#02 - Ngambek

65 11 1
                                    

:::

Semenjak kejadian Rafka yang segitunya membela Janet, Milena jadi kesal sendiri. Alhasil dia pergi begitu saja dari kelasnya dengan manik matanya yang sempat bertabrakan dengan iris hitam pekat milik Rafka. Siratan mata yang menunjukkan kesenduan. Ingin mengejar Milena, tapi dia juga harus menolong Janet yang tadi nyaris dilecehkan oleh Deon, mantan kekasih Janet.

Mile sebenarnya tidak keberatan jika Rafka menolong seseorang, tapi jika orangnya adalah Janet—jelas dia akan kesal.

Semua orang juga tau kalau Rafka dulu pernah sangat menyukai Janet setengah mati sampai rela menjadi bucin cewek itu. Itu yang membuat Milena jadi sakit sendiri dan merasa Rafka kembali memiliki perasaan itu.

Tambah sakit lagi saat Mile berlari, tapi Rafka hanya diam mematung tanpa mengejar.

Sepenting itu kah Janet untuk Rafka?

Milena hanya tersenyum miris ketika mengingat kejadian tadi. Pun gadis itu mengambil sesuatu didalam sakunya. Sebuah permen karet rasa mint, yang katanya bisa menenangkannya saat sedang stress. Setidaknya dia tidak seperti beberapa orang diluar sana yang tega menghias lengannya dengan seni irisan silet hanya karena stress.

Dulu sih pernah, tapi baru satu iris pendek dia sudah menangis duluan. Jadi Milena tidak akan pernah mau melakukannya lagi. Lagipula itu hal yang sia-sia. Memangnya kalau kita seperti itu bisa menghilangkan stress atau sakit hati? Nggak.

Saat-saat seperti ini memang enaknya duduk di rooftop sambil menikmati angin yang lewat bertabrak dengan wajah.

Semuanya berjalan dengan tenang, sampai sebuah tangan memegang bahunya.

Milena jadi terkejut sendiri dan mengira itu adalah hantu penunggu sekolahnya, tapi ketika berbalik—yang dia temukan justru Teyo, sahabat yang tak direstui oleh Rafka.

Teyo memperlihatkan senyum kotaknya kearah Milena. Pemuda itu lalu duduk disamping Milena. Perlahan mengeluarkan sebotol minuman kesukaan Milena, dari kantung plastik yang ternyata dia bawa daritadi.

Goodmood.

Milena tersenyum manis menyadari adanya minuman itu. Pun gadis itu segera mengambilnya tanpa aba-aba, lalu meneguknya habis-habisan.

Teyo tersenyum memperhatikan Milena yang dengan terburu-buru menegak minuman itu. Manis sekali dimata Teyo. Seperti apa ya—Milena punya daya tarik tersendiri menjadi perempuan. Milena itu manis, dan punya porsi imutnya sendiri dengan pipi buntal menggemaskannya itu.

Bagi Teyo, Milena itu belum cukup cantik, tapi sudah kelebihan pemanis. Pemuda itu bahkan sering bertanya-tanya apakah sewatku bunda Milena sedang hamil dulu, mengidam gula yang berlebihan?

Milena masih menegak minumannya, sampai akhirnya habis tak tersisa. Teyo kembali tersenyum lalu mengusap ujung bibir Mile yang sedikit basah karena minumannya.

Tanpa tersadar, sedari tadi Rafka sudah berdiri tepat dibelakang mereka. Memperhatikan dengan wajah yang dingin serta rahangnya yang nampak mengeras.

Cowok bergigi kelinci itu lalu menghampiri dua insan yang sedang asik mesra-mesraan itu. Mengambil tempat ditengah-tengah mereka, membuat Teyo maupun Milena juga terkejut.

CactusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang