Sinyal #3

19 3 2
                                    

Dengan kuat kuat, Tara meremas gulungan kertas yang tadi dibukanya dan menjatuhkannya ke tempat sampah. Ia kembali duduk di kursi belajarnya, Tara mulai fokus membaca buku pelajarannya.

###

Dziing, dziiing, booom,booom, duaaar, brakk!! Perang masih berlangsung melibatkan kedua belah pihak, perlawanan masih terjadi.

"Yugiii!!!"

Seorang laki laki menghampiri orang yang bernama Yugi itu dengan cepat, di punggungnya sudah ada tas berisi peralatan medis.

"Aku akan mengobati luka lukamu,"

"Tidak perlu, pergilah. Sudah kubilang, kau tidak boleh maju ke garis depan,"

"Gi! Di medan perang ini, kita harus berjuang bersama sama menjaga negeri kita baik kita teman atau bukan! Jangan egois! Kau sudah menyelamatkanku, kini aku akan menyelamatkanmu juga!"

"Lihat, kau tenaga medis, kau dibutuhkan orang lain, dan kau yang diincar oleh lawan, pergi! Sebelum semuanya terlambat, menyelamatkan orang memang sudah tugasku."

###

Airen terbangun dari tidurnya, ia meletakkan barang yang ditemukannya ke atas meja belajarnya. Lalu ia menuju ke ruang makan, usai makan siang ia kembali masuk ke kamar.

Rasanya masih belum puas dengan tidak menemukan artikel artikel mengenai jam misterius tersebut, perempuan itu mencari cari buku yang berkaitan dengan jam tersebut pada rak buku.

###

Perlahan lahan kedua mata Yugi mulai menutup, tubuhnya tak lagi kuat berdiri. Samar samar ia melihat musuh berada 1 meter di depan dan terus mendekat.

Lawan telah mengarahkan senapannya ke arah Yugi, apakah aku akan mati sekarang?

Tiba tiba saja, temannya berdiri di depannya dan menendang senapan musuh hingga telempar jauh.

"Tenaga medis yang maju ke garis depan, ya? Boleh juga, kuhargai keberanianmu, karena itu aku mempunyai 2 pilihan. Memilih perang dihentikan dengan syarat ikut denganku untuk menyelesaikan satu misi atau... tetap berada di medan perang dengan jumlah korban yang terus meningkat dan temanmu akan benar benar terbunuh?"

"Aku memilih yang pertama," Ujarnya cepat.

"Namun, izinkan aku menyembuhkan temanku, Yugi,"

"Baiklah."

Dengan cekatan, ia menyembuhkan luka pada tangan dan kaki Yugi. Setelah selesai, ia melepas tas medisnya.

"Cepat, kita tidak punya banyak waktu."

Akhirnya musuh yang menjadi pemicu perang di negeri Yugi tinggal, sudah pergi. Semuanya gembira merayakan hasil perjuangan mereka selama ini dan tak menyadari bahwa salah satu dari mereka menghilang.

###

"Sudah pasti, aku tidak menemukannya. Aku tidak pernah punya buku sejarah."

Lama Airen berpikir, sampai akhirnya ia menemukan solusinya.

"Besok aku akan ke perpustakaan sekolah."

###

Kriiiing...Kriiiing!! Waktu istirahat telah tiba. Sesuai rencana, Airen berjalan menuju perpustakaan.

"Ra, ke kantin yuk!" Ajak Revina,

"Mmm, boleh deh. Yuk."

Revina dan Utara berjalan menuju kantin. Di depan koridor kelas VIII-UDARA, mereka berpapasan dengan Airen. Bruk! Tanpa sengaja Airen menabrak Utara,

"Aduuh, Utara kamu nggak apa apa kan?"

"Nggak apa apa kok, aduduh. Kamu mau kemana, ren?"

"Ke perpus, ra. Aku duluan, ya."

Airen berjalan masuk ke dalam perpustakaan, dinginnya AC menjadi yang pertama menyambutnya. Ia mencari cari buku sejarah, dari rak 1-5 tidak ada buku sejarah.

Langsung Airen bertanya kepada penjaga perpustakaan.

"Kalau nggak salah, ada di rak 9 dan 10," Jawab penjaga perpustakaan.

"Rak 9 dan 10. Terima kasih, Bu,"

"Iya, sama sama."

Perempuan berambut ikal ini langsung bergegas menuju rak 9 dan 10. Sesampainya disana, akhirnya ia menemukan apa yang dia cari.

Airen membawa buku itu menuju meja penjaga perpus, ia ingin meminjam buku tersebut dan harus mengisi daftar peminjaman buku.

Bu Fira yang bertugas menjadi penjaga perpustakaan, menyerahkan buku daftar peminjaman . Saat Airen sedang mengisi daftar, beliau merasa heran saat melihat setiap halaman buku yang dipinjam oleh muridnya.

"Maaf, Airen. Buku ini belum bisa dipinjamkan dulu,"

"Maaf, mengapa Bu?" Tanya Airen sopan.

"Buku ini belum terdaftar ke dalam koleksi buku perpustakaan sekolah. Saat Ibu melihat lihat bukunya untuk memastikan adanya cap perpustakaan sekolah, di halaman berapa pun tidak ada capnya."

Bersambung.

Time isn't Always a ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang