Badai yang Menghantam

15 2 0
                                    

Tiba-tiba diperjalan ia mendengar,

"TIIIIINNN.........!!!"

Suara mobil terdengar di arah belakang. Virly menolehkan wajahnya ke belakang. Tiba-tiba tak lama ia menoleh ke belakang, ia langsung terserempet oleh mobil itu dan uang yang ia bawa, hasil kerja kerasnya telah berhamburan dan ditiup oleh angin yang kencang entah kemana uang itu pergi. Virly langsung menangis dengan tangisan yang tersedu-sedu karena kehilangan uang yang telah dihasilkannya dari kerja kerasnya demi seorang nenek yang sangat ia sayangi.

Di balik pintu mobil, muncul seorang wanita yang ingin mendekati dan menolong Virly yang terluka di bagian kakinya akibat terserempet mobilnya. Dengan berlari dan dengan raut muka khawatir yang nampak di wajah seorang wanita tersebut. Ternyata wanita tersebut adalah Bu Shinta, guru sekolah Virly.

"Loh Virly, kakimu terluka... ayo ikut ibu ke rumah sakit ya Vir? Sebelum kakimu terinfeksi virus, nanti kamu bisa sakit loh?" kata Bu Shinta.

"Nggak usah bu, saya nggak papa kok bu, ini cuma luka ringan kok." jawab Virly dengan memegangi lututnya yang terluka.

"Ayolah Vir, jangan tolak tawaran ibu, ini demi kesehatanmu lo Vir, yah...? sekalian ibu juga mau menjenguk anak ibu yang sedang sakit di rumah sakit".

"I..iya bu, saya ikut."

"Nah gitu dong... Maaf kan ibu ya, tadi ibu tidak sengaja menyerempet kamu."

"Iya bu, nggak papa" jawab Virly dengan lemas.

Sesampainya di rumah sakit, Virly berbaring di kasur rumah sakit yang telah disiapkan oleh perawat dari rumah sakit tersebut. Luka Virly akibat kejadian tersebut telah diobati dan diperiksa oleh dokter.

Setelah di periksa, Virly tak sengaja mendengar percakapan antara Bu Shinta dan Dokter tentang keadaan dan penyakit anak Bu Shinta. Virly mendengar sedikit percakapan tersebut, ternyata anak Bu Shinta menderita sakit leukimia stadium lanjut dan membutuhkan donor darah secepatnya dalam waktu yang dekat. Jika tak ada, anak Bu Shinta tidak dapat tertolong. Virly juga mendengar bahwa tidak ada dari keluarga Bu Shinta yang darahnya cocok dengan anak Bu Shinta.

Setelah mendengar sedikit percakapan yang telah ia serap, ia langsung turun dari kasur rumah sakit dan ingin menghampiri Bu Shinta.

Di belakang koridor rumah sakit, Bu Shinta menangis karena memikirkan keadaan anaknya yang kronis. Bu Shinta berjalan dengan langkah kaki yang cepat meninggalkan ruang inap anaknya dengan menangis yang tersedu-sedu. Virly langsung mengejar Bu Shinta dengan cepat. Dihadapan Virly yang telah mengerjarnya dengan ter engah-engah, ia langsung mengusap air mata kesedihannya. Virly langsung memeluk Bu Shinta dengan erat dan menangis.

"Bu, sabar ya bu..." kata Virly dengan pelan-pelan melepaskan pelukannya.

"Sebelumnya saya minta maaf ya bu, karena saya nggak sengaja telah mendengar percakapan ibu dengan dokter tadi tentang penyakit anak ibu...". kata Virly

"Nggak papa kok Vir". Sahut Bu Shinta singkat.

"Uumm... Bu, apa boleh saya mendonorkan darah saya untuk anak ibu?"

"Jangan Vir, nanti kalau kamu kenapa-kenapa gimana? Kan kamu habis terluka?"

"Nggak papa bu, nggak usah khawatir, saya sudah sembuh kok bu. Sekarang saya sudah siap untuk mendonorkan darah saya untuk anak ibu dan kebetulan golongan darah saya dengan anak ibu sama, barangkali cocok bu"

"Virly... ibu sangat-sangat berterima kasih sama kamu Vir, kamu adalah anak yang sangat baik dan hati kamu seperti malaikat, semoga nanti Allah swt akan membalas semua kebaikanmu ya Vir.." kata Bu Shinta sembari memeluk Virly dengan menangis tersedu-sedu.

"Iya bu, terimakasih doanya ya bu".

Setelah itu, Bu Shinta mengantarkan Virly menuju ke ruang untuk pendonor di rumah sakit. Setelah darah Virly didonorkan ke anak Bu Shinta, Virly terbaring lemah dan tidur untuk beberapa saat.
***

Beberapa menit kemudian, Virly tersadar dari tidurnya. Virly langsung meminta pulang karema ia khawatir akan keadaan neneknya di rumah. Ia langsung diantar oleh Bu Shinta menuju rumahnya.

Sebelumnya, Virly telah menerima uang yang cukup besar nilainya hasil dari pendonoran tadi. Uang tersebut akan ia berika kepada neneknya untuk biaya berobat dan perawatan neneknya hingga sembuh. Ia sangat senang menerima uang tersebut.

Sesampainya di rumah, ia langsung masuk ke dalam rumah dan langsung memeluk sang nenek yang terbaring lemah di atas kasur yang keras yang disampingnya terdapat saudara kembarnya, Vicky, yang sedang duduk di samping sang nenek dengan membawa makanan yang ingin ia suapkan kepada neneknya.

"Nek, lihat aku nek, aku bawa uang untuk nenek, untuk biaya obat nenek... nenek harus sembuh yah..?" kata Virly sambil memeluk neneknya dengan menangis.

"Alhamdulillah, Virly s..sudah b..berhasil mendapatkan u...uang untuk biaya nenek, n..nenek berterimakasih banyak sama kamu. Tapi k..kamu harus m..menjaga baik-baik uang itu dan s..saudaramu yah..? ingat pesen nenek, kamu harus t..tetap menjadi c..cucu nenek yang mempunyai hati yang suci.. yah...?" kata sang nenek denga terbata-bata.

"Umm... maksud nenek apa? Kok ngomong kayak gitu?" tanya Virly tak mengerti.

Sang nenek hanya terdiam.

Setelah beberapa menit kamudian, sambil memegang uang yang telah ia hasilkan, Virly tak menyangka karena ternyata sang nenek menghembuskan nafas terakhirnya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Virly dan Vicky lang sung memeluk sang nenek.

"NENEK....!!! jangan ninggalin kita sendiri nek...!" kata Virly dan Vicky bersama.

"Nenek, maafin aku nek... aku banyak salah sama nenek... huhuhu.." tangis Vicky kepada sang nenek yang telah meninggalkan dunia nyata. Bu Shinta tak menyangka kejadian tersebut akan terjadi. Bu Shinta langsung memeluk Virly dan Vicky dengan menangis.

Setelah itu, Virly memberikan uang itu kembali ke tangan Bu Shinta karena ia sudah merasa uang tersebut sudah tidak ada gunanya setelah ditinggal pergi oleh sang nenek. Tetapi Bu Shinta menolak dan masih tetap memberikan uang tersebut kepada Virly.

"Ingat pesan nenek tadi, kamu harus menjaga uang itu baik-baik, masa' kamu mau ngelanggar pesan dari nenek? Itu tandanya kalo kamu nggak sayang sama nenek kamu... jadi, terima saja uang dari ibu, karena uang ini juga sangat bermanfaat untuk kehidupan kamu dan saudaramu bisa juga untuk biaya sekolah kamu. Uang ini bukan hanya bisa untuk nenek saja, tetapi urusan kamu juga penting.. ingat itu ya Vir..." kata Bu Shinta menasehati.

"I..iya bu, saya minta maaf..." jawab Virly.

Tiba-tiba Bu Shinta menawarkan Virly dan Vicky untuk tinggal bersamanya di rumahnya yang mewah setelah pengurusan jenazah sang nenek selesai. Virly dan Vicky menerimanya dengan sangat bahagia disamping kesedihan yang telah mereka timpa saat itu.
Karena tinggal di rumah mewah adalah salah satu impian mereka bersama sang nenek, tetapi sayangnya sang nenek telah dijemput oleh sang ilahi yang maha berkehendak.

SEKIAN


Maaf yaa.. Kalo kurang menarik untuk kalian..
Maklum aja masih pemula.. Hehe.. :) Semoga bermanfaat...! 😊
See you... 😉

Mutiara Suci (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang