Chapter 2

156 15 213
                                    

' Lebih baik pergi daripada bertahan yang hanya akan membuat diri lo tersiksa oleh kesia – siaan. ' ~ Ezha.

"Ehh ..., Dit, barusan lu ngomong apa yahh? Hehe ..., gua gk salah denger?." Tanya Ezha yang terkejut mendengar pernyataan Cinta dari seorang Aditiya.

"Lo gimana sih!, udah jelas – jelas tadi gua nembak lo, masih nanya lagi gua bilang apa!!." Ucap Adit yang kesal karena otak Ezha yang lambat respon alias Lemot.

"Iya-iya gua tau lu nembak gua. Tapi, kok mesti ke gua sih? gk ada orang lain apa?." Jawab Ezha karena bingung.

'Kenapa mesti dirinya coba'
Pikir Ezha.

"Gua enggak tau Zha, tapi gua ngerasa nyaman kalo sama lo." Jawab Adit tulus dan jujur. Terlihat dari matanya yang memandang tajam kearah Ezha.

"Dit, kasih gua waktu untuk berpikir. Karena ..., jujur ini terlalu tiba - tiba buat gua." jawab Ezha jujur.

"Ta-Tapi ...."

"Tapi apa?."

"Tapi gua harap ..., lo mau nerima gua Zha. Jujur gua tulus cinta sama lo."

"Biarkan waktu yang menjawabnya Dit." Jawab Ezha karena sudah tidak tau lagi harus menjawab apa.

"H-Hmm." Jawab Adit hanya dengan sebuah deheman.

Ezha hanya tersenyum miris. Ezha menghela nafasnya lalu memasukan kedua tangannya ke saku celana dan berjalan ke arah pintu lalu mengucapkan kata 'Permisi' dan langsung pulang. Sangat disayangkan moodnya ambruk ketika mendengar pernyataan cinta Aditiya, padahal ... dia ingin sekali menikmati kopi tadi sembari menghilangkan penat di kepalanya. Tapi ... apadaya dia tidak mood lagi.

                                ♪♪♪

Ezha melangkah menuju parkiran namun, saat dia sampai disana terdengar bunyi nada dering Handphone nya. Terlihat sebuah nama terpampang disana,

' Raven '

"Tumben nih anak nelpon gua, pasti ujung – ujungnya dia mau curhat." Pikir Ezha sembari menggeser layar Handphone nya.

"Halo ...?"

"Halo ..., Zha, lu dimana? Ada waktu nggak?."

"Gua di Kost'an temen nih udah mau pulang sih, tapi ... kayaknya gua ada waktu. Emang mau ngapain? Terus mau kemana? Jangan bilang kalo lu mau curhat lagi." Tebak Ezha

"Lu emang yang terbaik dah. Tau aja kalo sohib lu butuh tempat sandaran." Canda Raven membenarkan tebakan Ezha.

"Yaudah, mau ketemuan dimana? Entar gua kesitu."

"Di Corner aja Zha, gua yang traktir dehh." Jawab Raven.

"Widihh ..., yang kaya mahh bebas." Balas Ezha dengan candaanya.

"Saa aee lu kutil naga hahaha. Yaudah gua otw kesana sekarang."

"Oke sipp."

Tut ... Tut ... Tut ....

Saat itu juga Ezha langsung memutar balik haluannya ke arah yang berlawanan dari tujuan semulanya.

                                ♪♪♪

Melewati gang dan jalan yang sempit, tidak butuh waktu lama bagi Ezha untuk ke Corner, karena Ezha sudah hafal dengan jalan pintas untuk kesana. 10 menit akhirnya Ezha sudah sampai di Corner. Terlihat Raven sudah menunggu di parkiran.

"Gua pikir lu bakalan lebih lama dari yang gua prediksi, ternyata cepet banget lu nyampe nya." Sembari memberi tos ala laki – laki, Raven memeluk Ezha namun, hanya pelukan persahabatan yang diakhiri dengan tepukan di bagian punggung. "Gua udah sering kesini, jadi gua udh hafal jalan daerah sini." Jawab Ezha sambil merangkul Raven dan masuk ke dalam Kafé tersebut.

Saat memasuki Kafe tersebut, mereka langsung disuguhi dengan pemandangan yang klasik dan dihiasi lampu – lampu yang agak remang. Kafe itu di cat berwarna cokelat tua yang dipadukan dengan cokelat krem, sehingga memberikan kesan yang klasik namun elegan, cocok untuk tempat tongkrongan anak muda.

Mereka mengambil posisi di pojok Kafé karena ingin menikmati pemandangan interior Kafe tersebut. Sembari melihat menu yang tertera, tiba – tiba datang seorang pelayan.

"Selamat malam, mau pesan apa kak?." Tanya pelayan tersebut.

"Cappucino sama kentang goreng satu. Lu Zha?." Tanya Raven. "Choco Mint sama kentang goreng satu." Jawab Ezha.

"Oke, jadi ... Cappucino satu, Choco Mint satu, sama Kentang Goreng dua. Ada lagi kak?." Tanya pelayanan memastikan pesanan mereka. "Udah itu aja." Jawab Ezha sembari memberikan senyum hangat ke pelayannya.

"Oke kak, ditunggu sebentar yahh." Lalu pelayan tersebut beranjak dari situ.

"Jadi ..., hal apa yang mau lo bicarain ke gua?" Tanya Ezha langsung to the point seperti biasanya.

"Santai dulu lahh Zha. Kebiasaan lo gk pernah berubah ternyata." Ungkap Raven karena sudah tau kebiasaan Ezha yang tak berbelit.

Akhirnya pelayan yang tadi pun membawakan pesanan yang telah dipesan mereka. "Silahkan kak." Lalu pelayan tersebut beranjak dari tempat mereka.

Raven meminum sedikit Cappucinonya, menghela nafas panjang lalu mulai mengangkat suara.

"Gua baru putus dari Jessie. Gua ngelihat dia jalan sama selingkuhannya. Beberapa hari ini dia jarang ngabarin gua, terus pas mau gua ajak ketemuan atau sekedar jalan – jalan, dia selalu ngasih alasan sibuk atau apalah. Nahh saat itu gua jalan ke mall, terus gua ngelihat dia jalan gandengan sama cowok. Akhirnya gua ngirim pesan ke dia dan nanya kalo dia dimana, dia bilang dirumah neneknya. Seketika emosi gua naik, langsung gua samperin dia terus bilang, ' ohh jadi ini rumah nenek lu yahh? ' langsung gua putusin dia ditempat itu juga." Wajah Raven saat itu terlihat kusut dan emosi. Ingin rasanya Raven berteriak namun dia sadar diri kalau dia ada dimana.

Ezha hanya menghela nafas panjang. "Gua rasa keputusan lo gk salah, lebih baik pergi daripada bertahan yang hanya akan membuat diri lo tersiksa oleh kesia – siaan." Kata – kata bijak keluar dari mulut Ezha. Mendengar hal itu, Raven menatap Ezha dengan mata berkaca – kaca.

Ezha menghela nafas lagi lalu dia teringat akan satu hal. Kafé disini memiliki sebuah panggung yang biasa digunakan oleh anak – anak band yang manggung disini. Namun ... sepertinya hari ini mereka tidak hadir dan kebetulan, ayah teman Ezha adalah pemilik Kafé ini. Tak butuh waktu lama bagi Ezha, dia menelepon Kimmy lalu meminta izin kepada ayahnya kimmy untuk manggung disitu.

Raven dari tadi diam memperhatikan Ezha. Karena suara Ezha terlalu pelan. "Gimana Kimmy ..., bisa gk?." Akhirnya Raven bisa mendengarkan percakapan mereka karena Raven memajukan sedikit tubuhnya ke arah Ezha agar dapat mendengarnya lebih jelas lagi.

"Oke Zha, pake ajh papa udah ngasih izin kok dan papa udh nelpon stafnya yang disana." Balas Kimmy. "Sipp. Thanks yahh mi udah bantuin gua. Jangan lupa bilang sama om terima kasih gua karena udh mau ngizinin gua." Ucap Ezha.

"Santai aja kali Zha, lu kek baru sehari kenal ama gua, hahaha ... yaudah gua mau lanjut dulu. Selamat bersenang – senang."

"Siapp, sekali lagi makasih yahh Kimmy." Lalu Ezha menutup pembicaraannya.

Tut ... tut ... tut ....

"Lu masih ahli maen gitar kan?."

♪♪♪


Maafkan author yang sibuk dunia nyata hingga updatenya kelamaan. (~c~)q

Terima Kasih udah mau membaca hasil karya saya :D

Maafkan bila ada typo atau kesalahan - kesalahan didalamnya, kiranya dapat dimaklumi.

Jangan lupa Vote dan juga Comment yahh. See U....

#Tbc

Fall Too FarWhere stories live. Discover now