Part 8 : 'Jalan-Jalan' (lanjutan)

3 0 0
                                    

"Gimana? Makan apa nonton dulu nih?"

Navila menimbang-nimbang pilihan yang diberikan Anka. Makan? Nonton?. Gadis itu menggelengkan kepalanya dua-duanya ingin dia lakukan tapi dia harus bisa memilih 'Ayo Avi berpikir jangan biarin kak Anka menunggu'

"hemm kak kalo makan sambil nonton?"

"hahahaha, kamu belum pernah ke bioskop?"

Navila menggeleng pelan, "udah pernah tuh,"

"yah harusnya tau dong kalo ke bioskop gk boleh makan,"

Navila mengernyitkan dahinya, bingung, "boleh tuh Avi suka makan popcorn di bioskop,"

Lagi-lagi Anka tertawa, "Itu bukan makan namanya itu mah ngemil Navila," tangan kanan Anka terangkat mengacak lembut rambut Navila gemas.

"Yaudah sekarang kita nonton dulu aja, tapi mau nonton apa?" tanya Anka.

Navila yang sebelumnya terkejut akan perlakuan Anka mulai berpikir, "Asalkan kau bahagia, mau gak kak?"

Anka mengangguk, yah walau sebenarnya Anka sendiri tidak tahu film apa yang dimaksudkan Navila. Tetapi jujur dilihat dari judulnya film itu adalah film bergenre romance yang bahkan Anka sendiri selalu menghindari film bergenre itu.

Navila dan Anka pun segera memesan 2 tiket nonton. Sambil menunggu bagian mereka Anka menyarankan Navila untuk duduk sebentar sedangkan pria itu akan memesan 2 popcorn dan 2 soda.

Tepat saat Anka sampai, panggilan yang menandakan waktu menonton mereka berbunyi, Anka dan Navila pun segera memasuki bioskop mencari-cari kursi mereka.

Navila duduk tepat disebelah Anka dengan Anka yang tangannya penuh membawa 2 popcorn dan 2 soda untuk mereka berdua.

Navila melirik saat pria itu terlihat kesusahan mengatur posisi duduknya. Dia baru sadar bahwa dia sudah merepotkan Anka, maklum dia bukan orang yang mudah peka tanpa orang itu bicara dulu. Dengan sopan gadis itu meminta popcorn dan sodanya sambil tersenyum meminta maaf.

Layar bioskop nampak masih menampilkan beberapa iklan dan belum siap memulai filmnya. Anka sesekali mencuri pandang pada Navila yang nampak tenang dan santai. Sebelum film sempat diputar mulutnya sudah luar biasa penuh dengan popcorn. Hal itu membuat Anka terkekeh pelan tanpa diketahui Navila.

Ketika film diputar, menampilkan artis dengan nama Aliando Syarif yang Anka tau entah dengan yang lainnya. Dia sama sekali tak begitu paham soal jalan ceritanya sedangkan Navila lebih terlihat serius lagi. Pada bagian pertengahan dan hal yang paling inti gadis itu menitikan air mata dan semua itu tak lepas dari pandangan Anka.

"Apa sesedih itu filmnya?" tanya Anka saat mereka sudah selesai menonton dan hendak berjalan keluar dari ruang bioskop.

Navila mengangguk, "Yah walau Navila gak suka genre romance, tapi Navila punya hati jadi kalo ada adegan sedih pasti ikut sedih."

Anka menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal. Navila seolah menyindir dirinya yang sama sekali tak menyimak adegan dari film yang tadi ditonton mereka, "Kalo begitu sekarang mau makan?"

Navila menoleh dengan mata berbinar sambil mengangguk-angguk kencang, "Umh kak, Navila mau sushi." ucap gadis itu pada Anka.

Anka tersenyum lalu menuntun Navila bersama-sama ke restoran jepang.

*//*//*

"Dimana anak itu?" suara seorang pria paruh baya menghentikan langkah pelan seorang pelayan wanita yang berpakain maid.

Maid itu berhenti menunduk menghadap tuannya, "Tuan muda Anka, Tuan?" tanya pelayan itu.

Pria paruh baya itu mengangguk, "kemana?"

