part 1

29 7 9
                                        

"WOY GUE DAPET CONTEKAN SOAL ULANGAN MATEMATIKA DARI KELAS SEBELAH, KALIAN CARI JAWABANNYA TERUS FOTO SHARE DI GRUP" itu suara Dhirga bamastara, ketua kelas yang paling baik sepanjang masa. Ia rela keliling sekolah demi mencari contekan soal ulangan, ia rela keluar-masuk BK karena mengambil spidol, sapu, dan kursi dari kelas lain demi ke sejahteraan rakyat-rakyat nya.

Dhirga bamastara, nama nya dikenal seantero sekolah. Ia bukan cowok dingin maupun playboy seperti cerita-cerita fiksi lainnya. Dia hanya seorang siswa dengan sejuta kepribadian aneh.

Dhirga menatap kearah Nadhi yang sibuk menulis sesuatu di laptopnya. "Lu kok ga bantuin. Yang Laen pada sibuk cari jawaban noh. Lu kan pinter Nad"

Tangan Nadhi berhenti menekan keyboard, ia menatap Dhirga sejenak sebelum akhirnya menghela nafas dan menutup laptop tersebut.

Nadhi mengambil kertas selembar dari dalam tas nya, ia mulai mengisi soal-soalan tersebut dengan mudah tak membutuhkan waktu lama Nadhi menuntaskan soal-soal tersebut.

Nadhi menyerahkan kertas yang sudah penuh berisi jawaban pada Dhirga tanpa banyak bicara.

"Nih ambil" Dhirga mengambil kertas jawaban itu lalu ia foto dan kemudian ia bagikan di grup kelas. Tak lupa Dhirga juga mengucapkan terimakasih pada Nadhi.

"Nad, lu kayaknya paling jarang bergaul di kelas. Lu gak ada masalahkan?" Dhirga bertanya serius. Pasalnya Dhirga hanya melihat Nadhi berbicara jika ada hal yang penting saja. Sisanya ia akan sibuk kembali pada layar laptopnya.

Nadhi menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Gue selaku ketua kelas harus tau masalah rakyat-rakyat gue. Kalo lu ga ngomong mana gue tau" Nadhi tetap tidak menjawab.

"Lu di bully?" Tebak Dhirga namun lagi-lagi Nadhi menjawab dengan gelengan kepala.

"Kalo lu emang gak punya temen, yaudah lu anggap aja gue temen lu"

"Sa ae modus lu kadal" timpal Genta. Dhirga tersenyum sambil menginjak kaki Genta membuatnya menahan ringisan.

"Hmmm, iya" balas Nadhi membuat Dhirga terdiam membatu. Mendapat jawaban tak terduga dari Nadhi.

"Tapi Genta sama Galih juga temen gue, lu juga harus temenan sama mereka. Terus lu harus belajar berteman sama yang lainnya. Kita ini keluarga" Nadhi mengangguk setuju. Sejujurnya bukan mau Nadhi menutupi diri dari yang lain. Dirinya saja yang tak pandai bergaul.

"Gimana kalo jam istirahat. lu ikut kita ke kantin" Nadhi tampak menimang-nimang sejenak sebelum akhirnya mengangguk setuju.

+-+

"JUJUR KALIAN PASTI DAPET CONTEKAN DARI KELAS LAIN KAN?" suara buk Susi terdengar merdu di telinga membuat para pendengar diam tak bersuara. Tak ada yang berani angkat bicara. Semua membisu seketika.

"IBU CURIGA KENAPA KELAS KALIAN NILAINYA RATA-RATA 80 AN SEDANGKAN KELAS LAIN DAPET 70 AJA BISA DIHITUNG PAKEK JARI" masih tak ada jawaban. Beginilah ketika buk Susi si guru Killer mengajar. Saat marah ataupun tidak. Tetap tak akan ada yang berani bersuara. Buk Susi seolah mengajar patung bernyawa dengan suasana suram. Tak pernah sekalipun buk Susi mengajak siswanya main game untuk refreshing.

"Baiklah kalau kalian tetap diam, ibu akan tes kalian satu-satu" buk Susi akhirnya menghela nafas. Ia melepaskan kacamata nya sebentar lalu memijat pangkal hidungnya.

"Dhirga bamastara" Dhirga menegang, tak menyangka namanya duluan lah yang akan dipanggil.

"Kamu coba kerjakan soal ini"Dhirga segera berjalan menuju papan tulis. Wajahnya pucat dan tangannya dingin. Buk Susi memang pintar membuat anak orang jantungan.

Sudah beberapa menit tetap tak ada tanda-tanda dari Dhirga. Papan tulis masih bersih tanpa coretan. Suara bell penanda pulang dari speaker membuat Dhirga bernafas lega mengakhiri suasana yang mencekam ini.

"nilai kalian akan ibu tulis 70 semua. Ibu yakin kalian pasti mendapat contekan. Dan kamu Dhirga, ibu mau kamu belajar sama Nadhira. Nadhira nanti laporin ke ibu perkembangan Dhirga. Selamat sore" Nadhira mengangguk sebelum buk Susi keluar dari kelas.

"Selamat sore buk" salam satu kelas serentak.

"Wiiih makin Deket nih sama Nadhi" Galih menyikut Dhirga. Dhirga hanya membalas dengan senyum sambil merapikan buku-buku yang berserakan di meja.

"Kalo tau gini hukumannya, gue rela di suruh maju sama buk Susi" timpal Genta.

"Lu bener gak ada apa-apa gitu sama Nadhi? Modusin contohnya?" Tanya Genta dan Dhirga balas menggeleng.

"Gue cuma mau dia belajar bergaul, entar kalo udah dapet temen dia gak nempel lagi sama kita" Genta dan Galih mengangguk seolah paham apa yang dijelaskan Dhirga.

"Yok kita cabut" ajak Dhirga.

Nadhira Mahessa, ia bukan seperti Dhirga yang banyak dikenal karena sikap ramah dan tampannya. Ia lebih suka duduk berdiam diri di kelas dengan laptopnya. Ia lebih suka menutupi diri dari yang lain dan karena itu ia sulit bergaul.

Ia juga ingin memiliki banyak teman, tapi entah kenapa rasanya sulit. Dan kemudian Dhirga datang, menawarkan pada dirinya untuk menjadi teman. mungkin ini merupakan langkah awal yang baik untuk mencoba bergaul. Dan seperti dugaannya memiliki teman tidak buruk apalagi seperti Dhirga, Genta, dan Galih. Mereka berhasil membuat Nadhi tidak merasa kesepian.

+++

To be continued

Segini aja dulu :)

if you stay [ DHIRGARA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang