
Pa.... Apakah dulu aku adalah anak yang sangat nakal hingga Papa meninggalkan kami??? Bagaimana bisa Papa tega pergi disaat aku anak gadis mu sangat membutuhkan figur seorang pria kuat di hidupku???
Pa... Taukah Papa tentang rasa yang tersimpan di hatiku ketika aku melihat teman seusia ku dulu di gendong oleh Papa nya??? Taukah Papa jika aku saat sekecil itu memiliki sebuah rasa iri yang menjelma menjadi sebuah kebencian??? Ya aku benci ketika melihat teman-teman ku begitu bahagia dengan sosok Papa yang mereka miliki sedangkan aku hanya mampu berdiri sendirian menahan tangis.
Kami tak tau dimana keberadaan mu, dan setiap kali kami bertanya kepada Mama dimana Papa bukan jawaban yang kami terima tapi pukulan maupun cambukan yang di terima tubuh kami sebagai sebuah jawaban. Waktu itu aku membutuhkanmu pa.... Tapi tak apa memang seperti ini yang harus kita lalui.
Dari ketika aku masih berumur satu setengah tahun Papa pergi tanpa kabar, apakah Papa tidak merindukan putri kecil mu ini??? Putri kecil yang begitu rapuh, putri kecil yang membutuhkan sandaran, ya pa aku membutuhkanmu untuk menemani aku dan membuat kebahagiaan ku utuh.
Dulu aku selalu berdoa meski aku tak pernah melihat sosok mu, aku sangat berharap suatu saat nanti Tuhan membuatku bertemu dengan mu dan meski melewati proses panjang selama delapan tahun akhirnya Tuhan menjawab doa ku. Tapi kenapa baru sebentar Papa singgah di rumah sudah pergi lagi tanpa kabar.
Apa di rumah membosankan hingga Papa sering pulang pergi??? Ataukah kami tak cukup menjadikanmu memiliki alasan untuk menetap dalam rumah yang di sebut keluarga??? Bahkan bukan hanya satu dua kali Papa pergi meninggalkan kami bahkan aku pun lupa jumlah pasti nya. Hingga saat aku beranjak dewasa Papa kembali meninggalkan kami bahkan si kecil.
Aku menyayangimu Papa meski puluhan luka entah dengan atau tanpa sengaja telah Papa berikan untuk ku. Aku tetap menyayangimu bahkan aku sangat sangat menyayangimu. Apakah Papa juga menyayangi aku??? Jika iya kenapa Papa pergi???
Aku selalu merasa sakit pa setiap kali Papa dan Mama berantem, apalagi sampai kepala Papa bocor waktu itu. Hatiku hancur pa saat melihat mu seseorang yang aku sayangi terluka dan dengan tangan ku sendiri aku berusaha menahan supaya darah tidak lagi mengalir dari kepalamu.
Aku tak ingin apapun lagi pa saat ini hingga nanti, aku hanya ingin keluargaku utuh ada Mama, Papa, Kakak, Aku dan juga si kecil. Aku hanya ingin si kecil menikmati kasih sayang yang utuh. Tolong cukup aku dan kakak yang merasakan rasanya kehilangan sosok Papa, tolong buat si kecil bahagia menikmati kasih sayang yang tidak kami dapatkan dulu.
Papa tau??? Meski aku belum mampu membuat kalian bangga dengan yang aku lakukan tapi tolong percayalah aku sedang mengusahakannya. Doakan gadismu ini supaya suatu saat nanti bisa membuatmu tersenyum bangga menatap ku yang sudah sukses.
Jika bisa tolong jawab semua pertanyaan ku pa, aku ingin mendengar jawabannya dan tolong beri aku satu alasan yang cukup mampu membuat aku tetap menjadi gadis mu yang kuat.
Dari aku,
Gadismu
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Dariku Untukmu
Short Story#17 at 26 May 2018 Aku tak mampu menyuarakan apa yang ada dalam hatiku untukmu Malaikat Tuhan yang diijinkan untuk mengandung aku. Aku tak mampu menumpahkan keluh kesah bahkan jeritan hatiku lewat lisan yang mampu Engkau dengarkan setiap waktu. Aku...