Prolog : 'Pria Biasa'

47 11 0
                                    

Huft

Navila menghela nafas kencang, kakinya ia hentak-hentakan dengan kesal. Siang ini Navila tidak dapat pulang dengan cepat hanya karena dia lupa mengerjakan pr bahasa prancis akibatnya dia mendapatkan hukuman menumpuk membersihkan kamar mandi siswi.

Tangan kanannya mengusap keringat yang mengalir dari dahinya, 'sedikit lagi Nav' ucapnya dalam hati menyemangati tubuhnya agar semua cepat selesai.

Hari ini cuaca cukup mendung membuat gadis itu tak mau begitu lama disekolah tapi ternyata keadaan tidak mendukungnya. Dia begitu kesal saat tau Marinka, sahabatnya malah sudah selesai mengerjakan pr dan semua teman sekelasnya mengerjakan kecuali dirinya.

Dengan ogah-ogahan Navila memeras lap pel yang dipenuhi air kotor lalu mencucinya dengan air bersih, dia melihat hasil karyanya yang kini bersih mengkilap.

Gadis itu pun tersenyum senang lalu melompat pelan kearah pintu keluar agar hasil kerja kerasnya tidak terinjak dan terpaksa harus membersihkannya lagi.

Hoksi naega silsu hajin anheulkka

Singyeong sseo oegugeseo wasseunikka

Lirik lagu Shanon-Why why keluar dari bibir kecil Navila, dia memakai headset, kepalanya ia goyangkan seirama dengan lagu yang ia nyanyikan.

Dia berdiri dan mengoyangkan badannya dengan senang menikmati lagu dan suasana saat hujan turun begitu saja.

I wanna say yeah woo~

I wanna say woo~

Gumamnya lagi sambil menghentak-hentakan kakinya diatas lantai koridor, menuju kekelasnya untuk mengambil tasnya yang ia tinggalkan sengaja dikelas.

Dug

"Atata.. ta aduh." gadis itu mengaduh kecil saat kepalanya menabrak benda keras tapi sedikit lunak, dia mengusap dahinya pelan sambil meringis kecil.

Navila pun melihat benda itu, "Benda berseragam," ucapnya dengan kaget, suara terkikik pun terdengar menjawab ucapan Navila.

"Ini dada bidang ku tau bukan benda berseragam," suara bass seorang pria pun terdengar saat Navila masih menunjukan wajah terkejutnya dia melihat kearah wajah pria itu dengan bola mata besarnya yang semakin besar karena kaget.

Navila mundur perlahan, "Ha.. Hai hantu." ucap gadis itu ketakutan sedangkan pria yang ia tabrak kembali menahan tawanya melihat ekspresi Navila yang sangat lucu.

"Aku ini manusia, mana ada hantu kakinya menapak dilantai." pria itu berkata pelan kali ini kembali mengubah ekspresi Navila yang seperti tidak yakin dengan ucapan pria itu.

Telunjuk Navila, dia arahkan ke arah dada pria didepannya. Dia membayangkan bila saat pria ini disentuh dia langsung menghilang begitu saja, membuat bulu kuduk gadis itu meremang. Matanya ia pejamkan takut-takut bayang bayangnya menjadi kenyataan.

Pria itu hanya mebiarkan Navila menyentuhnya, meski pada awalnya dia sedikit tidak mengerti dengan apa yang mau dilakukan gadis ini.

"Keras, empuk, nyata."

Pria itu pun sekali lagi menahan tawa lalu terbahak keras memegang perutnya yang kini sakit karena tingkah konyol gadis didepannya.

Dia mengetuk pelan dahi gadis itu, "Astaga." ucap Dan Ankana atau kerap dipanggil Anka itu.

"Eh... Ohh... Maaf ya aku gak tau." Navila berkata dengan gagap, matanya menangkap bet nama yang ada diseragam pria itu 'Dan Ankana' .

"Maaf Dan." ucap Navila sambil menundukan kepalanya menatap gambar harimau dikaos Anka yang sedikit tertutup seragamnya yang terbuka.

"Anka saja, btw namanya siapa ?, kelas berapa ?" tanya Anka pada gadis dihadapannya.

"emm Navila, ak--aku kelas 10 IPA 3."

