Navila Pov
Aku berlari-lari kecil mengelilingi lapangan, sambil tertawa karena lawakan Zelia dan Marinka. Rambut hitamku melambai kesana-kemari membuatku sedikit risih.
Pelajaran olahraga membuatku harus menempuh usaha keras karena materi yang dipelajari kali ini tentang kebugaran. Mengakibatkan kami harus lari lari ditengah terik matahari.
"Matahari bocor nih panas amat dah," Zelia merebut handuk yang selalu kubawa saat pelajaran olahraga dan menggunakannya untuk mengelap wajahnya, aku sudah maklum dengan sifatnya. Marinka hanya tersenyum berharap aku sabar dengan sikap Zelia, aku hanya menjawab dengan anggukan bahu.
"Hari ini mau pada makan apa?" tanya Marinka.
Aku menegak habis air dalam botol minuman milikku, "Makan baso aci pak cecem yuk, Avi pengen banged."
"Gc."
Zelia hanya menjawab dengan singkat, padat dan jelas, gadis itu akan begitu bila dirinya benar-benar lelah atau lapar dia berubah jadi seram saat seperti itu. Aku dan anak lainnya pun sudah pernah menjadi korban kemarahannya.
Kantin
Setibanya dikantin aku mencari tempat duduk sedangkan Marinka dan Zelia memesan makanan.
Aku melihat-lihat sekelilingku yang rata-rata hanya ada anak kelas 11, 'firasat apa ya?' aku mengernyitkan dahiku saat aku merasa mengingat suatu kejadian dikantin ini.
"Bengong ae,"
Marinka datang dengan membawa nampan berisi pesananku dan pesanannya lalu gadis itu pun menyerahkan pesananku.
"nggh nggak Rin." aku pun langsung melahap baso aci enak buatan pak Cecem, rasanya benar-benar pas dilidahku.
"Eh Zelia mana kok gak balik-balik?" aku yang menyadari tidak melihat Zelia bertanya pada Marinka.
"Biarin aja paling lagi berunding sama babeh soal makanan." ucap Marinka aku hanya mengangguk mengerti.
Kami pun melanjutkan menghabiskan makanan kami, tapi tiba-tiba Marinka menepuk tanganku pelan aku menoleh menatapnya penuh tanda tanya.
"ssst kak Anka."
Saat Marinka menyebut nama itu aku langsung menoleh kearah pandangannya dan ternyata dia Anka, pria yang mungkin ingin aku hindari sementara waktu ini.
Mulutku mendadak berhenti mengunyah, mataku hanya melihat setiap gerak-gerik pria itu saat membeli makanan lalu duduk bersama-sama dengan temannya. Entah karena apa mataku enggan melepaskannya tapi tubuhku tidak mau terus menerus menatapnya, apa yang salah ?.
Sejak hari dimana aku menganggap Anka adalah sosok yang biasa saja dan berubah menjadi pandangan kagum padanya, hanya karena dia menolongku mengambil sepatu Converse yang tergantung bebas di gantungan nama kelas. Awalnya aku tidak begitu memikirkannya tapi entah mengapa makin kesini aku selalu merasa pria itu menatapku terus-menerus tapi yang lebih aneh aku bukannya takut mendapatkan tatapannya aku justru semakin dibuat penasaran dengan sosok pria itu.
Tiba-tiba bahagia namun juga menampiknya, saat ini aku sedang mengalami fase itu. Dimana semua perihal Anka yang membuatku penasaran akan kucetak diotaku lalu akan kucari jawabannya️. Aku dengan segera menghabiskan makananku sebelum Anka melihat ku disini.
"Mar udah yuk." mendadak aku mengganggu Marinka yang kini tengah menikmati makanannya, gadis itu menatapku protes.
"Ayuk ih." aku memaksa agar Marinka segera bangkit.
Marinka mengekorku tanpa melepas genggaman eratku pada tangannya, "Kenapa sih Avi, gua blom beres tau."
"Ntar aja,"
Aku hanya melihat sekilas Anka yang entah dia melihatku atau tidak saat lewat tadi. Dengan tergesa aku mengajak Marinka masuk kedalam kelas.
Saat kami sudah sampai dikelas aku duduk terdiam menatap jendela yang menutupi pemandangan hutan sekolah kami yang rindang sedangkan Marinka terus bertanya tanpa aku jawab.
"Kenapa sih Avi?" tanya gadis itu dengan putus asa.
"Gatau inka udah Avi gk tau."
Marinka tidak menyerah, "Apa perlu gua kasih tau Zelia biar dia ngamuk ngamuk kayak waktu itu,"
Aku membelalakan mataku lebar, jika sudah membawa-bawa Zelia aku hanya bisa pasrah dan memilih menjawab toh ujungnya sama jika Zelia tidak tau juga tetap akan membuat Marinka tidak menyerah apalagi bila Zelia tau bisa gawat dan makin parah.
Aku pun dengan enggan menceritakan semua pada Marinka sekaligus mengurangi bebanku.
Navila Pov end*
Marinka mengangguk-ngangguk mendengar cerita sahabatnya ini, dia sedikit terkejut Navila berani menyembunyikan sesuatu padanya sampai sejauh ini, bahkan gadis itu meski hal sepele pun akan selalu ia bagi dengan nya. Tapi ini bahkan Navila enggan memberi tahu siapa yang ia maksud dalam ceritanya.
"Tapi inka, Avi gak tau ada apa dengan Avi perasaan yang aku rasain itu sama seperti kejadian saat aku suka sama kak Jordan SMP dulu" gadis bernama Navila itu berterus-terang.
Marinka mengangguk, "Apa bedanya?"
"Misal pas aku ketemu dia jantung aku tuh kaya deg-deg gitu, terus tiba-tiba lututku jadi lemas Mar, aku awalnya aneh apa bener ini rasa suka atau gimana?"
Marinka mencerna cerita Navila dengan baik, "Apa kamu seneng ketemu dia?" tanya Marinka, Navila menjawab dengan gelengan kepala.
"Nggaknya kenapa?"
"Pertama aku seneng ya karena aku ketemu aja sama dia udah gtu aja deh trus muncul deh gejala jantung itulah, tapi yang nggak senengnya adalah aku malu gak tau malu kenapa, aku takut, gak tau takut kenapa, tiba-tiba senang, senyum sendiri inget dia, terus tiba-tiba nethink juga."
"Aku kenapa ya mar ?" Tanya Navila.
Marinka tersenyum, "Kamu jatuh hati dengan siapa ?"
"Sepertinya kamu sedang mengalami fase penasaran Avi, itu belum masuk ketegori suka, kamu hanya sedang meyakinkan hati apa pria itu juga merasakan hal yang sama." ujar Marinka lagi, sedangkan Navila mulai mengerti dan merasa lega.
"Makannya jangan gampang baper."
*//*//*
No Word*

KAMU SEDANG MEMBACA
AnkaNavila (Jatuh Cinta)
Genç KurguPagi itu Navila tak menyangka akan bertemu Anka, pria yang menurutnya seperti pria biasa lainnya. Tapi teman-temannya begitu mengangguminya sampai mengatakan Navila beruntung dapat melihatnya. Hingga suatu keadaan mebuat Navila mengubah pandangannya...