[2]

45 7 1
                                    

Kedatangan wanita dengan perawakan tubuh yang sangat ramping dengan riasan yang sederhana namun mampu membuat setiap wanita yang melihatnya terpikat dan bertanya-tanya di mana dia mendapat perawatan atau berbisik tentang bagaimana dia melakukan diet mati-matian agar mendapat tubuh yang begitu bagus. Bagaimana cara wanita itu berjalan dengan anggun nan mewah juga dapat meluluhkan setiap pria yang menatapnya, mampu juga mengelabui setiap orang dengan usianya yang saat ini menginjak 62 tahun namun terlihat seperti perempuan lajang yang berasal dari keluarga kaya terlepas dari latar belakangnya yang asli.

“Pagi, Ibu Ahn,” sapa manajer salah satu cabang restoran milik Jimin. Ia terlihat panik dan berkeringat, napasnya terengah karena langsung berlari setelah salah seorang karyawan memberi tahu kedatangan Shin Mirae, ibu kandung Jimin.

Mirae membalas dengan senyuman hangat, “Pagi, Manajer Jung.” Manajer Jung segera mempersilakan Mirae untuk masuk ruangannya.  Mirae mendaratkan bokongnya dan meletakkan tasnya dengan sangat hati-hati. “Terima kasih Manajer Jung. Maaf kedatanganku mendadak, aku hanya ingin mengecek restoran setelah peluncuran menu baru.” Mirae meneguk segelas teh hijau hangat yang disajikan, “Apakah peminatnya banyak?”

“Untuk kategori menu baru, peminat dengan enam puluh dua persen merupakan awal yang cukup bagus. Kami akan terus memperluas dari segi marketing,” jawab Manajer Jung.
Mirae mengangguk-angguk kecil, “Itu bagus, aku harap cabang yang di Jepang juga bisa sesukses di Korea. Terima kasih atas kerja kerasmu, Manajer Jung.”
Manajer Jung tersenyum, “Pujian itu seharusnya anda sampaikan ke suami anda, berkat resep luas biasa koki Ahn, semua orang memilih Titanium.” Ia melebarkan bola matanya. “Ah iya! Anda harus menyicipi menu barunya. Tunggu di sini, akan saya sampaikan dulu kepada pelayan.” Manajer Jung berdiri hendak keluar ruangan.

“Tidak usah, aku hanya sebentar, aku harus mengunjungi penangkaran hewan di Jeju, pesawatnya berangkat jam 10,” cegah Mirae, ia mengecek jam di pergelangan tangannya, “Aku pergi sekarang.” Ia bangkit dari duduknya.

Tok tok tok.

Mirae menatap Manajer Jung seakan bertanya dan menyuruhnya membuka pintu, ia juga berjalan hendak keluar ruangan.

“Aku sedang ada tamu,” ujar Manajer Jung setelah membuka pintu.
Salah satu pelayan membungkuk setelah melihat Mirae yang berada di belakang Manajer Jung. “Tidak apa, Manajer Jung.” Manajer Jung berbalik menghadap Mirae dan membuka akses untuknya melihat kedatangan seorang pelayan restoran bersama seorang gadis muda dengan penampilan sederhana, terlihat sangat natural tanpa riasan, rambut hitam lurus sebahu sedikit kemerahan yang nampak sangat sehat tanpa sentuhan zat kimia.
Gadis itu menarik perhatian Mirae dalam sekali pandang.

Mirae bertanya, “Apa kau akan melamar di sini?” 

Gadis itu membungkuk, “Iya, Ibu...” ia sedikit memiringkan kepala, beripikir nama wanita di hadapannya. “Ahn Mirae. Siapa namamu?” Tanya Mirae.

“Saya Kim Sooyi,” jawab gadis muda itu. Mirae tersenyum dan dengan pemikiran kritisnya ia bertanya, “Maukah kau bekerja denganku saja?”

Sooyi mengerutkan dahinya, “Maksud anda?”

“Bekerja di rumahku, lebih tepatnya rumah anakku. Dia hidup sendirian, kupikir dia membutuhkan asisten rumah tangga.” Sooyi membelalakan matanya.

“Be-benarkah? Apa itu artinya saya diterima bekerja?”

Mirae mengangguk. Tatapannya beralih ke Manajer Jung. “Manajer Jung, tidak apa ‘kan?”. “Ah iya tidak apa, masih ada dua orang lagi yang akan mengikuti wawancara,” jawab Manajer Jung.

“Baiklah.” Mirae tersenyum kepada Sooyi, begitupun sebaliknya. Mereka saling tatap dengan pikiran yang sangat bertolak belakang, Sooyi yang besar harapan dan Mirae yang penuh rencana.

***

Sudah tiga hari setelah pulangnya Mirae ke Seoul dari Jeju, ia memanggil Sooyi untuk langsung datang ke rumah anaknya. Namun harapan besar Sooyi begitu pupus melihat siapa tuan rumah yang akan menjadi majikannya. Itu pria yang sama yang memecatnya seminggu yang lalu.

“Dia tidak bisa bekerja,” tolak Jimin setelah Mirae mengenalkan Sooyi dan menjelaskan kedatangan mereka. Sooyi sudah pasrah dan menunduk sedari tadi menatap jemarinya yang saling bertautan.

Mirae sangat tahu Jimin, dia akan tetap menolak jika sekali bilang tidak, tetapi tidak dengannya. Jimin sangat patuh dengannya, ia terbiasa hidup sedari kecil dengan penuh aturan yang dibuat oleh ibunya jadi ia merasa hidupnya akan berantakan jika tidak mematuhi ibunya. Satu hal yang ia yakini adalah ajaran ibunya yang membuatnya berhasil seperti sekarang ini.

Tatapan ibunya yang berusaha meyakinkan Jimin benar-benar membuatnya luluh. Ia memutus pandangan dari ibunya lebih memilih menatap pemandangan malam hari di luar jendela rumahnya sambil berpikir.

Ia menghela napas dalam. “Baiklah, tapi aku akan langsung memecatnya jika ia berbuat kesalahan lagi.” Mirae tersenyum puas, “Jangan khawatir, dia pasti bisa menyesuaikan.”

Mirae berbalik menghadap Sooyi. “Kau sudah membawa barangmu?” Tanyanya. Sooyi mengangguk. “Ruanganmu di atas paling ujung. Bereskan barangmu dulu, kau harus kembali saat Jimin memanggil.”

Jimin terkejut dan langsung menghadap Mirae. Ia tidak tahu bahwa Sooyi juga tinggal di rumahnya “Aku tidak-”
Mirae mengisyaratkan Sooyi segera naik kemudian kembali menatap Jimin setelah Sooyi pergi. “Serahkan semua urusan rumah dengannya.”

Mirae membawa tangan kanannya mengusap kepala anaknya lembut. “Jimin... di usiamu yang sekarang ini... tidakkah sebaiknya kau mulai merencanakan punya keturunan?”

Jimin menghela napas. “Aku tidak akan menikah,” tegas Jimin.

“Jimin... ibu hanya berharap kau bisa hidup dengan lebih mudah.” Mirae kembali menghadap luar jendela sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

“Kau bisa mengandalkan istrimu untuk mengurus rumah dan kau hanya akan fokus dengan pekerjaanmu. Tujuan menikah itu punya keturunan. Kau bisa menyimpan seluruh asetmu dengan aman atas nama anakmu.”

Jimin masih hening, ia sangat tidak setuju dengan penuturan ibunya. “Aku akan mengamankan semuanya dengan caraku.” Ia juga mengubah posisinya memandang keramaian malam Seoul.

“Tidak, Jimin. Kau akan semakin tua dan nantinya akan meninggal. Keluarga Ahn dan Titanium... harus tetap bersinar,” jelas Mirae.

Pikiran Jimin terprovokasi jika menyangkut pekerjaan dan diam-diam menyetujui dalam hati tetapi ia jadi bingung. Ia akan selalu bingung dengan sesuatu yang tidak ada dalam rencananya, termasuk pernikahan.

Apalagi ia tidak dekat dengan wanita manapun. Semuanya menjadi sangat rumit di kepalanya saat ini.

“Ibu sudah menemukan wanitanya,” ucap Mirae seolah tahu pikiran anaknya.
Jimin menyatukan kedua alisnya.

“Wanita yang barusan kukenalkan padamu,” tutur Mirae.
Jimin mengangkat sebelah sudut bibirnya. “Dia saja kupecat minggu lalu karena gagal bekerja, bagaimana bisa ibu mempercayakan seluruh urusan rumahku padanya?” Tanyanya sarkastik.

“Gadis desa lebih nyaman bekerja tanpa adanya keramaian, Jimin, dan lagi pula tujuan utama kita adalah mempunyai keturunan. Nama dia juga masih bersih jadi sangat aman untuk kekuatanmu di depan publik,” tutur Mirae persuasif.

Jimin bungkam, dia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia membenci sesuatu yang tidak dalam rencananya karena membuatnya jadi berpikir untuk hal yang tidak jelas tujuannya. Mirae sendiri sudah sangat yakin bahwa Jimin akan menyetujui hal ini. Memikirkan rencananya yang nampaknya akan berhasil membuatnya bersemangat. Diam-diam ia menyunggingkan senyum tipis penuh makna.

GENERATION [P.Jm] -DISCONTINUE-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang