Chapter 2

99 15 4
                                    

Author POV

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dua menit yang lalu. Setelah yakin tidak satupun ada barang yang tertinggal di loker meja, Vida berlari kecil menuju serambi kelas. Di sana sudah ada Siska yang menunggunya.

"Ayo," kata Vida sambil terus berjalan.

"Bimbel kita mulai jam 3, kan? Ayo, lunch dulu."

Vida mengangguk. Ya, berhubung jam pulang sekolah mereka—Vida dan Siska—hanya satu jam sebelum jam bimbingan belajar sore dimulai, Vida dan Siska tidak pernah pulang apabila ada bimbel. Sepulang sekolah, mereka akan makan siang dimanapun mereka ingin, lantas sehabis itu langsung pergi ke tempat bimbel.

"Vida, Siska!" Terdengar panggilan dari belakang. Mereka menoleh, dan mendapati Tiara bersama Nissya sedang berjalan ke arah mereka.

"Kalian mau kemana?" tanya Tiara.

Siska menjawab, "Mau ke Mezzo Café nih. Ikut?"

"Ikut. Ayo!" sambar Nissya. Dia berjalan mendahului tiga temannya yang lain. Bak seorang ketua.

Mereka berempat berjalan beriringan mengundang lirikan dari beberapa pihak. Mungkin ini karena adanya Nissya. Semua orang tau siapa dia. Seorang kapten tim basket putri yang popularitasnya berada pada tingkat atas. Berbanding terbalik apabila dibandingkan dengan Vida.

Vida sendiri merasa canggung berada di antara tiga orang ini. Namun, mau tidak mau dia kini harus berteman dengan mereka.

"Songong," desis sebuah suara. Nissya menghentikan langkahnya tiba-tiba. Vida, Siska, juga Tiara ikut menghentikan langkah.

Seorang anak kelas sebelas menatap sinis empat gadis ini, terutama Nissya. Sedetik kemudian, tanpa bisa dilerai, sebuah percekcokan terjadi antara Nissya dan gadis itu.

"Apaan lo bilang gue songong?!" Dengan suara mengintimidasi khas seorang Nissya, gadis itu menjadi bungkam. "Jawab dong!"

"Lo kali yang ngerasa," gadis itu berusaha mengelak. Nada suaranya seolah tak mau kalah. Pertengkaran kecil ini mengundang perhatian beberapa orang.

Vida mundur selangkah. Anak-anak populer di sekolah memang sering terlibat masalah. Tapi Vida bukan anak populer. Wajar dia tidak pernah bermasalah.

"Lainkali, punya mulut itu dijaga!" bentak Nissya sebelum akhirnya menarik tiga temannya untuk pergi. Sedangkan gadis tadi, masih saja melirik sinis pada Nissya.

==

Sudah lima belas menit lemon tea dalam gelas itu diaduk-aduk menggunakan sedotan oleh Nissya. Wajahnya merah padam menahan amarah.

"Gue kesel tau! Entah apa masalah bocah itu!"

"Udahlah, Nis, sabar. Jadi orang populer dan serbabisa kayak elo itu memang sulit," kata Tiara. "Buruan gih itu dimakan. Minumannya juga jangan diaduk terus."

"Gue nggak bisa sabar!"

BRAKKK!

==

NB: sebenarnya chapter ini nggak segini doang, tapi lanjutannya hilang setengah. :( jadi maaf kalau pendek. Chapter selanjutnya aku usahain panjang. Vomments ya, thanks! :D

Vida or Diva?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang