Chapter B

11 0 0
                                    

(Contain Disturbing, Rape and Bullying Scene. NSFW 18+)

Keesokan harinya, Andy kembali bersiap untuk menjalani rutinitas yang sama. Mandi, mengenakan seragam bartender standar (kemeja dengan rompi hitam dan dasi kupu-kupu), memakai wewangian dan hoodie kesayangannya sebelum melangkah untuk pergi ke kelab malam tempat dia bekerja.

Dari tempat kos nya di kawasan jalan Raya Lenteng Agung, Andy berjalan sedikit menuju arah barat ke stasiun kereta yang terletak didepan sebuah universitas. Dari sana kemudian dia naik kereta dan turun di stasiun Pasar Minggu, lalu berjalan ke arah utara menuju jalan Salihara, tempat dimana kelab malam itu berada. Jika tidak ada halangan, perjalan itu kira-kira memakan waktu 30 hingga 45 menit.

Andy tiba pukul 7 malam di kelab, 30 menit sebelum shift nya dimulai. Seperti biasa, Mikel sudah berjaga di depan pintu kelab dan tersenyum lebar ketika melihat Andy. Setelah berbicara sedikit dengan Mikel di depan pintu kelab, Andy pun masuk, menuju bar dan segera merapikan keadaan dirinya.

Pukul 8 malam, Andy mulai dibuat sibuk dengan berbagai orderan minuman dari pelanggan. Berhubung karena malam ini adalah malam sabtu, sungguh wajar bila kelab terlihat lebih ramai ketimbang biasanya. Suara musik jazz dari band yang sedang tampil seakan diredam oleh riuh obrolan manusia didalam kelab.

Mata Andy kemudian menangkap 4 orang pria tegap dengan seragam tentara yang masuk melalui pintu depan kelab. Mereka sibuk berbincang dan saling tertawa antara satu dengan yang lainnya, sembari berjalan melalui keramaian kelab menuju tangga ke lantai 2. Sembari sibuk membuat minuman, Andy melirik 4 tentara tersebut. Salah satu dari ke 4 tentara itu yang berjalan paling depan terlihat sangat familiar bagi Andy, akan tetapi orderan minuman yang banyak memaksa Andy harus acuh. Ke 4 tentara itu kemudian menaiki tangga menuju lantai 2 kelab.

Seperti yang telah diketahui, lantai 2 kelab memang tersedia untuk pelanggan dari golongan atau kelas khusus. Pegawai pemerintahan level menengah ke atas, pengusaha, politikus, atau golongan atas lainnya serta polisi dan tentara dengan pangkat tinggi, adalah termasuk golongan khusus ini. Dapat disimpulkan bahwa, keempat perwira tadi sudah berpangkat lumayan tinggi.

Sekitar pukul 11 malam, keadaan kelab yang awalnya sangat riuh, kini mulai sepi. Beberapa pengunjung ada yang sudah memilih untuk kembali ke kediaman masing-masing. Ada juga yang memilih untuk melanjutkan malam ditemani oleh wanita atau pria penghibur baik di lantai 1 atau ke lantai 3 untuk suasana yang lebih 'tenang' dan 'intim'.

"Andy, lu bisa ngga bantuin si jihan di lantai 2? Kasihan dia sendiri aja dari tadi kocar-kacir. Si wowor ijin, sakit katanya," tanya mba Nurul pada Andy yang sedang sibuk mengelap dan membersihkan gelas-gelas. "Entar kerjaan lu disini, biar gue aja yang kelarin."

"Oh, oke mba. Siap," jawab Andy. dia pun segera menuju ke lantai 2. Sesampainya disana, Andy langsung disambut jihan dengan sukacita.

"Alhamdulillah, syukur kamu datang ndy. Aku udah rasanya mau pingsan dari tadi menghandle pelanggan sendirian. Kamu bantuin aku bersihkan meja dan bar ya," ujar jihan.

Andy mengangguk sembari melihat sekeliling. Masih ada beberapa pelanggan khusus di lantai 2, termasuk ke empat tentara tadi. Beberapa wanita dan pria penghibur terlihat berseliweran melayani para pelanggan khusus ini. Wajar, pelanggan khusus selalu memberi lebih banyak tips. Tentara tadi juga dianggap demikian, beberapa wanita penghibur terlihat dengan senang hati menempel dan melayani keempat perwira tersebut. Ke empat-empatnya sudah kelihatan mabuk.

Andy memilih fokus pada pekerjaan. Dengan cekatan dia membersihkan meja-meja yang berserakan dan lanjut dengan membersihkan bar. Dia melirik sekilas ke arah meja tempat keempat perwira tadi. Tampaknya ketiga perwira lainnya sudah menghilang, begitu pula dengan para wanita penghibur tadi.

White GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang