Fire

44 0 0
                                    

"Alvin dipanggil sama Umi"

Alvin mengernyitkan dahinya, kenapa akhir-akhir ini ia merasa sering sekali dipanggil istri pemilik pesantren ini?. Rencananya untuk berganti baju sepertinya harus tertunda karena panggilan itu.

"Iya"
Alvin segera berajalan menuju kediaman umi, saat akan mengucapkan salam, Alvin dikejutkan dengan kedua orang tuanya yang suda duduk di ruang tamu kedaiaman umi.

"Assalamua'alaikum"

Semua yang tadiya sedang sisbuk berbicangmendadak diam ketika mendengar salamnya.

"Setelah dipersilahkan masuk dan duduk, Alvin duduk dengan tenag diantara kedua orang tuanya.

"Ada apa bun?" tanyanaya bingugn, baru bebrapa hari ia disini dan oeang tuanya sudah datang mnejenguk, oh apakah orangtuanya menyesal memasukkannya kesini dan ingin mengajaknya pulang? Jika ya Alvin akan sangat-sangat bersyukur karena itu.

"Alvin kita ke Jakarta ya, nenek sakit"

Neneknya sakit? Ya Allah Alvin tiba-tiba sangat merindukan neneknya itu. Avin kecil memang dekat sekali dengan nenek, apaapa nenek, yang dicari tiap hari nenek.

Alvin segera menganggukkan kepalanya dan angsung pamit untuk mempersiapkan barang bawaannya.

"Berapa lama kamu di Jakarta Vin?" Hena bertanya ketika Alvin sedang sibuk memasukkan peralatan skincarenya ke dalam pouch.

"Belom tau Hen, kayaknya nggak lama sih"

"Ih nanti aku nggak ada temen dong buat jailin kang maman"

Kang Maman itu satpam digerbang belakang, mereka sering sekali menipu kang Maman jika ingin berjalan-jalan diluar 'pesanteren' ini.

"Ajak Hena lah" canda Alvin.

"Eh nggak ya, nanti kena iqob, lagian kamu kok ngajarin yang nggak bener mulu sih Ra"

"Hena mah gitu" Fara mengerucutkan bibirnya, sepertinya ia tidak bisa mencicipi ek krim durian yang dijual di prempatan dekat pesanteren dalam waktu dekat ini. Padahal ia sduah membayangkan es krim itu akan meleleh dimulutnya, apalagi kalo ditambah portongna roti, oke cukup! Bisa-bisa air liur Fara menetes membayangkannya.

"Jangan lama-lama, nanti kamu rindu"

Alvin hanya memutar bola matanya, Fara memang sealay itu ternyata.

Setelah selesai memasukkan barangnya dalam koper, Avin segera pamit, Fara yang lebay itu bahkan menitikkan airmatanya.

"Jangan lupa titipan masker ku yah, harus sama dengan yang dipakai sama exo"

'Ck, dimana coba gue dapaetin itu masker'

"Iya" iyain ajadeh daripada gue nggak jadi balik.

Setelah berpisah Alvin menggeret kopernya, isinya tidak terllau banyak mengingat baju-bajunya masih tersimpan banyak di rumahnya.

Sudah satu minggu ini Alvin izin, hari ini ia sudah kembali ke pesanteren. Jam masih menunjukkan pukul 5 pagi sepertinya Farad an Hena masih sibuk di masjid, Alvin memang tidak memberitahukan perihal kepulangannya, biarlah menjadi kejutan. Alvin mengeluarkan barang-barang dari dalam kopernya, ia memilih menatanya sambil menunggu kedua sahabatnya itu.

"Huaa, sumpah deh ngantuk bener gue, Ustad Gunawan mah selalu sukses bikin gue terbang kea lam mimpi"

Itu suara Fara yang baru saja memasuki kamar, setelah mengucap salami a langsung mengomel sambil menghempaskan badannya kekasur.

"Aww sakit"

Fara terlonjak kaget, sejak kapan bantalnya bersuara.

"Heh siapa lo?" ia segera bangkit dan menyibakkan selimutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karena  LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang