[ Bulan Juni ]
'Hati-hati jangan sampai ketahuan June,' batin June dalam hati. Ya, June sedang bersembunyi setelah rasa penasarannya terpenuhi. Kini Ia melihat Bulan berinteraksi dengan cowok di Bandara. Bahkan June mati-matian untuk tidak bernafas demi mendengarkan isi percakapan mereka. Kali ini Bulan sedang berhadapan dengan seorang cowok, untuk ke dua kalinya setelah cowok yang ternyata sepupu Bulan. Memalukan June.
"Udah lama ga ketemu, sayang~"
"Kok jarang balas chat?"
Bandara di sini cukup ramai, sehingga hanya 2 kalimat yang paling jelas di telinganya.
Deg!
'Sayang? Pacarnya?' Hati June memanas, dan menyimpulkan bahwa cowok tadi adalah pacarnya. Bukankah selama ini Bulan tidak memiliki seorang pacar?
June mengepalkan tangannya dengan erat. Hatinya sungguh di penuhi kecemburuan hari ini. Berani-beraninya cowok sialan itu merebutnya. Selang beberapa detik, June menggelengkan kepalanya. Ia sadar, memang Ia siapanya?
June kali ini memberanikan diri keluar dari tempat persembunyiannya. "Bulan?" Bulan menoleh. "Kak June?" Sapa Bulan. Cowok itu tersenyum manis kepada June dan June membalasnya dengan senyuman kikuk. Tentu saja ia tidak berani membalasnya dengan senyuman manis, matanya saja sedang berapi-api. "Siapa lo?" Tanya June, berusaha memendam kecemburuannya. Cowok itu tersenyum miring dan hendak mengucap, namun Bulan mendahuluinya. "Dia kakakku, Langit." Jawab Bulan. June bernafas lega, hampir saja ia akan memukul cowok itu. Sedangkan Langit hanya menatap Bulan, seperti sedang kesal.
"Syukurlah," ucap June pelan, namun terdengar oleh Langit dan Bulan. "Kenapa?" Tanya Bulan, terlihat penasaran. June tersentak kaget, kemudian dengan cepat pergi dari mereka.
"Lo sih, ngasih tau dia!" Kesal Langit. Bulan mengernyit dahi. "Apa sih Bang?"
"Temen lo itu tuh cemburu sama gue, gara-gara gue deket sama lo. Wah ketahuan tuh suka sama lo nya~"
"Maksud abang?"
"Ga ah lo mah ga peka." Bulan mendengus dan melirik Langit dengan sinis. "Ngaco." Langit memang sudah menebak aksi June, bahwa June benar-benar seorang stalker yang menyukai Bulan.
'Orangnya baik-baik. Tapi apa daya, adik gue ga bisa peka dengan kode?' Langit tidak bisa membayangkan, cowok itu memberikan kode sebanyak mungkin atau mungkin beribu-ribu, sedangkan adiknya hanya menunjukkan wajah bingung setiap kodenya. Ini menarik, tapi menyedihkan.[ B J ]
June bersandar di kursinya. Ia benar-benar malu hari ini. Andaikan tadi Ia menahan dirinya untuk tidak keluar dari persembunyiannya, andaikan Ia tadi bersikap sopan-- 'Argh percuma gue berandai kalo gue masih malu," batin June dalam hati. June masih memakai seragam abu-abu, malas rasanya Ia mengganti pakaian. Bagaimana jika.. kakaknya tahu bahwa June menyukai Bulan? Bukankah tadi aksi nya terlihat jelas? Drama macam apa ini? Ingin rasanya June mati di dunia ini, sekarang.
"BANG JUNIIIII!" June tersentak kaget. Lagi-lagi Ia diganggu oleh adiknya. Tidak sepupunya, pasti sahabatnya. Jika tidak keduanya, adik nya lah pilihan terakhir. June membuka pintu kamarnya dan melihat Juli yang sedang menggendong adik kedua June, Janrayya Amelia Angkasa. Rambut Juli terlihat berantakan. Menurut June, adiknya pasti bermain salon-salonan sehingga rambut Juli yang berantakan terkesan lucu. Atau mungkin mengarahkan ke.. banci? Maklum, anak 4 tahun dandanannya cukup menyebalkan. "Bang Jun.. bagus enggah?" Tanya Rayya. June meringis, dan mengangguk-angguk. Jangan lupakan dengan sifat bawaannya dari lahir, dingin. June hanya mengangguk dan mengusir mereka. "Bang Jun.. Bang Jul mayin?" June menggeleng pelan, sehingga Juli harus rela bermain dengan Rayya lagi. "Bang Jun, gue harap lo ikut main loh.." Juli meringis, berpura pura menahan deritanya. Seolah-olah Ia akan disiksa lebih. "Awas lo. Jelek. banci." Dagu June menunjuk ke arah rambut Juli yang membuat Juli seperti banci.
Juli menatap June tajam. "Abang macam apa lo?"
"Intinya gue ganteng."
"TERSERAH BANG, IYA-IN GUE MAH!"
June terkekeh, kemudian menutup pintunya. Coba saja yang menggendong Rayya adalah Bulan, dan Rayya adalah anaknya.. ah keluarga bahagia.
Bulan, bulan, bulan. Bulan lagi, Bulan lagi.
June menepuk mukanya, Ia masih malu sebenarnya. Atau.. ia ikut main dengan Rayya saja untuk melupakan rasa malunya?
June membuka pintunya dan mencari Juli yang sepertinya masih bermain bersama Rayya. June pun menemukan mereka di kamar Rayya. "Juli, si kotor mana?" Tanya June. "Huh?" Juli mengernyit dahi, bingung. "Ibu baru lo." Ucap June ogah-ogah. Tak sudi rasanya wanita itu di panggil Ibu. "Nyokap lo aja kali, enak aja. Katanya sih pulang besok," Juli mengendikkan bahu. June pun meninggalkan mereka dan mengganti bajunya dengan kaos maroon polos dengan celana putih dilengkapi sepatu diadora warna putih. Tak lupa Ia mengharumkan tubuh nya dan siap pergi ke suatu tempat.
"Jul, gue pergi." Ucap June, sedikit berteriak.
Blam!
Juli mendengus kesal dan turun untuk menguncikan pintu depan. "Gue lagi gue lagi ngurus bocil. Lah lu enak-enakan pergi sana-sini." Gumam Juli, kesal.[ Bulan Juni ]
Kasian banget Juli jadi bahan eskperimen salon😂 Lah juni enak enakan😂 oh iya lumayan banyak nih, 800 kata lebih:v
Jangan lupa vote dan komen nya yaa, tanya-tanya juga boleh ko, hiya hiya hiya😂 apa sih gue. Kaya kurang belaian kasur aja. Ahahahahaha [menertawakan diri sendiri] awas jangan lupa like komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Juni
Teen FictionGimana rasanya lo cinta mati sama cinta pertama lo? Gimana rasanya lo pertama liat dia, yang sudah beberapa tahun lamanya tidak bertemu? Tapi, gimana rasanya saat lo tau kalo hati dia bukan buat lo? Apa lo sama rasa pedihnya sama kayak gue? Lo bisa...