Anka tersenyum, "Wah berarti kamu junior ya, Aku kelas 11 IPA 1." ucap pria itu.

"Eh beneran, aduh maaf ya kak Anka."

"Ahh sans aja, kamu ngapain udah sore kenapa disini ?"

Navila memilin kabel headsetnya tidak berani menatap mata Anka, "Dihukum."

"Ohh begitu."

"Yaudah ya kak aku pergi dulu ke kelas, ma--mau ambil tas."

Navila ingin segera bergegas dia tidak betah ditatap oleh Anka dan harus terus menjawab pertanyaan pria itu. Dia pun berlari kecil meninggalkan Anka sambil tersenyum manis menatap Anka.

"Ehh.... Tadi tarian yang bagus !!!!" teriak Anka menatap punggug Navila yang semakin menghilang.

Navila pun semakin mempercepat larinya saat mendengar teriakan Anka yang menurutnya perbuatannya itu begitu memalukan dan tidak pantas dipuji.

Gadis itu pun mengambil tasnya dan segara meninggalkan kelas menuju gerbang keluar sekolah. Dia berharap dia tidak bertemu Anka lagi.

*//*//*

"Jadi lu ketemu Dan Ankana, Anka ?" ucap Zelia antusias, Navila hanya mengangguk pelan seraya menjawab pertanyaan Zelia, gadis berambut bob yang menjadi sahabat ternora dalam kehidupan putih abu Navila.

"What, lu bener-bener beruntung banget, terus terus tangan ini buat nyentuh dada dia ?" tanya Zelia sekali lagi kali ini dia menaikan nada bicaranya satu oktaf sambil menggegam telunjuk kanan Navila.

Navila mengangguk, "Memang kenapa sih Zel ?" Tanya Navila polos.

"Astaga Navila lu tuh ketemu Dan Ankana, Anka, dewa Anka !!! Cowo yang masuk dalam list babang Tamvan dalam kehidupan semua siswi disekolah ini dan parahnya lo udah nyentuh dia, cewe cantik yang kaya Tifany aja buat deket sama Anka tuh harus manja manja dulu, lu beruntung Avi." jelas Zelia kali ini Navila hanya mengangguk lagi tanda mengerti.

Saat itulah mata Navila melihat Marinka sahabat lainnya datang, gadis itu menuju kearah Navila sambil tersenyum lembut Navila pun membalas senyuman itu tanpa mendengarkan penjelasan dan omelan Zelia yang memarahi kepolosannya.

"Hai lagi bahas apa Avi, Lia ?" tanya Marinka.

"Nihh rin lo mau tau gak si Avi dapet rejeki nomplok gara-gara dihukum sama pak Frank kemaren," Zelia menjawab pertanyaan Marinka.

Navila hanya melihat Zelia sambil menepuk jidatnya pelan, Zelia kalau sudah begini dia tidak bisa berhenti.

"Maksud ?" Marinka tidak mengerti maksud perkataan Zelia.

"Dia kemeren tabrakan sama si Anka dan telunjuk pendeknya ini berhasil nyentuh dada bidang tu cowo."

"Yaampun Zelia gak usah diceritain juga kali, orang biasa aja," ucap Navila supaya Zelia berhenti membuat kehebohan dengan teriakan antusiasnya itu.

"Wah Navila kamu beruntung lo, kak Anka itu susah banget buat ketemu sama dia kecuali kelas 11 kalau kelas 10 mungkin cuma kamu yang berhasil sejauh itu."

Navila kali ini mulai merasa jengah, lagi lagi ada pengaggum Anka disini, "Dia itu biasa aja Lia, Rin."

"Biasa aja bapakmu, dia itu udah tampan, baik, pint----"

Navila berdiri keluar dari bangkunya,"Ahh tau gitu aku gak usah cerita aja, kalian jadi aneh gara gara membahas dia." ucap gadis itu memotong keantusiasan Zelia yang tengah asik menjelaskan sosok Anka. Dia berjalan meninggalkan teman-temannya menuju kantin untuk mengisi perut kosongnya yang belum diisi tadi pagi.

'Memang dia sespesial itu apa'

*//*//*


AnkaNavila (Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang