4 (Cium Jidat)

162 31 2
                                    

"Mata, kamu mau makan apa? Aku cuma punya yang instan-instan. Mamaku pulangnya lusa." Ujar Senja canggung, setelah membuka pintu kamar yang untuk sementara ini menjadi 'KAMAR MATA', dan melihat sosok Mata dalam ukuran kecil sedang menulis diatas kasur.

Bubur yang tadinya sempat di buat Senja akhirnya dibuang begitu saja karna sempat terabaikan beberapa lama, dan jadi dingin.

"Terserah." Ujar anak kecil itu dingin, tanpa menoleh pada Senja dan terus menulis.

"Kamu ngapain?" Ujar Senja kemudian masuk menghampiri dan mengintip buku yang sedang ditulisi oleh anak kecil itu, lalu duduk di sebelahnya.

"Besok ulangan Kimia kan?" Ujar anak kecil itu menatap Senja malas, lalu beralih kebukunya lagi.

"Masa?" Tanya Senja, dan dihadiahi tatapan menyeramkan anak itu. "Oh iya mungkin. Tapi... emangnya kamu mau kesekolah?"

"Kenapa emang? Bukan lo yang bayar kan?" Ujar anak kecil itu masih tak ada sopan santunnya, lalu kembali menulis.

Senja hanya diam, ingin berkata kasar tapi takut. Jadi dia hanya menatap anak kecil itu yang tiba-tiba berhenti menulisi bukunya, duduk, lalu menatap Senja.

"Kenapa?" Tanya anak itu.

"Kamu yang kenapa?"

"Kenapa lo nanya gue mau sekolah apa enggak."

Senja tersenyum canggung.

"Ya, kan kamu...kecil. Maksudku, kamu emang mirip Mata yang mengecil, tapi gak akan ada yang percaya kamu itu Mata yang mengecil kan? Kecuali kamu ngelakuin aksi kayak yang tadi  kamu lakuin."

"Lo kira gue badut."

Senja tertawa hambar.

"Hahaha... enggak gitu. Maksud aku, kamu pasti susah kalau kayak gini ke sekolah kan? kamu sama sekali gak pantes jadi anak SMA sekarang." Ujar Senja kembali menjelaskan.

"Ya, gue tau." Jawab anak kecil itu santai, membuat senyum Senja berubah lega.

"Nah, kan? Terus?"

"Lo bisa bantu gue." Ujar anak itu masih santai.

"Caranya?" Senja mengernyitkan hidungnya.

"Sama kayak yang lo lakuin sebelumnya." Ujar anak itu lagi, kali ini terdengar disantai-santaikan.

Senja mau tak mau melotot. Maksudnya? Yang dia lakukan sebelumnya? Jadi, anak kecil yang sebenarnya adalah Mata alias teman sekelasnya ini minta di-

"Ciiiiii...um?" Senja berujar ragu, berharap jawabannya salah.

"Iya."

"Iya? Kamu bercanda!"

"Loh, gak masalah kan? Lo anggep aja lagi cium anak kecil. Dan ini emang anak kecil."

"Oh ya? Anak kecil mana yang cara ngomongnya kayak kamu? Aduh Mata! Kamu jangan ngaco deh! Kamu emang ngegemesin sekarang, tapi tetep aja kan? Aku udah tau kalau anak kecil ini kamu, jadinya aneh kalau aku mesti cium kamu!" Ujar Senja kesal, lalu bangkit berdiri dan berniat keluar dari kamar itu.

"Tunggu! Waktu itu bagian apa yang lo cium?" Ujar anak kecil itu tanpa beban bertanya.

"Hah?"

"Lo nyium gue dibagian mana?"

"Apaan sih Mata! Bisa gak sih kamu ngomongin ini dengan bahasa yang lebih enak didenger. Jangan langsung frontal gitu kenapa!"

"Yaudah, lo tinggal jawab."

Senja menghela nafasnya kesal. Memangnya anak itu pikir ia akan mencium di bagian mana coba!

"Di kening doang kok! Sekalian ngecek panas badan kamu waktu itu tau! Oh ya, kamu masih sakit?" Ujar Senja berubah khawatir, kembali ke kasur menghampiri anak kecil itu, dan meletakkan telapak tangannya ke dahi anak itu.

I Need Kiss (INK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang