Ulsan, 04 Januari 2022
Salju tebal masih menempel di jendela-jendela rumah. Begitu juga jalan raya besar yang di tutup sementara karena badai salju yang bisa kapan saja terjadi tanpa di prediksi sebelumnya. Terlihat orang-orang mengeluh tentang musim dingin yang menyebalkan karena sudah mengganggu aktivitas keseharian mereka.
Jalan raya terlihat sangat sepi. Hanya ada beberapa mobil yang melewatinya. Itupun hanya mobil pengantar barang karena sudah dikejar deadline.
Seorang pemuda laki-laki masih setia tidur di ranjangnya. Menelusuri alam mimpinya yang begitu luas. Tak peduli dengan cuaca yang semakin memburuk. Ruangannya terasa hangat untuk cuaca dingin seperti sekarang.
Pemuda itu tidur bukan untuk berleha-leha membuang waktu miliknya. Hanya saja, ia sedang mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan. Ini adalah hari kedua orang itu pingsan dan belum mau membuka matanya.
"Bukankah dia Jungkook? Anak dari Jeon Jungshin?" Seorang dokter berambut tipis bertanya kepada dokter yang merawat pasien bernama Jungkook.
"Kenapa memangnya jika dia adalah anak dari Jeon Jungshin?" Dokter tersebut memeriksa infusan milik pasiennya.
"Yak! Kau sungguh hebat bisa menangani pasien sepenting Jungkook!" Katanya berdecak kagum dengan dokter yang merawat Jungkook.
Dokter tersebut menghela nafasnya. Kemudian mengelus lembut pipi Jungkook.
"Aku sungguh kasihan dengannya. Sudah dua hari dia belum sadarkan diri. Orangtuanya bahkan tak mau mengosongkan jadwalnya untuk menjenguk anak malang ini. Bahkan, yang mengantarkan anak ini ke rumah sakit ketika ia pingsan, bukanlah orangtuanya. Melainkan pengawalnya. Sungguh kejam dunia ini."
"Tidak mungkin!"
"Apanya yang tidak mungkin dr. Shin? Lebih baik kita memeriksa kondisi pasien yang lain."
Keduanya berjalan keluar dari kamar rawat Jungkook sebelum mengatur ulang suhu ruangan. Pintu tertutup begitu mereka keluar. Suara bantingan pintu yang tertutup membuat Jungkook merasakan sesuatu. Ia menggerakkan jari-jarinya.
"Yang mereka bicarakan tadi, apa itu benar?"
Beberapa menit, Jungkook memilih untuk tetap diam. Dia sedang berpikir keras apa yang terjadi dengannya. Benar. Dia pingsan sehabis dari kamar mandi untuk memeriksa luka bakar di salah satu kakinya.
Perlahan dia bangun. Mencari ponselnya. Untung saja ponselnya di letakkan di atas nakas di samping ranjangnya. Jadi, ia tak perlu membuang tenaganya lagi.
Dua pesan muncul ketika ia membuka password ponselnya. Papah. Jungkook merasa senang saat membaca nama yang mengiriminya pesan.
Papah ❤
Jika kau sudah siuman, teleponlah Paman Hwang. Minta ia untuk menjemputmu pulang dari rumah sakit
Satu lagi. Kau harus benar-benar sudah pulih dalam tiga hari. Sepekan lagi kau kembali masuk sekolah untuk semester baru. Jangan sia-siakan otak pintar mu itu, Jungkook
"Apa ini? Apa Papah sungguh tak peduli dengan keadaanku?" Jungkook menggerutu sendiri."Eoh, kau sudah siuman rupanya, Jungkook." Seorang dokter lain baru saja masuk ke ruang rawat Jungkook.
Jungkook hanya bisa tersenyum kecil ketika seorang dokter datang kepadanya.
"Apa kau sudah merasa baikkan?" Tanya dokter itu.
"Ah iya. Aku sudah merasa baikkan. Terimakasih karena sudah merawat ku selama dua hari."
"Bagaimana kau bisa tahu, kalau kau pingsan selama dua hari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A-Life - Jeon Jungkook
ContoJika Tuhan yang mengatur sebuah kehidupan, bagaimana dengan Jungkook yang hidup dalam sebuah perjanjian?