2. Rumah Tua

24 1 0
                                    

Kalau ada typo tolong benerin ya

⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️

Setelah pulang sekolah Dika dan Vella cafe, mereka ke cafe hanya ingin minum.

"Vella, cepet dihabiskan ya minumnya, aku mau ajak kamu ke suatu tempat"

"kemana, emang"

"nanti kamu tahu sendiri"

Vella segera menghabiskan minumnya, minuman mereka sudah habis. Dika ke kasir untuk membayar. Vella sudah menunggu di luar, Dika keluar menuju motornya dan memakaikan Vella helm.

"udah yuk naik"

Vella naik, Dika melajukan motornya dekan kecepatan sedang. Vella melingkarkan tangannya di pinggang Dika. Mereka bercanda ditengah perjalanan.

Membutuhkan waktu lama, mereka sudah sampai di tempat tujuan mereka, Vella sedikit takut karena melihat gedung tua besar yang tidak berpenghuni, Vella memegang ujung baju Dika.

Dengan lembut Dika memegang tangan Vella dan membawanya kedalam rumah dan menaiki satu persatu anak tangga, matanya langsung berbinar melihat pemandangan yang ada didepan mereka.

Mereka sekarang berada di rooftop, sebagian kota Jakarta dapat dilihat dari sana, dan langit berwarna Orange kemerahan menambah keindahan pemandangan.

Dika membawa Vella duduk dipinggir bangunan dan membiarkan kaki mereka bergelantungan. Mereka menghadap dimana matahari terbenam.

Vella menatap kagum, jelas terletak wajah bahagia. Dika menatap lekat Vella, angin sepoi-sepoi membuat suasana menjadi sejuk.

"Vella" Vella merasa namanya disebut menoleh ke arah Dika. Pandangan mereka terkunci.

"kamu suka nggak"

"banget Dika, sumpah inituh bagus banget. Kenapa nggak dari dulu aja"

"nggak tau, aku mau ngajak kamu kesini kayak belum siap aja"

"ada - ada aja kamu dik, kita aja sering keluar bareng. Kamunya aja yang nggak pengen ngasih tau aku" Dika menutup mulut rapat rapat, dan dia memilih untuk melihat sunrise.

"Dika. kamu janji, jangan pernah ngecewain aku" Vella menyondorkan jari kelingkingnya.

Dika bingung dengan arah pembicaraan Vella, tiba-tiba membahas ini. Dika tersenyum dan membalasnya. Senyum mereka melebar.

"janji"

Mereka menikmati senja yang indah. Alam semesta lah yang menjadi saksi bisu mereka. Memang terlihat konyol atau lebay.

Banyak orang yang menganggap berpacaran di masa putih abu abu, hanyalah cinta monyet. Tetapi Vella dan Dika tidak merasa bawah rasa sayangnya hanya main main saja.

Sudahlah tidak ada yang tahu kedepannya, hanya Tuhan yang tahu. Mereka hanya bisa berjuang dan berdoa, agar takdir Tuhan sama dengan apa yang mereka inginkan.

*****

Vella sekarang sudah berbaring dan memainkan ponsel di kasurnya. Dia sudah pulang 1 Jam yang lalu. Ada notif yang masuk.

Pak Jaya

Vella besok kamu keliling sekolah, pada jam pelajaran ke 4 dan ke 5. Nanti kamu keliling sama Bobby ya. Nanti kamu share ke dia.

CAVELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang