Kali ini aku gak akan menuliskan dan menceritakan dari sudut pandang Gita,kini giliran Gibran yang bercerita dan mengungkapkan isi pikiran dan pandangannya, aku gak ingin kalian hanya melihat dari satu sisi saja dan membuat aku menjadi gak adil dan pilih kasih dengan para karakter dicerita ini jadi tolong coba pahami dan mengerti Gibran di part ini.Happy Reading
--Gibran Point Of View
Apa kalian pernah menyesali keputusan yang pernah kalian buat? Saya pernah dan saya akui itu keputusan dan kesalahan paling kekanakan yang pernah saya buat. Kalian pasti sudah tau kesalahan apa yang saya maksud, ya benar saya menyesal meninggalkan Gita dengan alasan dia masih ‘kekanakan’ padahal sayalah yang kekanakan pada saat itu.
Tidak seharusnya saya meninggalkan dia dengan alasan itu dan tidak seharusnya juga saya berpaling dari dia karna melihat ada wanita lain yang menurut saya punya sesuatu yang Gita tidak punya, sekali lagi pada saat itu.Saat saya memutuskan untuk mengkhianati Gita dengan sahabat saya sendiri saya tentu punya alasan, saat itu saya sedang sibuk-sibuknya dengan kuliah dan program KKN.Sudah bisa kalian tebak, saya jatuh cinta sesaat dengan sahabat saya sendiri,Rara.
Rara menggantikan sosok Gita saat saya jauh dari Gita.
Saya berpikiran saat itu Rara menjadi sosok yang saya sangat butuhkan, Rara mengisi kekosongan saya saat Gita tidak bisa mengisinya, ini dimulai pada saat saya dan Rara KKN di daerah Kediri, hari itu awal dari semuanya,keretakan hubungan kami,pengkhianatan saya dan keputusan bodoh saya.Saya sangat kelelahan dan sedikit tertekan dengan semua tugas dan keadaan masa KKN, saya membutuhkan Gita saat itu. Saya menelpon Gita dan mengirimkannya banyak pesan namun tidak ada satupun balasan, saya kesal dan mulai berpikiran negative hingga beberapa jam setelah saya menunggu balasan dari dia akhirnya Gita menelpon saya dan membuat saya kecewa untuk pertama kalinya.
“Halo Gibran, maaf handphoneku ketinggalan dimobil Dimas jadi aku gak bisa hubungin kamu”
Mendengar nama Dimas disebut saya yang sudah lelah malam itu menjadi emosional.“Terus ini?” Tanya saya tidak ramah.
“Ini baru dianter Dimas ke kosan aku” Jawabnya tanpa merasa bersalah, padahal sekarang sudah pukul 11 malam dan buat apa Dimas repot-repot selarut ini hanya untuk mengantarkan Hp Gita dan kenapa bisa Hp Gita tertinggal di mobilnya? Dan kenapa juga dia pergi dengan pria lain saat saya tidak bersama dia? Pikiran saya kalut.
‘’Gib, halo? Kamu marah ya? Tadi sore tuh aku makan sama dia abis pulang ngampus.Gibran udah makan? Halo?? Gibran udah malem kok belum bobo? Kamu cape ya? Hallo?? Gak ada sinyal ya??”
Suara bawel Gita tidak membuat saya senang seperti biasanya, saya cemburu.“Sudah malam gak seharusnya dia menemui kamu selarut ini”
Gita terdiam sebentar
“Diakan Cuma tem-““iya dia teman kamu. Yasudah Gita saya capek, Good night.”
Saya menutup telpon, mematikan Handphone agar Gita tidak bisa menghubungi saya dan keluar dari kamar untuk merokok dan menjernihkan pikiran diteras depan.
Saat saya ke teras depan saya melihat Rara duduk dikursi teras sambil menunduk, saya duduk disebelahnya membuatnya menoleh kearah saya, mata Rara sembap dan merah menandakan kalau dia habis menangis, saya mengelus punggungnya pelan berusaha menenangkan dia.“Gue selesai gib” Saya langsung mengerti apa yang dia bilang.
Saya memeluk Rara,sekali lagi untuk menenangkan dia meskipun malam itu saya juga sedang tidak baik-baik saja. Kami berpelukan seolah saling mengisi dan mengurangi perasaan kacau kami malam itu.Semenjak malam itu saya dan Rara menjadi lebih dekat dari sebelumnya yang memang sudah dekat karna kita berdua bersahabat, kami berbagi kenyamanan, mengerti satu sama lain dan saling menjadikan diri kami sebagai pelarian dari keadaan kami. Saya mulai mengacuhkan Gita, jarang membalas pesan atau mengangkat telponnya, tidak menghubunginya dengan alasan sibuk dengan kuliah saya padahal saya hanya sibuk menghabiskan waktu dengan Rara yang pada saat itu menurut saya dia wanita yang saya butuhkan dan mengerti sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk memilih Rara dan meninggalkan Gita.
Perlu waktu 2 tahun bagi saya dan Rara menyadari kalau keputusan kita berdua salah, selama 2 tahun kami menjalani hubungan dengan setengah hati. Saya dan Rara tau kalau hati kami masih untuk orang lain tapi memaksakan diri karna bepikir kalau kami sudah terlanjur memulai dan menjalani semua ini. Tahun pertama kami masih berpikir kalau kami berdua saling jatuh cinta namun masuk tahun kedua dan ketiga setelah dua tahun menjalani hubungan setengah hati kami memutuskan untuk berhenti.
Pagi itu Rara dengan koper-kopernya duduk diruang tamu Flat kami seolah menunggu saya mengakhiri semuanya dan mengucapkan salam perpisahan. Rara memutuskan pulang ke Indonesia setelah kontrak kerjanya habis disini.
“Kamu udah mutusin mau pulang atau stay di NewZealand?”
Saya menyesap kopi saya dan menggeleng “Masih belum tau ra”
“Pulang Gib, mungkin Gita masih nunggu kamu”
Saya tertawa pahit . “Mungkin”
“Perasaan kamu ke dia masih sama gib, kita emang udah ngelakuin kesalahan gib, tapi coba cari kesempatan lagi untuk balik ke dia. Udah cukup kamu nyiksa diri kamu sendiri, dan maksain diri buat kita sama-sama padahal kita cuma salah mengartikan rasa nyaman dan sayang kita sebagai dua orang yang bersahabat dengan ngira perasaan itu cinta dan ngancurin semuanya”
Suara Rara sedikit bergetar saat menyelesaikan kalimatnya.“Dia benci saya ra” Kali ini suara saya yang bergetar. Rara bangkit dari duduknya dan memeluk saya
“Aku pulang ya, kamu harus bahagia Gibran” katanya an menepuk punggung saya lalu menarik kopernya dan pergi dari Flat yang 2 tahun terakhir kami berdua tinggali.
Semalaman saya memikirkan ucapan Rara dan merindukan Gita. Apa Gita masih mau menerima saya kembali? Apa Gita sekarang masih bisa saya raih kembali? Dan apa saya pantas meminta Gita untuk kembali? Malam itu saya memutuskan untuk pulang ke Indonesia mencoba meraih Gita kembali kepelukan saya.
Baru satu hari kepulangan saya ke Indonesia saya sudah tidak sabar untuk menghubungi Gita, saya mencari kabar terbaru Gita lewat teman-teman kampusnya dulu dan tentu dari social medianya.
Saya mencari kontak namanya di Friend List Line saya.‘BabyGirl’ bahkan saya gak mengganti nama kontaknya setelah mengakhiri hubungan kami. Dengan penuh harap dan cemas saya mengetik pesan untuk dia.Gibran.P: Gita, saya dijakarta sekarang
Gita tidak membalas. Pikir saya mungkin dia sudah mem-block kontak line saya.
Beberapa menit kemudian Hp saya bergetar,jantung saya seolah meloncat dari tempatnya hanya karna sebuah getaran handphone.BabyGirl: Iya
Satu kata balasan dari Gita membuat saya menyunggingkan senyum, dengan jantung berdebar saya mengetikkan pesan selanjutnya
Gibran.P: Saya kangen, Bisa ketemu?
BabyGirl: boleh.
Saya tidak bisa menyembunyikan rasa senang saya sekaligus perasaan lega, senyum saya makin lebar dan dalam hati saya berjanji pada diri saya sendiri kalau kali ini saya tidak akan melakukan kesalahan lagi, saya ingin kamu Gita. Baik di hati dan pikiran saya Gita masih special.
Saya percaya semua orang punya kesempatan kedua, sekarang semua yang ada didiri sayadipenuhi Gita. Gita dipikiran saya,Gita dimata saya, Gita dihati saya.Gita,Gita,Gita. Memikirkan suara cemprengnya saja sudah membuat saya senang dan tidak sabar untuk menemuinya.
Gita saya kangen.
.....
HALO HALO HAI HALOOO.
Terimakasih untuk kalian yang masih lanjut membaca kisah Gibran dan Gita.
Aku janji ini part terakhir aku nulisin flashback dan alur mundur cerita ini.
Aku cuma mau kalian tau alasan dan cerita dari prespektif seorang Gibran, biar gak bingung gitu :(.
Next part akan ada kelanjutan Gita,Gibran dan Si lucu Dimas abimanyu❤
Kira-kira GibranGita balikan gak ya?
stay tuned dan tungguin ya❤❤lots of love
pucalxx.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gibran dan Gita
Любовные романыGimana rasanya kalau tiba-tiba mantan pacarmu menghubungimu kembali? sebal? langsung menolak? Berbeda dengan kalian Gita menerima Gibran dengan tangan terbuka padahal Gibran itu pernah menjadi alasan 'patah hati terburuk' bagi Gita. Ini adalah kisah...