18 (Pergi!)

96 14 0
                                    

"Coba telfon balik." Ujar Mata menghampiri Senja.

Senja mengangguk lalu mencoba menelfon Damai. Lama terdiam Senja kemudian menoleh pada Mata, lalu menggeleng.

"Gak diangkat." Ujar Senja. "Marah mungkin?"

"Telfon lagi coba..."

Senja kembali menelfon, hingga tiga kali. Namun ketiganya nihil, tak diangkat oleh Damai.

"Apa aku samperin kerumahnya aja?" Tanya Senja pada Mata yang kini hanya duduk diam di kasur Senja sembari memainkan handphone nya.

"Jauh rumahnya?"

"Gak terlalu jauh. Naik motor aja, kamu mau anter?"

"Boleh... Gak mau telfon Mama lo dulu? Aneh kalau Mama Lo gak nelfon padahal kemaren wanti-wanti sampe segitunya."

"Iya bener juga ya... Sebentar." Senja kini beralih mencoba menelfon Mamanya.

Namun sama saja, nihil.
Mamanya juga tidak mengangkat telfon.

"Jangan-jangan nomer Mama ketuker sama nomer Damai?" Ujar Senja mulai menganalisis.

"Udahlah... Kita kerumah temen lo sekarang." Ujar Mata kemudian keluar mendahului Senja, enggan mendengar analisis ngasal dari anak itu. Membuang-buang waktu.

"Bentar-bentar Mama nelfon. Halo Mah?"

"Aduh Nja... Mama lagi panik banget disini jadi lupa nelfon kamu. Gimana? Baik-baik aja kan sama Mata disana?" Suara Mama Senja terdengar lelah disebrang sana.

"Iya Mah. Baik kok. Mama panik kenapa?"

"Ini, Tante Giokni malah makin memburuk keadaan nya. Tadi malem sempat kejang gitu. Sekarang belum sadar. Mama harus temenin disini. Kamu gapapa kan? Nanti Mama telfonin Mbak Diar deh ya buat kerumah. Jagain Mata kalau kamu kesekolah."

"Oh iya ma... Gapapa kok, aku sama Mata aman. Gak perlu dijagain. Mama jagain Tante Giokni aja gapapa."

"Kamu beneran kan? Mata baik-baik aja? Kalau kamu kayak gini tuh malah bikin Mama khawatir sama kalian tau gak? Udah pokoknya nanti Mama telfonin Mbak Diar."

"Iya mah... Mama kok sekarang jadi lebay gitusih semenjak ada Mata? Dulu aku ditinggal dirumah sendirian sebulan aja gak masalah."

"Nja... Kamu jangan bikin Mama makin pusing dong sayang. Mama lagi panik disini, jangan nambah pikiran Mama."

"Iya Maaf. Udah ya Ma... Aku mau mandi dulu. Pulang sekolah. Mau makan juga bareng Mata. Bye Mama..." Ujar Senja lalu mematikan sambungan telfonnya.

Senja memasukkan Handphone nya itu ke kantong rok nya, kemudian memasang tampang kesal.

"Coba tebak siapa yang di khawatirin Mama sekarang?" Ujar Senja ketus begitu melihat Mata yang sejak tadi menunggunya didepan pintu.

"Tante Lo? Giokni?"

"Ih! Maksudku itu... Ah tau lah... Kesel. Udah yuk, kerumah Damai sekarang." Ujar Senja langsung berjalan mendahului Mata dengan hati kesal.

"Ganti baju dulu... Mandi, terus makan. Lo bilang gitu ke nyokab Lo tadi. Gue bikinin makan, lo siap-siap dulu." Ujar Mata yang membuat Senja berbalik ke kamarnya tanpa protes namun tetap cemberut.

***

"Damai... Damai... Beneran gak ada loh ini Mata. Gimana dong? Damai gak lagi diculik atau gimana kan?" Ujar Senja mulai panik.

Mereka sekarang sudah tiba didepan rumah Damai. Rumah itu terasa sepi dan kosong, biasanya juga begitu memang. Karna Damai tinggal sendirian dirumah itu. Rumah minimalis namun cantik dan bersih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Need Kiss (INK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang