Sinyal #2

36 6 2
                                    

Tap, tap, tap. Hosh, hosh, hah, hah...Utara berlari cepat, hingga ia tak bisa mengatur nafasnya. Setelah melewati 2 blok dari lapangan, baru ia mulai merasa aman. Perlahan langkahnya mulai melambat, sesekali ia menoleh ke arah belakang.

###

Airen menebak nebak benda yang dipegangnya,

"Waktuku akan habis terbuang jika terus menebak benda asing ini, sebaiknya kubawa pulang saja."

###

Tok...tok..tok, pintu pun terbuka dan memperlihatkan sesosok laki laki dengan tubuh tinggi berkacamata.

"Aku pulaang yo, Angga!" Ucap Tara,

Angga hanya menatap kembarannya dengan wajah datar.

"Iya, iya. Masuk."

Namanya Tenggara, dipanggil Angga dan paling benci dipanggil Gara-Gara apalagi Agar-Agar, wkwk. Dia adalah saudara kembar Utara, dia adalah adiknya dan Tara adalah kakaknya.

Terkadang sifat mereka terlihat sangat jaaauuuh berbeda, karena Angga cenderung santai dan sinis dan Utara cenderung aktif dan ramah. Tara menyukai komik dan Angga menyukai novel. Di samping perbedaan itu semua, ada satu hal yang dapat menjembatani perbedaan mereka.

"Oyy! Jangan lupa, jam 4 kita main PS!"

"Iyaa! Bersiaplah, aku yang akan menaaang...hahahaha!"

"Oh ya? Liat aja nanti,"

"Yee, yang penting yakin dulu...kalah-menang mah belakangan. Hahaha."

Angga melanjutkan aktivitasnya membaca novel. Tara menaruh headsetnya di atas meja, langsung saja ia duduk di kursi meja belajarnya dan mengambil buku dari dalam ranselnya.

"Besok ada ujian IPA, besok ada ujian bahasa Inggris, besok harus semangaat!"

Tuk, tuk, tuk...suara itu berasal dari jendela yang diketuk, sontak orang yang berada di kamar itu langsung menghampiri jendela yang berada di samping kanan meja belajarnya.

Gulungan kertas? Ia melihat ke arah jendela, hanya terlihat atap rumah, tiang listrik beserta kabelnya, langit biru, awan putih, kucing yang berada di atap, dan kucing memanjat pagar. Sama sekali tidak ada yang aneh, kecuali kucing yang memanjat pagar...wkwkwk :v

Tara membuka gulungan kertas tersebut, srek...srek...srak.

OBI

Berjalanlah ke suatu tempat, dimana kau bisa melihat suatu hal ajaib bergerak.


Tertanda,
Who are You

Perempuan berambut pendek sebahu itu mengernyitkan alisnya,

"Ini...siapa?"

###

"Ibuu, aku pulaang."

Airen melepaskan sepatunya dan langsung menaruhnya di rak. Seorang wanita paruh baya bernama Renai keluar dari dapur dan masih memakai apron.

"Waah...Iren sudah pulang, titipan sayur dari Ibu sudah kamu beli? Sebentar lagi makan siang akan siap,"

"Sudah, ini sayurnya Bu. Baiklah, nanti saat makan siang aku akan ke ruang makan, aku ke kamar dulu"

"Jangan lupa nanti makan siang ya, thank you Iren,"

"Iya, siaap."

Renai membawa tas belanja berisikan sayur ke dapur.

Cklek, ia membuka pintu kamarnya dan menggantung jaket yang dikenakannya di belakang pintu kamar. Langsung saja Airen merebahkan dirinya ke kasur dan memejamkan mata, benda apa ya yang aku temukan tadi?

Merasa terganggu dengan pertanyaan yang terus berputar di kepalanya, ia terbangun dan mengambil sebuah benda dari saku jaketnya.

"Ini dia, bentuknya seperti alarm namun ada tulisan arah mata angin. Di belakangnya tidak ada tempat untuk menaruh baterai, bahkan satu sekrup pun tidak ada," Ucap Airen pada dirinya sendiri.

Ia mengusap layar tablet, "Perkembangan alarm dari masa ke masa." Satu per satu website di internet dikunjunginya, namun ia masih belum menemukan apa yang dicarinya.

Airen menghela napas. Sudahlah, mungkin ini hanya mainan. Ya ampun, hanya untuk mainan seperti ini aku sampai repot repot mencari artikel tentang alarm di internet, batinnya.

Tak lama ia tertidur, tanpa sadar seberkas cahaya menyinari sebuah deretan angka di belakang alarm namun hanya sekilas saja.

Bersambung.

Time isn't Always a ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang