03. Chihiro x Areum (dan Anjing (?))

25 3 6
                                    

"Tarik napas, Chi! Terus buang..."

"ARRGGH!!!!"

"Jangan dipaksain!"

"Duh... Areum, kalo gue mati gimana? Bakal viral gak tuh?"

"Pabo! Jangan mikir yang nggak-nggak! Tarik napas lagi!"

"Hah, hah, hah.... gue udah gak kuat nih!" 

"Chihiro, tolong sabar! Lo pasti bisa. Pokoknya jangan dipaksain!"

"Oke... gue bakal usaha lagi. Satu, dua, tiga! Arrgghhh!!!!"

BLUB.....

******

"Kok lama? Kalian nggak mutar-mutar sekolah sambil pacaran kan?" Komentar guru seni budaya itu membuat dua orang siswi yang berada di bingkai pintu langsung panik. Gue berhenti menulis, melihat siapa korban keusilan guru seni budaya kami kali ini. 

"Pak, maaf sebelumnya. Saya tau bapak itu suka sama anim Yuri. Tapi, kami berdua baru aja dari toilet." Gadis pemilik rambut yang dikuncir dua itu meluruskan kebenarannya. Pria itu mengangguk dan mendekatkan mulutnya ke telinga gadis itu. 

"Jadi, kalian ngapain tadi?" Pria usia dua puluh tahun ke atas itu berbisik. Suasana kelas refleks mendadak hening. Gue langsung menyeringai. Kalau bicara soal bisik-bisik, kekompakkan mereka emang nggak ada saingannya. 

"Oh jadi gitu, ya udah kalian boleh duduk." Guru seni budaya itu menjauhkan mulutnya dari telinga gadis kuncir tadi. Pria itu membuang napas kecewa. Gue mengangkat alis. Sekarang gue benar-benar kepo sama 'bisik-bisik tetangga' mereka bertiga di depan tadi.  

"Yang lain, lanjutin catatannya! Yang berempat di pojok, ngerumpinya nanti aja!" Guru seni budaya mengacungkan telunjuknya ke arah pojok kiri. Anak-anak yang ditunjuk refleks gelagapan. Berusaha menghindari kontak mata langsung dengan cara mencari-cari bolpoin atau mencorat-coret buku catatan bagian belakang  

Saat ini, kelas hening kayak kuburan. Bertolak belakang dengan benak gue yang ributnya kayak pasar ikan. Gue meletakkan pena ke atas meja. Berhenti sesaat. Asu yang duduk di sebelah gue juga berhenti menulis. Cuma sebentar sih. Mungkin ambil napas dulu, terus lanjut nulis. 

"Su, kira-kira apa yang mereka bertiga bicarain di depan?" 

"Yang pasti bukan bicarain elo. Jadi jangan kege-eran."

"Gue serius, Asu." 

Asu berhenti menulis. Si doi menoleh ke arah kanan, "Gue masih ingat betul kalau sepuluh menit yang lalu mereka izin ke toilet. Berdua."

"Tuh kan. Terus kalau ke toilet berdua, kira-kira mereka ngapain disana?"

Asu mengangkat bahunya cuek.

 "Mungkin mencret  jamaah."

****

"Oh, tadi gue sama Chihiro ke toilet. Biasa, si Chihiro katanya sakit perut." Gadis dengan mata onyx sempurna itu menunjuk temannya dengan ibu jari. Temannya- Chihiro- hanya mengangguk-angguk. 

"Berarti tebakan gue salah, Syah." Asu meletakkan kedua tangannya di tengkuk. Gue mengangkat alis, lalu tertawa keras-keras. Cewek yang di hadapan Asu hanya memasang tampang heran. 

"Emang apa sih yang lo tebak?" Chihiro datang dengan dua jus jeruk bungkus di tangannya. Areum mengambil satu saat Chihiro sudah menempelkan bokongnya ke kursi. Ikut nimbrung. Gue berhenti ketawa. Tepatnya berusaha berhenti ketawa. 

"Gue kira kalian berdua ke toilet karena mencret jamaah. Eh, rupaya tebakan gue melenceng." Asu meletakkan dua kakinya ke atas meja. Gayanya sudah sepeti bos besar saja. Si doi kini mengambil jus jeruk yang ujung pipetnya hampir menyentuh bibir Areum. Cewek bandana itu menggeram. Asu menyeruput cuek. Lalu mengembalikan jus jeruk pada pemiliknya.

Hidup itu Nggak SusahWhere stories live. Discover now