:::
Hari ini Pak Baswar tidak masuk untuk mengajar, katanya istrinya sedang melahirkan anak kedua mereka, jadinya izin. Namun, bukannya semua murid kelas XII senang karena guru tidak masuk, malah mereka semua serempak mengumpat ketika sang ketua kelas, Gionanda memberitahukan jika ada tugas yang harus diselesaikan hari ini.
Guru itu memang selalu membuat anak muridnya mengalami penuaan dini. Lama-lama rambut mereka semua rontok jika diberi soal-soal OSN tahun lalu, ditambah harus dikumpulkan hari ini pula.
Namun, seperti biasa, anak murid dikelas ini pasti akan mencari sumber jawaban terpercaya, teraktual, tanpa abal-abal.
Cowok pucat dan tampan dipojok kelas itu misalnya.
Iya, Bagas memang selalu menjadi sumber brainly semua murid dikelas ini. Selain pintar, cowok itu juga memiliki hati yang sangat baik. Satu kelas diberi contekan. Kalau ditanya kenapa mau, dia pasti cuman senyum lebar dan bilang itu hitung-hitung adalah amal untuk masuk Surga.
Semua langsung menyorak girang sewaktu Bagas mengeluarkan kalimatnya itu.
Disaat semua orang sudah mulai menyalin jawaban Bagas, seorang gadis berwajah bulat itu justru hanya terdiam memandangi kertas portofolio miliknya yang masih polos. Belum ada tulisan.
Siapa lagi kalau bukan Milena Triara.
Cewek itu terlalu mager untuk pergi ke bangkunya Bagas, apalagi disana harus berdesak-desakan dengan teman-temannya yang lain. Malas sekali.
Lebih baik duduk saja disini diam. Tidak peduli dengan konsekuensi yang akan dia terima nanti saat pak Baswar tau kalau dia tidak mengerjakan tugas yang diberikan.
Salah satu temannya yang baru saja selesai menyalin tugas dan melihat Milena hanya santai-santai saja lantas menghampiri gadis itu.
"Oit, ngga ikut nyalin punya si Bagas?" Kata gadis dengan bibir tebal yang merah itu.
Dengan santainya Mile menjawab, "Ngapain? Kerja ngga kerja, entar juga kita lulus."
Gadis bernama Joy itu mendelik, kemudian berjalan menjauh dari bangku Milena.
Milena mengerjap menatap kepergian Joy. Berikutnya gadis itu berdiri sambil membawa kertasnya menuju bangku pojok yang sudah lumayan sepi.
Iya, dia mau menyalin jawaban milik Bagas.
"Gas, liat ya," katanya lalu duduk didepan cowok putih pucat itu.
Bagas menatapnya sesaat kemudian mengangguk dan memutar balikkan kertas miliknya agar Mile lebih mudah untuk melihat angkanya.
"Ini 143, Gas?" tanya Mile ketika melihat angka yang tidak jelas disana.
Bagas yang tidak fokus malah diam saja sambil menatap wajah Milena. Berulang kali Gadis itu memanggilnya, tapi Bagas masih tidak menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cactus
Teen FictionPunya pacar kayak Rafka emang harus ekstra sabar. Cowok pecicilan kayak dia emang harus dijaga baik-baik kalau nggak mau diambil orang. Sifat Rafka yang tukang ngalus, suka tebar pesona sana-sini, bikin Milena elus dada mulu tiap hari. Ditambah lagi...