Kepalaku terasa pening tak karuan. Saat irisku kembali terjaga, matahari sudah memunculkan dirinya berserta cahaya yang menyilaukan. Aku mulai melangkah perlahan, menggeleng dengan perlahan pula saat peningnya ku rasa tak berkurang. Aku mulai menutup korden putih tipis itu, dengan iris mata yang menyipit; menahan sakit.
"Taehyung oppa! Saranghae.."
Aku kembali membuka tirai, melihat kerumunan makhluk yeoja begitu banyaknya. Bak seperti semut yang tengah mengantri makanan. Irisku melebar, lantas aku mengedarkan pandang secara berulang; tak percaya dengan apa yang aku lihat. Wajahku binggung bukan main, kemudian menggaruk ujung kepala dengan menatap kerumunan para yeoja itu.
Kenapa mereka meneriaki ku oppa? Apa aku seorang idol, hingga pantas disebut oppa? Batinku merenung.
"Ya, Taehyung! Apa kau tidak melihat jadwal hari ini, eoh? Kau akan melakukan pemotretan bersam Lee Jieun, apa kau lupa?!" Aku berotasi dengan wajah yang sangat binggung, peranku dalam dunia ini apa? Apa aku seorang idol? Dan siapa pria paruh baya yang memarahiku seperti appaku?
"Nde?" Gumamku dengan menatap binggung pria paruh baya itu.
Ia mulai mendesah kesal, menarik tanganku keluar kamar dan menyusuri tangga kemudian. Aku hanya mengikuti dengan wajah yang masih binggung bukan main.
Dia siapa? Ini dimana? Siapa aku? Dunia apa ini? Hal itu yang terus muncul dalam otakku.
Sesaat pria itu langsung melepaskan gandengan tangannya, menatap ke arahku dan menyuruhku masuk dengan tatapan tajamnya. "Ganti pakaianmu. Lima belas menit lagi kita berangkat..." tuturnya yang langsung meninggalkanku di ruang aneh lainnya.
Mataku kembali mengedar pandang, kemudian tanpa sadar seseorang menarikku dan menduduki ku di depan meja hias. Aku hanya bisa mematung kaku di depan cermin. Sementara, Yeoja berumur sekitar dua pulah lima tahun itu mulai merapikanku dan mendadaniku.
Saat ia mendekat dan ingin menaruh bedaknya di wajahku, aku lantas menjauhkan wajahku dengan ekspresi waspada. Saat tangannya mulai bergerak lagi, aku semakin menjauhkan wajahku kembali. Irisku bergerak tak karuan, sementara yeoja asing itu langsung berdiri dan berkacak pinggang. "Apa kau tidak mendengarkan kata menager tadi oppa? Waktu bersiap siap hanya lima belas menit, dan kau masih berlagak aneh disini..." tuturnya menyunggingkan senyum.
"Kau siapa?" Tanyaku membenahi posisi duduk dan menatapnya yang tengah terkekeh nyaring.
"Kau sedang demam? Atau sedang amnesia dalam waktu semalam? Atau ini efek kau meminum anggur kemarin?"
"Anggur?" Ucapku menatap ke arah lain. Irisku menatap ke bawah kemudian, berusaha mengingat kejadian yang menimpaku semalam. Namun disayangkan, hal yang ku lakukan malah membuat pening itu kembali, sehingga membuat tanganku reflek memegang ujung keningku sembari menghembuskan nafas karena rasa sakitnya.
"Eoh oppa gwenchana?" Panik yeoja berkuncir kuda itu, ia memegang bahuku dengan wajahnya penuh ke khawatiran. Dengan cepat aku langsung menghempaskan tangannya dari bahuku, dengan gerakan bahu yang ku ciptakan.
Semua penglihatanku mulai kabur, objek apapun yang ku lihat mulai samar samar. Rasa sakit itu semakin menjadi jadi, aku terus menggeleng karena rasa sakitnya yang teramat. Hingga akhirnya aku benar benar melihat kegelapan dan jatuh pingsan di atas kursi.
..........
Irisku terbuka, menatap kembali alam yang sama, sebelum dunia asing tadi ku jumpai. Pria aneh itu kembali ku temui. Aku bangkit, menatap kearahnya. Ia hanya melihatku dengan tatapan datar. Ada mahkota anggur di kepalanya, rambutnya coklat panjang dan ikal hampir sampai dadanya, kulitnya putih seperti orang romawi, perutnya six pack, hanya ada balutan kain menutupi kemaluannya yang terikat di pinggangnya, dan ia memegang buah angguh ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower + Humble Boy || Taehyung Ver.
FanfictieBunga dengan lelaki rendah hati? Apa hubungannya? Irisnya mulai terbuka saat menatap dunia yang tak dikenalinya, ia terus mengamati dengan sesekali mengedarkan pandang. Bukan kah tadi ia sedang bermimipi? Lalu ini mimpi? Jika benar, ia tidak ingin...