2

18 3 0
                                    

  Azzhura

  "Vionaaa!!!!!!!" seruku memasuki kelas.

"Lo gak papakan? Gak ada yang lecet? Oke, muka lo aman, hidung masih berfungsi, telinga masih 2, tangan masih normal." intrupsi Viona sambil memutar tubuhku, dia kira gue dimutilasi kali ya.

"Semua aman, tapi jantung gue rasanya aneh."

"Lo gak disantetkan?"

"Gak tau, tapi kayanya iya. Nih jantung gue detaknya gak karuan." ucapku dramatis.

"Lo isshh....gue pikir serius. Ternyata lo leleh sama pesona the most wanted SMA." jawabnya sambil menoyor kiningku.

"Hmm....iya sih Langit tuh ganteng, keren, kecehhh, bikin gue pengen masukin kantong plastik bening terus dipajang di kamar."

"Yee, mana bisa."

"Bisalah, nanti gue minta bantuan eyang dukun." ucapku sambil tertawa lebar membuat Viona bergidik ngeri.

....................

    Hari ini adalah hari Senin paling sial bagiku, bagaimana tidak sudah bangun kesiangan, gak sempat buat sarapan, ketinggalan angkot pula. Terpaksa deh harus merelakan uang saku buat naik ojek daripada terlambat terus dihukum berdiri di dekat tiang bendera waktu upacara.

Tapi sayangnya oh sayangnya. Karena efek gak sempet sarapan aku pinsan waktu Pak Joko sembodo alias bapak kepala sekolah tercinta sedang berceramah ria. Kepala aku pusing dan akhirnya saat ini aku harus bertahan diruang uks.

"Masih pusing dek?" tanya kak Rena, salah satu anak PMR.

"Masih agak pusing kak, tapi udah mendingan kok." jawabku memasang senyum sok kalem. Sengaja biar dapet image baik depan kakel. Hiyhiyahiya.

"Tiduran dulu aja, nanti gue bangunin kalo upacaranya selesai." ucap kak Rena, yang sekarang sudah beralih mengurusi warga uks lainnya. Hari ini memang banyak sekali yang tumbang waktu upacara, mungkin karena matahari yang terik ditambah pidato pembina yang tak kunjung usai. Membuat uks menjadi sesak dan anak PMR pada kelimpungan.

"Masih ada tempat gak Na?" aku mendengar suara cowok dari balik tirai sebelah. Suaranya sangat familiar ditelingaku.

"Ya gini, pengep. Masih banyak yang tumbang apa? Ini bankar nya udah kepake semua." ucap Kak Rena.

"Langittt, bantuin angkat tandu. Cepet!!!." ya, tadi itu suara Kak Langit ternyata. Aku baru tau kalo dia anak PMR. Kalo gini mah aku jadi semangat daftar jadi anggota PMR.

..................


   Rabu siang yang terik. Dengan langkah semangat sambil merangkul Viona, aku turun ke lapangan bawah, dimana tempat itu bakal dijadiin sebagai tempat kumpul perdana PMR.

Setelah aku cerita kalo para most wanted ikut PMR. Viona dan beberapa teman sekelas yang awalnya tidak minat dengan PMR. Langsung pada mau gabung.

Acara ini dibuka oleh kak Fahrizal yang baru aku ketahui menjabat sebagai ketua PMR. For you information, ini ceritanya satu geng ikut PMR semua, benar-benar kompak.

Setelah pengenalan anggota PMR dan calon anggota PMR, serta sepenggal cerita dari kakel samasa menjabat jadi pengurus. Acara yang kurang lebih 1 jam dengan dihadiri separuh siswa kelas 10 ini. Selesai. Namun sayangnya waktu perkenalan kak Langit gak kelihatan. Penonton jadi kecewa nih. Ya sudah lah tidak apa-apa nanti kalo jodoh pasti ketemu lagi. Iya kalo jodoh sih ya.













Haduhh.... Mohon maaf semuanya. Cerita aku makin lama makin ga karuan. Dan juga aku mau ucapin terimakasih buat kalian yang masih mau baca cerita ini.

See youu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LasakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang