2. Ritual Es Teh Manis

31 0 0
                                        

Point of View;
Ande

🏫🏫🏫

Kak Viona mengantar kita ke gedung sekolah, dan memberi tau letak kelas untuk kita, "Sekarang kita di lantai 4, lantai untuk kelas X, toilet cowok cewek, alat pemadam kebakaran, ruang musik dan ruang tari,

"Di sebelah kelas X sudah terdapat papan dengan nama kalian sesuai kelasnya, dan kelas kalian tidak sesuai anggota asrama, kalian akan di gabung oleh asrama lain,

"Oke, kakak akan kembali ke bawah, kalian bisa kan cari sendiri, kelas kalian?",

Kami, anak anak anggota baru Aggrek, mengangguk.

"Anak pintar, baiklah, sampai jumpa", Kak Viona berjalan ke lift sambil melambai lambai tangannya, kami juga balas melambaikan tangan.

Kami mulai berbincang bincang, tentang, akan mendapat kelas apa, sekelas dengan siapa, berharap bersama sahabatnya, dan lainnya.

"Ande, moga ajak kita sekelas", Entu memeluk tangan kanan ku, sambil bermanja manja seperti kucing. Aku langsung mendorong kepalanya hingga terlepas.

"Ya, gw juga maunya gitu, tapi gk usah gelantungan di tangan gw deh, kayak monyet aja lu", ucap ku, Entu malah cengengesan.

"Ya sudah, ayok, kita cari kelas kita", Entu menarik tanganku, membawaku mengitari kelas.

Di kelas pertama, X-A, tidak ada namaku maupun Entu, tapi aku melihat nama gadis pemalu yang ku lihat tadi, Abela Grastias.

Lalu kami beralih ke kelas kedua, X-B, tetap sama, tidak ada namaku maupun Entu, tapi ada Adit.

Beralih lagi ke kelas ketiga, X-C, dan sama lagi, tidak ada aku maupun Entu, tapi ada nama Mila.

Kami pindah lagi ke kelas keempat, X-D, dan ternyata, di situ ada nama Entu, tapi, tidak ada namaku.

"Tidakkkk, Ande, kita gk sekelas", Entu memelukku sambil menangis. Aku menepuk nepuk punggung Entu untuk menenangkannya.

"Selamat tinggal", aku melambai lambaikan tangan ke Entu, yang kini, sudah penuh dengan ingus, sambil berlalu pergi.

Di perjalanan menuju kelas terakhir, kelas X-E, aku hampir menangis, aku takut namaku tidak ada. Saat sampai, aku langsung melihat papan yang tertempel di samping kelasnya itu, dan air mataku turun. Tidak terlihat namaku.

"Ande", seseorang menepuk pundakku, membuat jantungku hampir copot. Aku berbalik, dan mendapatkan Aben yang sedang tersenyum.

"Sialan kau Ben, jantungku mau copot",

"Haha, maaf, btw, lu nangis?",

"Eng-enggak kok",

"Halah, gw udah tau lu nangis",

"Iya, iya, gw nangis, tapi jangan kasih tau siapa siapa ya",

"Enggak bakal, btw, lu kenapa nangis",

Aku menunduk, "Gk ada nama gw di setiap papan",

Aben terkejut, lalu menyuruhku minggir, ia melihat papan itu lagi. Kemudian menatapku datar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SMA berasa TKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang