Suasana ditaman bunga sore hari itu hening, terlihat dua orang pria yang sedang duduk dibangku taman hanya duduk diam tanpa percakapan. Kepala pria yang lebih tinggi dari pria yang satunya tertunduk dengan kedua tangannya bermain-main dengan ujung bajunya. Sedang pria yang satunya menatap tajam pria yang tertunduk dengan kedua tangan ia silangkan didepan dada.Jika ada orang yang melihat mereka berdua dengan posisi yang seperti itu pasti akan mengira bahwa pria kecil dengan tampang dibuat-buat sangar itu sedang marah dengan kekasihnya.
"Jadi..." Pria imut itu mencoba mengusir keheningan.
Mendengar suara si imut, pria dengan tubuh tinggi menoleh kearahnya menunggu kata selanjutnya yang keluar dari bibir kecilnya.
"Kenapa kau disini?" Tanyanya kemudian.
Pria tinggi itu kemudian menegakkan duduknya, lalu menatap ke arah depannya.
Menghembuskan nafas sebentar. "Aku hanya sedang menikmati kesendirianku."
Pria kecil itu menatap memicing kepada pria tinggi.
"Bagaimana kesendirianmu? Apakah menyenangkan? Kenapa kau tidak menghadap kepadaku ketika telah selesai melakukan tugasmu?" Marahnya. "Seharian aku mencarimu, kecafe tempat kau bekerja, kerestoran itu juga. Aku menghubungimu, ternyata ponselmu tidak aktif. Dan ternyata kau disini? Duduk sendiri dengan wajah sedihmu itu. Hah, kau memang sungguh tak terduga."
"Kau manusia yang dicari tidak ketemu malah tak dicari kau muncul dimana-mana."
Pria kecil itu menatap tajam pria disampingnya, malah yang ditatap menjadi menciut.
"Anu... Presider kecil.." ucapnya terbata.
"Apa???" Jawabnya marah setengah berteriak.
"S-sebenarnya hari ini aku ingin menemuimu, tapi hatiku ragu."
"Kenapa?"
"A-aku belum sanggup untuk melihatmu." Jawabnya pelan sambil menundukkan kepalanya "Setelah penolakanmu waktu itu, rasanya hidupku tidak berputar."
Pria tinggi itu semakin menundukkan kepalanya tak ingin melihat pria imut yang menatapnya tajam.
"Sebenarnya, sebesar apa kau menyukaiku? Sampai kau bersikap layaknya pengecut."
"...."
Pria tinggi itu hanya terdiam tidak ingin menjawab.
"Hey, God. Jawab aku."
God baru ingin menjawab namun pria imut itu mendahuluinya.
"Tatap aku ketika ingin berbicara. Kau ini tidak sopan sekali."
Pria kecil itu lalu mengangkat wajah God dan menatapnya.
"Jawab aku dan tatap mataku."
God menatap mata Bas dalam, keraguan yang dirasakan hatinya ketika melihat mata Bas yang teduh hilang entah kemana.
"Aku... bukan hanya menyukaimu Pres—"
"Kalau lagi serius seperti ini jangan memanggilku begitu bodoh, cukup panggil aku dengan namaku saja." Sela Bas.
"Aku bukan hanya menyukaimu Bas..." Bas tersenyum disudut bibirnya, ia merasa senang ketika God memanggil namanya dengan suara lembutnya. "A-aku bahkan mencintaimu.."
God masih menatap lembut mata Bas, tak ada sedikit pun niatan dia untuk mengalihkan pandangannya dari mata indah Bas. Mata indah itu adalah favoritnya.
Bas? Bas dapat melihat segala kesungguhan dari mata God, perkataannya tulus dan sungguh-sungguh itu membuat Bas merasakan jutaan kupu-kupu terbang didalam perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GODBAS] The Seduction Of Itthipat Thanit [MUMET]
Short StoryKisah ini akan mempertemukan si kaya dan si miskin dalam sebuah kejadian yang tak terduga dan membuat Pria yang berkecukupan itu menjadi penasaran kepada Pria yang menurutnya misterius dengan sifat dingin dan juteknya. Banyak kejadian yang akan memb...