Save Me

26.6K 3.4K 378
                                    

Author

Sudah tiga hari Sena perang Dingin dengan teman-temanya di sekolah. Tak jarang dari mereka menyindir Sena dengan kata-kata yang bikin hati Sena sakit, bahkan Ara sahabatnya sendiri menjauhinya.

Namun, masih ada satu orang yang percaya sama Sena. Bagi Sena, itu saja sudah cukup.

"Binnnnn, gue laper. Kantin yooo." Kata Sena sambil menarik-narik seragam Soobin.

"Bentaran napa, Sen." Kata Soobin, Sena mendengus.

"Dih, ambekan lo. Buru." Kata Soobin sambil menarik tangan Sena. Sena hanya menyengir, lalu mengikuti Soobin.

Sesampainya di kantin, Soobin dan Sena duduk bersama.

"Lo mau makan apa?" Tanya Soobin. Sena tampak berfikir.

"Serah ae lah, bin. Cape gue milih-milih." Ucap Sena. Soobin melongos pergi.

Selepas Soobin pergi,
"Gue pen makan permen, huhuhu." Akhirnya Sena pergi membeli permen loli.

"Mang, mau permen Loli dong." Ucap Sena pada mang Jaehwan selaku pemilik warung.

"Berapa neng?" Tanya Jaehwan. Sena menunjukkan angka 2 dengan jarinya.

"Nih, tiga rebu neng." Sena menjulurkan uang lima ribunya pada Jaehwan.

"Angsulnya ambil aja bang. Buat nikah." Ucap Sena sambil menuju tempat yang tadi ia duduki.

Sena memakan permen Lolinya dan tak lama saat Sena mengeluarkan permenya dari mulu seseorang menyerobot permen Sena dan memasukkannya ke mulutnya sendiri. Sena menoleh.

"Soobin! Itu permen gue. Kalo mau tuh ngomong." Ucap Sena menatap Soobin yang membawa nampan berisi makanan.

"Gue maunya ini. Nih, lo makan ini aja. Makan permen mana bikin kenyang." Ucap Soobin. Sena memutar bola matanya.

"Sen, ayah Chanyeol uda terbang lagi?" Sena mengunyah sambil mengangguk.

"Papa Sehun gimana? Uda sembuh." Tanya Sena.

"Iyaa, papa gue uda sembuh. Tapi mama gue belum balik." Kata Soobin sambil mendengus.

"Gue lupa beli minum nih, gue beli minum dulu bentar." Ucap Soobin.

Saat Sena ingin membalas perkataan Soobin, Sena melihat Ara sedang celingak-celinguk mencari meja buat istirahat.

"Ara! Sini, duduk bareng gue." Teriak Sena, Ara menoleh ke arah Sena. Namun, Ara segera membalikkan badanya dan mulai mencari meja kosong yang lain.

Yuna yang melihat kejadian tersebut mengangkat sebelah bibirnya.

"Ara! Temen lo nih nawarin, kok ditolak?" Ucap Yuna setengah berteriak yang membuat seluruh penjuru kantin menatap Ara.

Yuna berjalan mendekati Sena.
"Gue kasihan ngeliat lo sekarang. Uda diputusin pacar gara-gara si lumpuh terus temen satu-satunya menjauh, hebat ya lo. Tahan banting juga rupanya." Ucap Yuna.

"Gue ada masalah sama lo?" Tanya Sena santai. Yuna memberikan senyuman manisnya.

"Karna lo bertingkah sok pahlawan di depan gue. Liat sekarang?! Bahkan lo aja dikhianati sama orang yang lo lindungin kemaren sore." Sesekali Yuna tertawa.

"Gue yang diputusin, gue yang dikhianati, gue yang dijauhin. Kok lo yang sibuk? Urusanya sama lo apaan? Berenti ngomong gih, mulut lo bau azab." Yuna mengepalkan tanganya.

"Mulut gue bau azab? Kalo mulut gue yang kek gini bau azab, gimana lo? Yang uda kasarin Junmi buat balik ke Guanlin? Sehat lo?" Anak-anak yang berada di kantin menertawakan Sena.

Tak lama Yuna mengambil semangkuk bakso dari anak yang lewat, lalu menyiramkan tepat di badan Sena. Anak yang lain pun tak henti-hentinya menyoraki dan melempari Sena dengan beberapa cemilan yang ada di kantin.

Sena meringis karena bakso yang Yuna lemparkan ke dia adalah bakso yang masih panas.

Ara hanya diam melihat temanya diperlakukan seperti itu. Sena sedari menangis tanpa suara dan menahan isakanya agar tidak keluar.

Sena mengepalkan tanganya lalu mendobrak meja.

"SILAHKAN! Benci gue, hujat gue semau kalian sampai seluruh dunia ngehakimin gue. Silahkan! Tapi satu hal yang bisa gue pastiin. Gue bakalan ngilang dari hidup kalian kalau suatu hari nanti kalian nyesel ngelakuin hal keji kek gini ke gue, dan jangan harap gue bakal maafin kalian." Papar Sena.

Pluk,

Entah dari mana asalnya, seseorang melempar Sena dengan telur sehingga mengenai kepala Sena.

Dan disusul lemparan telur oleh yang lainya tak jarang dari mereka melemparkan batu ke arah Sena.

Sena sedari tadi menunduk dan terisak kencang, Sena menutupi wajahnya.

"Save me, please." Lirihnya.

Sena tak kuasa menahan lemparan yang menghujam ke arahnya, hingga seseorang menerobos paksa masuk ke kerumunan.

"SENA!" Teriak pria itu, Sena mendongakkan kepalanya.

"Soobin, help me." Lirihnya sambil terisak.

Soobin menendang-nendang orang yang di hadapannya tak perduli mau itu perempuan atau laki-laki.

"BANGSAT. ANJING LO SEMUA! SINI LO KALO BERANI MAJU SATU-SATU! JANGAN BERANINYA MAIN KEROYOKAN ANJING!" Murka Soobin.

"Lo belain dia nih?" Ucap seorang siswi

Soobin mendecih.
"TERUS KENAPA BANGSAT, KALO GUE BELAIN DIA?! LO SEMUA GATAU APA-APA ANJING! BERHENTI NGEHAKIMIN ORANG KALO LO SEMUA GATAU KENYATAANYA!" Ucap Soobin.

"Dan untuk lo Ara. Tega ya lo liat sahabat lo ditindas kek gini. Nyatanya orang baru lebih bisa lo percaya dibandingkan Sena yang notabenenya sahabat lo sendiri." Soobin menarik Sena yang tubuhnya terbalut dengan kotoran hasil lemparan teman-temanya.

"Lo kenapa ga ngelawan si?" Tanya Soobin.

Sena tambah menangis, Soobin menghentikan langkahnya dan membawa Sena masuk ke dalam kamar mandi, tak perduli mau itu kamar mandi untuk wanita bagi Soobin keadaan Sena-lah yang terpenting sekarang.

"Lo bersihin aja dulu badan lo, biar ntar gue suruh Yeonjun beli seragam di koperasi. " Sena hanya mematung, Soobin yang tadinya ingin menghubungi Yeonjun seketika tertunda karena melihat Sena yang hanya diam saja.

Soobin menghela nafas,
"Ada yang sakit? Mana sini gue obatin." Ucap Soobin dengan lembut.

Sena menunduk menatap sepatunya yang kotor, Soobin menarik Sena ke dalam pelukannya membuat tangis Sena pecah.

"S-soobin, g-gue t-ta-takut." Ucap Sena dengan gemetar. Soobin sedari tadi mengepalkan tanganya menahan amarah.

"Udah. Gue di sini, maaf gue telat nyelametin lo. Besok-besok kalo kejadian kek gini keulang lagi, gue gabakal segan-segan buat nonjokin mereka satu-satu. Gue gapeduli mau itu cewe atau cowo." Sena mengeratkan pelukanya sambil menangis

"It's hurt." Lirih Sena di sela tangisnya.

🍄🍄🍄

First Love • Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang