Disepanjang perjalanan gadis itu bersenandung riang, berlari-lari kecil melompati genangan air yang mengumbang.
'Ada apa?' tanyanya pada dirinya sendiri, tiba-tiba menghentikan gerak tubuhnya.
Masih terngiang jelas dalam ingatannya tentang hal yang baru kemarin ia alami. Gadis itu mengerutkan dahinya pertanda ia sedang berpikir keras. Kak Gio, pria pertama yang berani jujur dihadapannya.
Flashback On*
"Kak Gio!!" kaget Navila
"Navila!!" berbarengan dengan Navila, Gio juga kaget tapi seketika raut wajah pria itu terganti dengan senyum hangat terpatri diwajahnya.
Algiogino menghampiri gadis dihadapannya meninggalkan kesenangan yang sempat ia tunjukan didepan gadis itu. "Kamu sedang apa disini Avi?" tanya Gio.
Navila membalas senyuman ramah pria didepannya, "Sedang melihat-lihat."
"Ayo duduk," tawar Gio mempersilahkan Navila duduk, menuntunnya kearah sofa dipojok ruangan lalu menepuk pelan sofa itu menghilangkan debu-debu halus.
Navila dengan setia meneriama tawaran Kak Gio, duduk disamping pria itu tidak membuatnya merasa canggung. Berbeda dengan Gio, pria itu tidak punya keberanian untuk memgubah arah pandangnya kearah gadis didepannya, percayalah dia sedang gugup.
"Emm... kamu menginap hari ini?" Gio menggaruk telinganya yang sama sekali tidak gatal sambil menyembunyikan kegugupannya.
Navila mengangguk menjawab pertanyaan Gio. Gadis itu menelanjangi sekelilingnya, suasana ruangan ini benar-benar sunyi tapi begitu nyaman untuk seorang yang butuh kesendirian. Gorden putih terawang menunjukan pemandangan senja dibaliknya diiringi suara piano yang begitu sahdu didengar. Baru kali ini Navila tau keahlian lain dari Kak Gio. Biasanya pria itu hanya akan berdiam diri dikamar tanpa mau banyak bicara, kecuali pada dirinya.
Navila menolehkan kepalanya ke arah Kak Gio, rambut panjangnya yang terurai menebarkan aroma harum membuat indra penciuman Gio dapat menciumnya. Gadis itu tersenyum, "Kak Gio Navila mau dengar lagi dong permainan piano kakak."
Gio membelalak kaget, senyuman Navila yang begitu manis membuatnya terpesona lalu kepalanya mengangguk dengan sendirinya padahal Gio belum menyetujui dalam hati.
Navila pun senang dengan jawaban Gio gadis itu menatap manik mata Gio dengan berbinar-binar, lalu tangannya menggapai tangan pria disebelahnya menuntunnya ke arah Piano tadi seolah mengatakan pada pria itu untuk segera menekan tuts piano didepannya.
Algiogino hanya bisa pasrah, tangannya yang kokoh dan lentik memaksa untuk bergerak anggun menekan satu persatu tuts piano, hatinya terus berkata untuk tidak berbuat memalukan didepan gadis yang kini terus menatap permainannya.
Navila memejamkan matanya menikmati gubahan nada dari tuts tuts yang ditekan indah tangan Kak Gio. Betapa hati gadis itu sangat tentram seolah Kak Gio menari nari dalam hatinya. Tapi matanya yang terpejam terbuka perlahan saat permainan piano dihentikan, Navila menatap heran pada pria didepannya.
"Maaf aku gak bisa main lagi."
Navila bertanya-tanya, "Kenapa kak? Padahal enak."
"Maaf Navila kalau ada kamu disini---- emm susah jelasinnya."
Navila tertawa renyah," Hahaha kaka malu ya," Gio menggaruk kepalanya sekali lagi sambil menyengir lebar.
"Maaf ya kak jadi gangguin kaka begini abis suara pianonya bikin Avi kepo hihihi,"
Gio terus memandang Navila, membuat gadis yang merasa terus diperhatikan itu salah tingkah, "Kak...." lirih Navila agar Gio segera menghentikan tatapan tajamnya.
Tapi pria itu enggan tersadar dia semakin terus tenggelam menatap gadis didepannya. Navila yang sedikit mulai merasa malu dan semakin dibuat salah tingkah menepuk pelan bahu kaka temannya itu berharap Gio mau berhenti menatapnya seperti itu.
Gio yang menyadari ada tepukan dibahunya langsung tersadar, jantungnya lagi-lagi berdetak kencang seperti saat tertangkap basah oleh Navila berada di ruangan ini dan gadis itu tiba-tiba mendekatinya tanpa tau apapun tentang perasaannya. Pria itu hanya menunduk dalam. Sedangkan gadis didepannya terus menatapnya.
"Kak Gio avi pergi ya," pamit Navila tiba-tiba, gadis itu menyadari kehadirannya membuat Gio merasa tidak nyaman sejak tadi suasana yang terasa canggung terus dialami pria itu tanpa Navila sadari.
Gio mengangkat kepalanya yang tertunduk diam, dia hanya berniat menetralkan jantungnya sebentar lalu tiba-tiba mendengar gadisnya akan pergi begitu saja membuat dirinya menolak. Pria itu menarik tiba-tiba tangan Navila membuat Navila yang sudah berjalan membelakanginya kembali berhadapan dengan Gio.
"Ka--k G--Gio," gagap Navila ia kaget saat pria itu memutar tubuhnya dengan sangat tiba-tiba.
"Maaf Navila a--aku hanya terbawa suasana," Jelas isi hati Gio ingin sekali dia keluarkan, sebuah pengungkapan yang membuat Navila menyadari kehadirannya tapi mulut dan hatinya enggan sejalan, sejak dulu menyukai Navila dia hanya bisa melihat dan menyimpan segalanya dibalik selimut hatinya.
Ya meski adiknya tahu betul tentang perasaannya pada gadis ini hanya dengan sekali membaca gerak-geriknya tapi tetap saja Gio melarang adiknya memberi tahu perasaan yang mungkin hanya berjalan sementara ini, seperti sebuah perasaan kagum saja. Tapi semakin hari perasaannya terus menjadi jadi melihat Navila yang terus bermain kerumahnya membuat dirinya senang meski hanya sekedar mengobrol atau mungkin dia hanya memperhatikannya saja. Sungguh Gio ingin mengungkapkan rasa sukanya ini tapi seperti biasa saat seseorang mencintai hal pertama yang akan dia alami adalah rasa kehilangan, dia takut Navila tak membalas perasaannya dan malah menjauhinya. Tapi hati Gio begitu ingin membuat mulutnya berbicara karena timing yang begitu tepat dan pas.
Navila menyentuh tangan Gio satu hal yang membuatnya ingat saat disekolah dasar dulu ibunya selalu menggenggam tangannya saat dia merasa gugup dan tak bisa mengungkapkan apapun itulah yang saat ini ia lakukan pada pria itu, "Ada apa kak bicara saja."
Gio merasa lebih tenang saat Navila menyentuh punggung tangannya tapi jantungnya sudah tak biasa, "A--aku su--ka kamu, Avi," ucapnya dengan berusaha keras dia memejamkam matanya dengan terpaksa dia takut fakta bahwa setelah ini Avi malah kabur karena ucapannya.
Navila terkejut atas pengakuan pria itu, Avi memang mengetahui bahwa Gio menyukainya tapi dia tidak menyangka hari ini Kak Gio mengungkapkan semuanya. Gadis itu berfikir mau menjawab apa, dia bingung jika membalas positif malah akan membuat Kak Gio berharap lebih jika menjawab negatif dia takut Kak Gio malah menjauhinya.
Sesaat saat Gio sama sekali tak mendengar suara Avi membuatnya kecewa dia membuka matanya dengan hati yang begitu lapang dada tetapi semua rasa pasrahnya hilang saat mendapati Avi masih tetap didepannya lalu tersenyum hangat begitu hangat, "Terima kasih sudah mempercayai Avi dan menaruh hati untuk Avi kak," ucap gadis itu lalu memutar tubuhnya meninggalkan Gio begitu saja.
Tetapi selanjutnya Avi menoleh, "Jika berhasil kaka bisa merebut hati Avi."
Algiogino tersenyum lembut, dia gembira meski Avi tak sama sekali memberinya kepastian.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
AnkaNavila (Jatuh Cinta)
Roman pour AdolescentsPagi itu Navila tak menyangka akan bertemu Anka, pria yang menurutnya seperti pria biasa lainnya. Tapi teman-temannya begitu mengangguminya sampai mengatakan Navila beruntung dapat melihatnya. Hingga suatu keadaan mebuat Navila mengubah pandangannya...