Ketukan jari jemari di meja berlapis kaca berirama pelan semakin mengubah suasana ruangan yang didominasi dengan cat dinding berwarna abu-abu muda menjadi semakin dingin namun seorang wanita malah berkeringat karena otaknya sedang bekerja tiga kali lipat dari biasanya.
Ketukan tersebut menandakan marahnya sesosok pria berumur 28 tahun bernama Ahn Jimin, tepatnya ia merupakan pemilik Titanium Company yang memiliki restoran dengan cabang di berbagai wilayah di Korea Selatan. Jimin benar-benar geram dengan sekretaris di hadapannya ini, notulensi rapat harian yang seharusnya diberikan kepadanya pukul 11:15 malah melebihi dari yang ditentukan, melebihi 30 detik. Jimin muak sekali padahal seluruh ketentuan waktu sudah ditempel di berbagai sudut kantornya. Rumornya jika semua aturan itu tidak dipatuhi, Jimin tidak akan menggaji karyawannya untuk dua bulan walaupun hanya satu kesalahan atau juga bisa dipecat jika dia jarang melihat karyawan itu. Kebijakan ini tentunya membuat karyawan yang jabatannya rendah menjadi sangat takut dengannya.
“Aku ingin merobek kertas ini,” ucap Jimin dengan datar, terlampau datar bahkan bisa mengelabui dengan jurang di ujungnya.
“S-sa-saya minta maaf, Pak. Tintanya habis jadi harus diisi dulu,” bela Yoo Luna. “Keluar,” titah Jimin tak terbantah. Tak menampik kemungkinan seorang sekretaris yang sangat tahu tabiat atasannya itu juga lalai dalam pekerjaannya padahal dia sudah sangat berhati-hati dalam pekerjaannya.
Luna membungkuk sebelum keluar dari ruangan Jimin. Jimin sendiri jadi kesal setengah mati, suasana hatinya akan sangat buruk jika ada sesuatu yang tidak berjalan seperti biasanya. Ia menjadi sangat temperamental. Tumpukan map berisi laporan yang sudah ia tanda tangani menjadi sasaran kemarahannya dan melempar semuanya dengan asal. Ia beranjak dan melempar vas bunga di pojok ruangannya sehingga vas cantik pemberian ibunya itu pecah berkeping-keping.
Kemarahan Jimin ini hanya sementara karena ia merasa waktunya sangat berharga jadi setelah melampiaskan amarah, dia kembali duduk dengan tenang dan melanjutkan pekerjaannya, tepat pukul 11:45 ia memanggil asisten pribadinya. “Map yang berjatuhan ini bereskan lagi di mejaku seperti semula, jangan ada dokumen yang terlipat atau kotor, vas bunga itu bagaimanapun caranya harus kembali seperti semula dengan bunga dan letaknya yang sama. Selesaikan dalam 15 menit,” titahnya.
Jangan pikirkan bagaimana isi hati asisten pribadi Jimin, ia sudah menyumpah serapahi atasannya ini. Jimin itu waras tapi seperti tidak, pikir Park Jungkook, asisten pribadi Jimin yang telah bekerja selama hampir 10 tahun sejak Jimin mendirikan sebuah restoran yang sekarang meluas hingga membentuk sebuah perusahaan.
Jungkook mengumpulkan seluruh dokumen dan vas bunga yang berserakan lalu keluar ruangan untuk mengembalikan semua dokumen ke masing-masing penanggung jawab laporan tersebut untuk dicetak ulang kemudian meng-scan tanda tangan Jimin dan menempel ulang stempel perusahaan agar kembali seperti semula, tanpa ada lipatan. “Halo, Pak Jung, tolong carikan vas bunga dengan motif dan ukuran yang sama seperti yang kukirimkan di kakao, kau harus segera kembali dalam 10 menit.” Klik! Tanpa sempat dijawab, Jungkook mematikan panggilan sepihak.
Jungkook sibuk sekali hari ini, pukul 12:00 adalah jadwal makan siang kantor dan ia juga harus menyiapkan keperluan makan siang Jimin, ia harus memastikan rasa makanan yang dimasak oleh koki di kantor sudah seperti yang Jimin inginkan dan juga ia harus memastikan bahwa kantin di kantor dalam kondisi bersih karena Jimin akan melewati kantin sebelum ke ruangan khususnya.
Setelah semuanya dibereskan tepat waktu, Jimin pergi ke ruang makan yang dibuat khusus untuknya di lantai bawah. Seperti biasa, para karyawan membungkuk saat Jimin lewat. Paras tampan Jimin terkadang membuat beberapa karyawan wanita di kantor lupa dengan kepribadian Jimin yang seenaknya. Seperti yang dilakukan pelayan wanita yang tidak sengaja menumpahkan minuman saat Jimin lewat. Tamat sudah. Dia benar-benar ceroboh. Suara gelas jatuh dan minuman yang mengotori lantai benar-benar menjengkelkan, Jimin benci kotor. Hari ini baginya sangat memuakkan, suasana hatinya kacau sekali dan semuanya membuatnya kesal. “Aku tidak ingin melihatnya lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
GENERATION [P.Jm] -DISCONTINUE-
Fanfic. Harta yang dihasilkan Ahn Jimin malah menjadi pedang bagi ibunya sehingga terbentuklah rencana tak wajar hasil pemikiran ibunya untuk mempertahankan harta tersebut melalui keturunan Jimin. Mampukah Jimin mempertahankan keutuhan keluarganya dengan...