*06.30
Pemuda itu telah bangun dari tidurnya satu jam yang lalu. Dengan langsung melakukan sedikit pemanasan seperti push up, sit up, dan sedikit gerakan peregangan otot, dia memulai hari. Tubuh liat padat itu kini sedang mengeringkan diri, sehabis mandi yang kemudian dilanjut dengan acara memakai seragam. Sesekali, dia memandangi cermin, hanya untuk melihat bagaimana bentuk tubuhnya sendiri yang tergolong bagus. Dia sedang asyik memakai seragam sekolah SMP nya hingga-
"Kak Sur, buruaaaan. Ia dikit lagi masuuuuuuk. Gerbangnya keburu ditutup kaaaak." Jerit bocah berumur 5 tahun lebih muda itu sambil menggedor-gedor pintu kamar seseorang dari luar
"Iyaa iyaa,ini kakak tinggal kancing baju doang kok, Ia"
"Ya udah buruan kak. Kakak juga masih belum sarapan juga,kan." Gerutu bocah itu sambil berjalan turun, menuju lantai dasar dari rumah itu. Suryatami Prawintoro, adik dari Suryatama Prawintoro, yang sekarang menduduki tingkat sekolah dasar kelas 4. Dengan rambut yang dikuncir sebelah kiri dan kanan dan poni yang menutupi dahi, semakin melengkapi komposisi wajahnya yang manis, persis seperti ibunya.
Sementara itu, di lantai bawah.....
"Lho nduk, kakakmu masih belum bangun, tho Ia?" Tanya perempuan berusia 34 tahun itu sambil merapikan kotak bekal untuk Ami,atau yang biasa dipanggil Ia itu.
"Udah, Bu. Cuma masih dandan dulu tadi kakak tuh. Kakak mah kebiasaan kalo dandan betah banget lama lama kaya cewek. Aku aja kalo dandan ga-AWUWUWU KAK WEPAAAAAASS!!!"
"Ini kakak udah turun, Ia. Bawel banget adek kak-IA LEPAS,JANGAN GIGIT!"
Ia hanya mengelap mulutnya, bekas dari bekapan tangan kakaknya sambil berpura-pura meludah. Kedua orang tuanya yang ada di meja makan hanya bisa menggeleng kepala, melihat kebiasaan pagi kakak beradik itu.
Surya? Jangan tanya apa yang dia lakukan selain mencak-mencak sambil mengibaskan tangannya supaya rasa sakit dari gigitan adiknya segera hilang.
"Makanya kamu itu jangan lama lama kalo dandan, Sur. Kasian adek mu udah mau terlambat."
"Lagi kamu juga ngapain dandan lama-lama,Sur. Pacar aja gak punya."
😐😑😑
"Kamu beneran udah punya pacar Sur?"
"Hush, Bapak. Apaan sih. Anak kita masih SMP. Nanti kalo udah SMA baru boleh kenal pacaran." gerutu perempuan yang mereka panggil dengan sebutan 'ibu' itu sambil memajukan bibirnya, merajuk.
"Uh, Ibu kok bibirnya dimajuin, mau Bapak ci-"
"Pak, ongkos!" Ucap kakak beradik itu serempak, sambil menadahkan tangan mereka.
"Kita berangkat dulu Pak, Bu." Pamit Surya dan Ami kepada orang tuanya sambil mencium kedua tangan orang tuanya.
.
.
.
.
.
"Kakak ngapain senyum-senyum sendiri?" Tanya Ia dengan polosnya."Ah... Umm.. kakak cuma lagi mikir, kok Ia lucu banget sampe sampe kakak mau cubit pipinya." Surya yang tertangkap basah hanya bisa mencari alasan se logis mungkin untuk menghilangkan rasa penasaran adiknya.
"Adeknya siapa dulu, dong!" Ucap Ia sambil turun dari motor. Menyalami kakak tersayangnya tanpa menaruh rasa curiga berkelanjutan.
"INOOOOO, AYOOO KE KELAS BARENG IA!" teriak bocah itu tanpa menghiraukan respon sang kakak yang tengah terbengong melihat bagaimana adiknya memanggil teman lelaki sebayanya.
"INOOO GA MAUU, IAAA." Balas bocah laki laki itu sambil berlari memegang tali tasnya, menhindari kejaran bocah perempuan yang berlari.
Surya hanya tersenyum,kemudian memutuskan untuk menyalakan kembali motornya. Bibirnya tertarik kembali ke arah samping. Entah mengapa rasanya dia menjadi begitu bersemangat untuk segera sampai disekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quo Vadis. (On Hold)
Подростковая литератураMereka awalnya tidak saling mengenal, meski sudah berada ±1 tahun menempuh pendidikan di tempat yang sama. Cuek, acuh, kadang riang, humoris, mereka sama sama memiliki sifat itu. Dimulai dari insiden kecil di pagi hari itu, yang kemudian membawa me...