"Pelan-pelan, eomma."
Jimin masih membantu Ibunya saat ini, hingga sang Ibu kini sudah berbaring di atas tempat tidur di kamarnya. Pun dengan dirinya yang mulai menarik selimut untuk menutupi tubuh Ibunya.
"Eomma istirahat dengan baik. Jangan bergerak lebih dulu dan jika membutuhkan sesuatu, eomma bisa panggil aku. Eomma mengerti?"
Ny. Park mendecak mendengarnya. "Eomma tahu. Sudahlah, kau sama cerewetnya dengan ayahmu. Eomma baik-baik saja jika kau ingin tahu."
"Tidak bisa begitu. Eomma baru saja selesai melakukan operasi. Untuk itu, eomma harus banyak istirahat. Tidak ingat ucapan dokter Lee padamu?"
"Eomma tahu, Jimin. Sekarang, bisakah kau keluar? Kau bilang eomma harus istirahat."
Jimin menghela napasnya. Pun akhirnya memilih untuk beranjak pergi dan memberikan waktu bagi Ibunya untuk beristirahat.
"Jimin.."
Jimin menghentikan langkahnya, setelah Ibunya memanggilnya dan membuatnya berbalik kembali untuk menatap pada Ibunya di sana yang sudah beranjak dari berbaringnya.
"Carilah seorang gadis untuk kau kencani. Gadis baik yang bisa mengerti dirimu dan juga mencintaimu apa adanya. Jika hobimu sering-sering keluar, bukankah lebih baik jika kau mencari seseorang untuk menjadi kekasihmu?"
Jimin hanya menghela napasnya. "Aku tahu. Eomma tak perlu khawatir tentang hal itu. Aku bisa mengurus diriku sendiri."
Ny. Park sudah kembali akan berbicara, namun Jimin sudah berlalu pula dengan cepat. Menutup pintu kamar dengan perlahan pula. Dan hanya menghasilkan helaan napas dari Ny. Park sendiri.
Saat Jimin keluar dari kamar Ibunya, pria itu bisa melihat sang Ayah yang sudah duduk di sofa ruang tengah saat itu. Dengan secangkir kopi yang menemaninya. Pun pandangan Tn. Park kini beralih pada sang putra di sana.
"Kemarilah."
Jimin memilih menurutinya, mengambil tempat di samping sang Ayah yang meletakkan kembali cangkir kopinya.
"Appa serius menyuruhku untuk menggantikanmu? Aku bahkan tak mengerti dengan hal-hal yang berbau dengan Sastra."
"Maka dari itu, kau bisa belajar mulai dari sekarang. Waktumu hanya tersisa satu minggu."
"Appa--"
"Lalu mau sampai kapan kau akan menjadi pecundang seperti ini?"
Jimin terdiam di sana, mendengar suara sang Ayah yang sedikit meninggi ketika menatap padanya.
"Kau pikir, kenapa Mina sampai meninggalkanmu? Kau pikir, ayah dan ibumu tak tahu masalah apa yang menimpa kalian berdua sehingga membuat Mina membatalkan pernikahan kalian? Bahkan dia tak datang saat acara pernikahan kalian. Membuat kita semua malu di depan banyak orang."
Dengan ucapan itu, tentu saja membuat Jimin semakin terdiam. Seolah dirinya ditarik kembali ke masa lalu. Pandangan orang-orang yang menatapnya dengan pandangan iba dan juga belas kasihan. Oh, Jimin mengingat semuanya tentu saja.
"Appa sudah tahu bagaimana sifat Mina sebenarnya. Dia bahkan meremehkanmu karena kau yang bahkan tak memiliki pekerjaan tetap. Ibumu bahkan bingung, bagaimana bisa kau berkencan dengannya walaupun kau sudah tahu bagaimana sifatnya."
Telak. Jimin benar-benar tak bisa berkata apapun untuk sekarang. Karena semua yang Ayahnya katakan memang benar adanya.
"Rubah dirimu, Jimin. Mau sampai kapan kau akan seperti ini?" Ucap Tn. Park, sembari menepuk pundak putranya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lil' Touch
Fanfiction[18+] ✔ Tidakkah kau tahu? Bahwa dirimu begitu menginginkanku? Jadi cepatlah kemari. Dan berikan aku sedikit sentuhanmu. ----- ©A BTS's Jimin & BLACKPINK's Rosé Fanfiction ©iamdhilaaa, 2019