"Dia tadi pergi bersama teman-temannya tuan," jawab maid itu dengan sopan.

"Anak itu masih sempat bermain-main rupanya," pria itu menampilkan wajah tegasnya dengan garis halus yang terlihat gagah, dia tersenyum mencemoh menerawang sesuatu lalu menyuruh sang maid pergi.

"Dia selalu serius menghadapi sesuatu tapi setidaknya kali ini dia sedang merilekskam hatinya." Pria paruh baya itu berjalan meninggalkan lorong rumahnya yang panjang kecoklatan. Dia keluar dari dua daun pintu mewah lalu masuk kedalam mobil yang sudah menunggu dengan supirnya.

*//*//*

Setelah menonton dan makan sushi bersama, gadis yang kini duduk disebelah Anka tengah menikmati kudapan manis yang disebut es krim. Navila nampak sangat menikmati es krim coklat dan strawberry itu bahkan tidak menghiraukan Anka yang ada disebelahnya.

"Navila kalau makan jangan kayak anak kecil," tangan Anka terulur memberikan tisyu basah yang sempat ia beli tadi kepada Navila, gadis itu menoleh lalu mengelap mulutnya yang belepotan terkena noda es krim.

"Makasih." Ucap Navila, dia tersenyum hangat pada Anka, "Kak pulang kuy," ajak Navila yang langsung disanggupi Anka.

Tanpa sadar saat berdiri, Anka malah menggandeng tangan Navila menuntun gadis itu untuk mengikutinya. Navila yang mengalami hal itu sungguh heran dan terkejut ia menatap punggung Anka yang masih tidak sadar akan perbuatannya itu.

"K--kak," Navila terbata-bata, gadis itu seolah salah tingkah saat bersentuhan dengan Anka seperti ini, dia ingin berkata bahwa tangan pria ini benar-benar lembut.

Anka menoleh dengan wajah bertanya, dia melihat arah mata Navila yang terlihat malu-malu itu. Saat menyadarinya Anka langsung membelalakan mata, pria itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Ahh--anu maaf nav--"

"gak papa kak," gadis itu memotong ucapan Anka.

Namun tetap saja Anka benar-benar sangat malu dan salah tingkah, pasalnya dialah yang melakukan itu tanpa sadar dan itu pula entah keinginan darimana. Tubuhnya seolah bergerak sendiri sejak tadi.

"Ehem.." Navila berdehem cukup pelan menghentikan suasana akward yang mulai tercipta, " yaudah kak ayuk pulang."

Anka hanya mengikuti Navila, kali ini tangannya tak lagi usil menyentuh sembarangan tangan gadis didepannya. Meskipun sebenarnya Anka merasa semua yang ia lakukan merupakan sebuah keinginannya yang sungguh tersembunyi dan hanya diketahui oleh hatinya.

Saat tiba di lobi mall, Navila membalikan tubuhnya gadis itu lagi-lagi tersenyum hangat, "makasih udah nemenin Navila seharian ini, makasih ya Kak Anka." gadis itu mengucapkan segalanya dengan tulus.

Anka juga ikut tersenyum, rupanya senyuman Navila tertular padanya, "Sama-sama Nav, kakak juga makasih udah nemenin juga dan sorry tadi umm gue meggang tangan lo tanpa sengaja," Anka menunjukan tingkah salting dengan menggaruk tengkuknya membuat Navila tertawa pelan.

"bukan masalah."

"Ohh iya gue kesini bawa motor lo mau gua anter?" tanya Anka.

Navila menggeleng sopan, "Makasih kak, tapi Navila hari ini udah gak mau ngerepotin kak Anka lagi, mungkin lain kali Navila terima tumpangannya."

Pria itu hanya tersenyum samar. Anka sama sekali tak masalah bila Navila menolaknya tapi entah mengapa pria itu begitu ingin mengantarnya hari ini. Membuat hatinya sedikit kecewa saat Navila enggan menerima tawarannya.

"Oke Nav, gua ke parkiran duluan ya, byeee..."

Navila menggangguk lalu mengucapkan selamat tinggal, sebelum benar-benar pergi gadis itu masih menatap intens punggung kokoh Anka yang perlahan menghilang di keramaian.

*//*//*



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnkaNavila (Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang