02 - Stigma

173 35 1
                                    

Jungkook butuh ketenangan. Otaknya perlu beristirahat. Malam ini, dia mengalami masa paling suram dalam hidupnya. Ketika mengingatnya lagi, Jungkook tertawa miris menertawakan kebodohannya.

Kebodohan yang sangat tidak berarti. Selama tujuh belas tahun ini, pria tampan itu baru menyadari wajah asli orangtuanya.

Siapakah yang harus dia salahkan atas semua kejadian ini? Tuhan?

Atau dirinya sendiri yang sangat bodoh?

Laju motor Jungkook perlahan melambat. Ia baru sadar bahwa ia tak mungkin pulang ke rumah untuk saat ini. Sekarang ia benci rumah.

Hidup itu ternyata sulit juga. Tanpa harus di prediksi, kejadian buruk tiba-tiba saja di depan mata.

Motornya ia tepikan di pinggir jalan. Lalu duduk menyandarkan badannya di halte yang sepi itu. Suara desahan napas terdengar. Jungkook depresi.

Bisa-bisa ia gila jika terus memikirkan keadaan keluarganya yang jauh dari kata baik.

“Perkataan Papah tadi sungguh kejam. Sebelas dua belas dengan Mamah. Huft.”

Dalam kesunyian malam tanpa bintang-bintang menemani kegelapan, seorang anak laki-laki berparas tampan dan pintar berumur tujuh belas tahun itu, meluapkan semua perasaan kecewanya.

“Untuk apa semua piala-piala itu di pajang di lemari bahkan mereka saja ingin aku mati? Ck! Dasar Para Penjilat.”

Bagaimana nanti kisah hidupnya berakhir jika malam ini sudah seperti akhir dari perjalanan hidupnya?

“Apa aku bukan anak kandung mereka? Sial. Wajahku terlalu mirip dengan mereka berdua.”

Jungkook mendesah lagi. “Oh Tuhan... Aku sungguh benci dengan wajahku yang mirip dengan Mamah dan Papah.”

“Kau tak perlu mengkhawatirkan hal itu Jungkook. Aku akan membantumu.”

Seseorang tiba-tiba saja berbicara dengan Jungkook entah darimana orang misterius itu berasal.
Ada perasaan tak enak menyelimuti hati Jungkook. Netra nya terus memperhatikan gaya busana orang misterius itu yang sedikit aneh.

Seluruh badannya tertutupi. Begitu juga masker yang menyembunyikan wajah orang itu. Hanya kedua matanya saja yang bisa Jungkook lihat.

Jungkook memutar tubuhnya. Melihat ke belakang ke arah orang yang berbicara kepadanya itu.

“Siapa kau? Apa kau orang suruhan Mamah? Atau Papah? Pergilah. Dan bilang kepada mereka, aku tak mau ikut denganmu.”

Orang itu tertawa. “Kau ini percaya diri sekali, Jungkook. Apa kau tak memahami perkataan ku tadi? Ck! Dasar bodoh.”

“Jika aku bodoh, tidak mungkin aku mengoleksi piala-piala tersebut di rumah.”

Lagi. Orang itu tertawa.

“Kalau kau tidak bodoh, kenapa kau baru menyadari sekarang, kalau sikap perhatian dan rasa sayang dari orangtuamu untukmu selama ini adalah palsu? Miris sekali hidupmu, Jungkook.”

“Apa maumu yang sebenarnya, hah? Katakan kepadaku.”

“Aku mau wajah tampanmu itu, Jungkook.”

Byur

“Akhhh!”

Jungkook terjatuh ketika orang itu secara tiba-tiba menyerangnya dengan menyiram wajahnya menggunakan cairan keras. Ini sungguh tidak terpikirkan olehnya.

“Kau gila, huh?! Akhhh! Perih! Dasar brengsek.” Jungkook merasakan wajahnya terbakar dan mengelupas.

“Ini belum seberapa Jeon Jungkook. Ini baru permulaan saja. Jadi, tenangkan dirimu. Dan jangan lupa, persiapkan dirimu.” Orang itu berjongkok di depan Jungkook yang tidak bisa membuka mata kanan nya.

A-Life - Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang