Sherina langsung berjalan sendirian menuju kantor. Perasaan Sherina sekarang campur aduk. Takutnya ia dipanggil karena telah membuat kesalahan. Tapi kesalahan apa ya?. Sherina sangat binggung apa tujuanya dipanggil.
Setelah tepat di depan pintu kantor yang bercat abu itu. Sherina langsung masuk dan menanyakan siapakah yang memanggilnya tadi kepada salah seorang guru yang ingin keluar dari kantor.
"Permisi, buk saya ingin bertanya, Siapa yang memanggil saya tadi ya buk?" Tanya Sherina dengan sedikit menundukkan kepalanya.
"Oh iya Sherina! Saya sendiri yang memanggil kamu!" Seru Evi guru matematika yang paling killer. Semua siswa dijamin takut 100% dengan guru yang satu ini.
Sesuatu yang berbaur dengan guru ini pasti dianggap sesuatu yang sangat mistis. Apalagi hukuman yang tak tanggung parahnya.
Tapi menurut Sherina Evi adalah guru yang sangat cerdas, bahkan dia bisa membuat rumus matematika singkat dan lebih mudah dipahami siswa.
"Kalau boleh tahu, ada yang bisa saya bantu buk?" Tanyanya lagi sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Jadi gini ada beberapa siswa pindahan lokal, telah terpilih 1 orang yang pasti untuk masuk ke lokal kamu, dan ada sekitar 15 lagi yang mau masuk kesitu. Jadi semua guru sedikit bimbang. Dan guru-guru telah sepakat bahwa diadakan seleksi lagi untuk murid yang ingin pindah ke lokal kamu. Nah jadi tugasnya kamu menyeleksi dan menentukan siapakah yang terbaik."
Sherina membuka mulutnya sehingga membentuk huruf o. Matanya terbelalak melihat guru yang berdiri didepannya. Dia bertanya-tanya, kenapa harus gue ya?.
"Gimana, kamu bisa?"
Sherina sedikit menutup mulutnya yang terbuka tadi dan menormalkan bentuk matanya. Sherina bimbang harus menjawab apa.
"Sherina..!" Seru Evi mengangkat dagu Sherina.
"Eh i...ya buk Sherina bisa kok. Kalau gitu kapan ya buk seleksi nya?" Tanya Sherina terpaksa mengiyakan tawaran Ibuk Evi.
"Pulang sekolah. Kalau sudah tahu, silahkan kembali ke kelas." Suruh Evi to the point. Sherina hanya bisa membalasnya dengan senyuman murka.
"OMG buk Evi, jadi guru tu bisa basa-basi gak sih?. Udah minta tolong, bukanya bilang terimakasih, malah gue nya yang dicuekin, evil banget sih." Batin Sherina seraya berjalan keluar ruangan itu.
Sherina menghembuskan nafasnya pelan, dan langsung berjalan menuju lantai dua SMA, tepatnya kelas Sherina kini.
Baru saja ingin melangkah menaiki tangga tiba-tiba terdengar sorakan yang sangat membisingkan telinga Sherina.
Tanpa pikir panjang Sherina membalikkan badannya. Dan langsung menoleh pada bahan sorakan saat ini.
"SIALAN LO, EMANG GARA-GARA LO KAN SAHABAT GUE JADI GINI!!" Pitam Dinda sambil menunjuk nunjuk wanita yang ada di depannya.
Sherina sangat kaget melihat sahabatnya menjadi tontonan dosa itu. Tanpa ba bi bu, Sherina berlari menenangkan Dinda dan wanita yang telah menjadi orang ketiga dalam hubungannya itu.
' teruss dong, sekalian jambak-jambakan.'
' habisin se habis-habisnya.'
' jangan kasih kendor.'
Adu domba beberapa siswi pun mulai membuat Sherina semakin naik pitam. Dia tidak ingin sahabatnya kenapa-kenapa. Apalagi berhubungan dengan wanita pelakor itu.
"UDAH!!..Awh" Tamparan tadi cukup keras sekali, membuat Sherina terjatuh lemas.
"Sher lo gak papa kan!!" Panik Dinda disusul dengan kemarahan yang sangat memuncak. "Dasar lo ya gak tahu diri, lo tau kan dia udah cukup sabar sama lo, dan lo tahu kan dia udah relain semuanya untuk lo!" Bentak Dinda membuat Tasya geram melihatnya dipermalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Datang untuk Pergi
Romance• Sherina Chelsea • Hari itu menjadi hari yang sangat sulit terima, kau benar-benar pergi dariku, meninggalkan ku entah sampai kapan? Semua yang ku inginkan lenyap seketika bersama kepedihan ku, keinginan itu belum sepenuhnya terpenuhi, kini aku han...