:::
Sore ini—saat kota sedang diguyur oleh tangisan awan yang gelap, seorang gadis bertubuh bongsor yang tengah duduk di balkon rumah sambil membaca sebuah novel berjudul Dilan ku 1990. Mungkin semua orang juga sudah tau tentang novel yang sudah dibuatkan film juga. Betapa top luar biasa sekali film itu pada masanya—mungkin sampai sekarang masih membekas betapa gagahnya seorang Dilan memperlakukan Milea-nya?
Pujian, gombalan, dan hal romantis lainnya mungkin sudah menjadi makanan sehari-hari dari Milea.
Mungkin sehabis ini akan terbit juga novel Rafka ku 2019. Tentu saja akan ada nama Milena didalamnya. Hanya saja Milena berharap kisahnya dan Rafka akan berjalan baik-baik saja, tidak seperti yang ada dalam kisah romansa seorang Dilan-Milea.
Gadis itu sedikit menghela nafas, kemudian menutup perlahan buku novel yang entah sudah berapa kali ia baca berulang-ulang.
Suka. Tapi juga, benci.
Seperti rasanya pada Arafka Yohandar, si kapten basket tampan.
Sakit sekali ketika mengetahui jika keadaan tidak berpihak padanya. Rafka memang benar mencinta Milena—itu bisa terlihat jelas. Tapi, Rafka juga tidak bisa memungkiri jika dia belum bisa melupakan cinta pertamanya, Janet. Mungkin sudah bisa ternetralisir sedikit, tapi masih ada sedikit rasanya. Meskipun Rafka tidak mengucapkan secara gamblang, tapi Milena jelas tau seperti apa perasaan pacarnya itu.Empat bulan lebih berkenalan dan dua tahun berpacaran—bukan waktu yang singkat untuk mereka saling mengenal kepribadian masing-masing kan?
Itu sudah cukup bagi Milena untuk mengetahui seperti apa sosok Arafka Yohandar. Terlebih lagi memang dulunya Milena bisa dibilang adalah penggemar dari kapten basket itu. Tampan, manis, senyuman yang membuat seolah berada di surga, serta tatapan yang meneduhkan tapi juga menusuk secara bersamaan. Sulit di deskripsikan seperti apa indahnya makhluk ciptaan Tuhan itu.
Cukup sempurna untuk seorang Milena yang tidak ada apa-apanya.
Kenyataan itu membuat Milena jadi makin terkucilkan. Dibanding Janet, Milena jelas sekali tidak ada apa-apanya. Janeta Prawijaya itu mempunyai porsi tubuh yang indah, rambut pirang panjang, serta kulit putih yang mengkilap. Janet itu seperti bidadari cantik yang memang sudah ditugaskan turun ke Bumi untuk menjaga seorang pangeran—Arafka Yohandar.
Milena Triara? Hanya gadis ghoib yang tak sengaja lewat disaat sang bidadari dan pangeran saling berpandangan. Mengganggu. Jadi itu sebabnya sang pangeran mendekatinya dulu untuk kemudian disingkirkan. Seperti itu kan?
Hujan semakin deras, membuat beberapa tetesannya ikut mengenai Milena yang masih serius melamun.
Ting!
Suara notifikasi dari ponselnya, membuat lamunan Milena buyar seketika. Gadis itu lantas segera meraih benda elektronik berbentuk persegi panjang itu.
Rafka : lagi apa?
Milena tersenyum tipis—nyaris tak terlihat—ketika membaca pesan dari pacar tersayang. Jarinya yang lentik kemudian mengetikkan sebuah balasan.
Milena : liatin hujan turun.
Rafka : gabut?
Milena : nggak juga. Cuman enak aja liat hujan jatuh ke tanah gitu, kayak nggak punya beban.
Rafka : pacar gue kayaknya udah agak gila ya...
Milena : -----_____-----

KAMU SEDANG MEMBACA
Cactus
Teen FictionPunya pacar kayak Rafka emang harus ekstra sabar. Cowok pecicilan kayak dia emang harus dijaga baik-baik kalau nggak mau diambil orang. Sifat Rafka yang tukang ngalus, suka tebar pesona sana-sini, bikin Milena elus dada mulu tiap hari. Ditambah lagi...