05 - Save Me

131 19 1
                                    

Jika belajar adalah kegiatan yang sebagian dibenci oleh para murid maupun mahasiswa, namun semua itu tidak berlaku bagi Jeon Jungkook. Remaja laki-laki yang sedang beranjak dewasa tersebut sangat mencintai belajar. Kala sebuah pertanyaan matematika yang membuat pusing kepala hingga sampai ingin mati hanya sekedar mencari jawabannya, Jungkook malah menyukainya. Katanya, hal itu akan semakin mengasah otaknya. Sungguh jenius. Tuhan memberikannya otak yang luar biasa jenius.

Sayang. Kepintaran tidak selamanya membawamu pada kebahagiaan yang sejati. Ada yang menjadi pintar karena sebuah anugerah dan ada juga yang menjadi pintar karena sebuah paksaan atau tekanan. Opsi kedua mungkin paling banyak yang sering terjadi di sekitar kita. Namun, kita sungguh tidak menyadarinya.

Waktu libur sekolah masih beberapa hari lagi. Masih cukup untuk menghabiskan waktu berlibur bersama keluarga. Dan disinilah Jungkook berlibur. Menghabiskan waktu libur sekolahnya yang sungguh sangat bermanfaat. Mempelajari dan memahami materi semester dua. Ini sudah tahun terakhir dia bersekolah. Sekarang saatnya memikirkan cara bagaimana bisa diterima di universitas bergengsi.

"Huft. Aku sungguh tidak paham bagaimana hasilnya bisa dapat segitu. Namjoon hyung sangat pintar. Ia masih bisa mengingat materi ini dengan baik."

Rambutnya berantakan. Kertas coretan berserak di atas meja belajarnya. Rautan pensil yang menumpuk dan sudah seharusnya dibuang itu dibiarkan saja. Jangan lupakan mata panda milik Jungkook yang semakin parah.

Drrt drrt drrt

YOONGI HYUNG

"Apa kau masih belajar Jungkook?"

"Hm... Kenapa kau menelepon ku hyung?"

"Istirahatlah, Jung. Kau belajar semalaman lagi bukan?"

"Pasti Namjoon hyung yang membocorkannya padamu 'kan. Namjoon hyung sangat menyebalkan."

Jungkook menaruh kepalanya diatas meja. Kemudian me-loudspeaker panggilan teleponnya dengan Yoongi.

"Berhentilah belajar, jika itu membuatmu tertekan."

Suara helaan nafas yang sangat berat terdengar dari mulut Jungkook. Mengangkat kembali kepalanya. Mematikan loudspeakernya. Menempatkan ponselnya di telinganya.

"Kalau aku bisa, aku juga ingin berhenti belajar. Tapi tidak bisa. Papah dan Mamah akan marah besar nanti."

"Jangan pikirkan mereka dahulu, Jeon Jungkook. Pikirkan dirimu sendiri. Mereka tidak pernah mendengarkan rasa lelah mu yang belajar semalaman."

Senyap merayapi suasana. Otak jenius milik Jungkook berusaha meresapi saran dari Yoongi.

"Yoongi hyung... Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu."

Akhirnya. Jungkook bisa mengatakan kalimat tersebut. Kalimat yang jarang dia lontarkan ketika sedang berbicara pada orang lain disaat otaknya sudah tahu semua jawaban dari pertanyaannya.

Yoongi tak menjawab segera ucapan Jungkook di telepon. Hanya suara seperti orang-orang yang sedang ribut yang Jungkook dapat dengar.

"Lain kali saja, hm. Aku sedang banyak urusan sekarang. Jangan lupa istirahat. Aku tutup teleponnya."

"Tapi hyung-"

Baiklah. Semua orang pasti sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak melulu bisa mendengarkan keluh kesahnya. Itulah yang dipikirkan Jungkook.

Hatchiiimm.

Oh tidak. Flu nya mendadak muncul kembali. Mustahil sekali jika demam tinggi akan sembuh dalam sehari saja tanpa istirahat yang cukup dan meminum obat.

A-Life - Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang