"Gue seriusan nih." ucap Viona gemas dengan jawaban Ara.
"Mana gue tau, gue gak kenal sama mereka. Kenapa tanya-tanya? Lo suka ya? Maruk bener semuanya ada 4 mau diambil semua?" corocos Ara panjang lebar.
"Pengen makan lo deh rasanya." ucap viona geram. Mencubit pipi Ara.
"Ih..sakit tahu. Beneran dah aku gak tahu. Mungkin gara-gara gue cantik kali." balas Ara memelas sambil memegang pipinya yang memerah. Viona melotot. Yah...memang Viona akui kalau Ara memang cantik, satu fakta yang jelas jika dia dibandingkan dengan Ara, Ara lebih cantik darinya.
"O...iya, lo mau ikut organisasi atau ekstra apa gitu gak?." tanya Viona mengalihkan pembicaraan.
"Gue mau ikut PMR, kan gue pengen nolong orang kalo kena apa-apa."
"Beneran alasan lo ikut PMR itu? Gue pikir karna lo gak mau kepanasan waktu upacara." selidik Viona.
"Hehehe...kalo yang itu alasan ketiga. Lo mau ikut apa?"
"Belum tau nih."
"Samain aja sama gue."
"Gak mau ah. Denger-dengar nih ya PMR itu seleksinya barat. Soalnya tahun kemarin yang daftar organisasi ini tu banyak hampir setengah angkatan. Dan yang keterima cuma 45 orang aja tiap angkatan."
"Lah belum dicoba udah bilang berat." cibir Ara.
######
Azzhura
"Selamat pagi semua." sapaku ramah saat masuk kelas dan disambut dengan senyuman anak-anak kelas. Setelah 2 minggu masuk kelas aku sudah mulai akrab dengan mereka. Aku duduk dikursi nomor 2 dari depan dekat meja guru dengan tenang. Sampai ada suara yang tak tahu malu berteriak manggil namaku dengan suara yang aduhay membahana. Siapa lagi kalau bukan Viona.
"Kenapa lo?" tanyaku saat ia sudah duduk dikursi sampingku.
"Buku tugas matematika gue ketinggalan. Mampus gue. Aisss....ini gara-gara kak Vanessa nih nyuruh gue cepet-cepet jadi kan gue lupa masukin tu buku di tas." rengeknya.
"Lo sih lelet. Nih salin cepet, 5 menit lagi bell masuk bunyi." ucapku sambil menyerahkan buku tugas dan diterima dengan lapang dada oleh Viona. Viona menulis dengan kekuatan penuh. Dengan mulutnya yang terus bergerak merapalkan sumpah serapah pada Vanessa, kakaknya. Untung saja pr nya hanya 5 soal. Jadi ia masih sempat menulis dalam waktu 5 menit sampai guru matematikanya datang.
######
"Mau ke katin gak lo?" tanyaku pada Viona yang sedari tadi gak berhenti ngedumel.
"Gak mau ikut, gue tinggal." tandasku karena tidak ada respon dari Viona. Aku tersenyum melihat Viona langsung melangkah menjajarkan langkahnya denganku.
Sesampainya di kantin aku dan Vio berbagi tugas aku mengantri beli jus dan Vio mengantri beli batagor, kantin sekolah kita memang terdiri dari beberapa stan penjual makanan. Tapi saat akan melangkahkan kaki untuk berjalan ke bangku kantin. Brukk.
"Maaf, maaf gak sengaja." aku tersentak jus yang aku bawa tumpah mengenai pakaian orang yang aku tabrak. Aku menatapnya. Gila gantengnya, dengan buru-buru aku membuang pemikiran itu. Aku mundur satu langkah. Ia masih terdiam memandangiku dengan tatapan yang entah apa itu.
"Maaf kak, aku gak sengaja. Aku beliin baju ganti, entar baju yang kakak pake aku cuci." ucapku kaku.
"Oke. 11 IPA 2." jawabnya singkat, lalu pergi begitu saja meninggalkan kantin. Kesel sih, tapi kan yang salah juga aku lagian dia juga ganteng. Oke lupakan. Eh...tunggu tadi dia bilang 11 IPA 2, ngapain dia nyebutin nama kelas itu. Lama berpikir. Sampai. Aku menepuk jidatku, tanpa aba-aba aku berlari ke koperasi sekolah setelah membuang gelas plastik jus yang tumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lasak
Teen Fiction"Aku bergerak sesuai jalur. Aku tak bisa putuskan semua semauku. Aku percaya takdir. Aku percaya takdir akan membawaku ketujuan akhir." --,