#RYANPOV
“Terima kasih, silahkan datang kembali.”
Hari ini aku kembali ke rutinitas awalku. Melayani para pelanggan Toko Buku dan sesekali membaca buku. Di daerah ini, bisa dikatakan minat membaca buku masih kurang. Tapi tak apa, bagiku buku adalah hadiah kecil dari Tuhan agar manusia dapat mempelajari tentang apa yang ia belum pahami.
“Hei bocah!.” Suara bariton itu mengagetkanku yang tengah fokus membaca telenovela di smartphone. Aku dengan cepat mendongak dan melihat wajah yang tak asing lagi bagiku.
“Kau mau baca buku?.” Tanyaku mulai mencoba ramah.
“Tidak, aku sudah pandai!.” Jawabnya dengan sangat sombong.
“Kalau begitu pergilah!.” Tegasku dengan cepat dan kembali ke dunia khayalanku.
“Bukankah kau yang menegurku atas kesopanan pada orang yang lebih tua?. Lalu mengapa kau bertindak tidak sopan kepadaku?.” Tanyanya.
“Ya aku pernah menegurmu soal itu, namun jika kau memang lebih tua dariku, bukan berarti aku harus hormat terhadapmu. Ingatlah bahwa apa yang kau lakukan pada orang lain, akan kembali padamu juga, WAHAI PRIA SOMBONG!.” Ucapku dia dengan penekanan yang kuat di akhir kalimat.
“Sekarang kau terlalu banyak bicara bocah ingusan, jangan samapi aku marah atau bisa saja Toko Buku jelekmu ini akan kuhancurkan hanya dengan satu gerakan saja.”
“Siapa kau yang dengan beraninya akan menghancurkan tempat ini?. Lagipula siapa yang kau sebut jelek?, Toko Buku ini?, mengacalah pria sombong bahwa harga dirimu lebih rendah dari pada tampilan toko bukuku!.” Ucapku dengan sedikit lantang.
“Lancang sekali ucapan bocah ingusan sepertimu!, apakah kau tidak mengenali siapa diriku?!.” Tampak wajahnya mulai memerah dan mengeras.
“Tidak, aku tidak mengenalmu dan lagipula aku tidak mau berhubungan dengan pria sombong sepertimu!.”
“Kau sudah cukup membuatku marah bocah ingusan, lihat apa yang akan terjadi selanjutnya!.”
“Bicaramu terlalu besar pria sombong!.” Teriakku sebelum akhirnya dia pergi dan membanting pintu dengan kasar. Entah mengapa semenjak tragedi naas itu terjadi, hidupnya seolah tidak tenang.
DAVIDPOV
Hari ini, seperti biasa aku bangun pukul enam pagi. Sedikit melakukan latihan otot ringan, sebelum akhirnya aku mandi dengan air hangat. Kegiatan mandiku sedikit terusik ketika aku teringat atas pesan nenek yang ingin agar bocah yang menolongnya waktu itu ditemukan.
Akhirnya dengan cepat aku memakai pakaian santai dan mengendarai motor sport ku menuju tempat dimana aku dan bocah itu terakhir kali bertemu. Usahaku tidak sia sia setelah bertanya kepada seorang kakek tua pemilik toko kelontong di dekat perempatan itu membuahkan hasil. Beliau bilang bahwa bocah itu sangat baik orangnya, ia terkadang mampir ketika cucu cucunya datang dan membacakan dongeng,fabel, dan bahkan cerita rakyat. Melihat kebaikannya aku sedikit tersentuh, pasalnya tak mudah memang untuk menemukan orang baik di zaman yang sarat akan kemunafikan ini, namun semua berubah ketika aku bertemu dengannya.“Hei bocah!.” Suara baritonku mungkin terlalu mengejutkannya. Apalagi saat ia mentapku, rasanya tersirat kebenciandalam sorot matanya.
“Kau mau baca buku?.” Tanyanya ramah.
“Tidak, aku sudah pandai!.” Jawabku, pada dasarnya aku sudah pusing dengan dokumen dan tulisan di kantorku.
“Kalau begitu pergilah!.” Tegasnya lalu kembali berkutat pada benda kotak itu.
“Bukankah kau yang menegurku atas kesopanan pada orang yang lebih tua?. Lalu mengapa kau bertindak tidak sopan kepadaku?.” Tanyaku mulai tak suka.
“Ya aku pernah menegurmu soal itu, namun jika kau memang lebih tua dariku, bukan berarti aku harus hormat terhadapmu. Ingatlah bahwa apa yang kau lakukan pada orang lain, akan kembali padamu juga, WAHAI PRIA SOMBONG!.” Ucapnya
“Sekarang kau terlalu banyak bicara bocah ingusan, jangan samapi aku marah atau bisa saja Toko Buku jelekmu ini akan kuhancurkan hanya dengan satu gerakan saja.” Aku mulai sedikit tersinggung.
“Siapa kau yang dengan beraninya akan menghancurkan tempat ini?. Lagipula siapa yang kau sebut jelek?, Toko Buku ini?, mengacalah pria sombong bahwa harga dirimu lebih rendah dari pada tampilan toko bukuku!.”
“Lancang sekali ucapan bocah ingusan sepertimu!, apakah kau tidak mengenali siapa diriku?!.” Entah bagaimana wajahku saat ini, yang pasti saat ini aku marah sekali.
“Tidak, aku tidak mengenalmu dan lagipula aku tidak mau berhubungan dengan pria sombong sepertimu!.”
“Kau sudah cukup membuatku marah bocah ingusan, lihat apa yang akan terjadi selanjutnya!.” Akhirku.
“Bicaramu terlalu besar pria sombong!.” Teriaknya sebelum akhirnya aku pergi dan membanting pintu dengan kasar.
_________
Maaf Pendek😉😘
Masih menginginkan coment dan vote juga guys/girls.
Kritik dan saran sangat ditunggu juga ya~>
KAMU SEDANG MEMBACA
In a Heartbeat
FantasyDavid bertemu dengan Ryan di tempat dan kejadian yang tak semestinya berlaku. Jatuh bangun hubungan mereka akan kalian saksikan di bawah ini.