Quo Vadis. (On Hold)

Prolog

3 Juni 2008

"...Lalu apa maumu?.."

"...Kau tau dengan jelas apa maksudku."

"Bagaimana dengan hari yang telah kita lalui? Dengan hal yang telah kita lakukan? Apakah itu tak ada artinya?"

"Haruskah kita mengungkit semua yang telah kita lalui? "

"Lantas mengapa kau menerimaku waktu itu?! Mengapa kau setuju untuk memulai lembar baru bersama ku hari itu?!"

"Apa kau bercanda? Bahkan kita tidak memulai apa-apa! Kau hanyalah hidup dalam halusinasi mu saja selama ini."

"Lalu, apa artinya hubungan kita selama ini?"

"Yang ada hanyalah kau, aku, tidak ada yang namanya kita. Tidak ada. Sama sekali."

Pemuda berwajah datar itu terlihat membetulkan letak kacamatanya, sementara pemuda yang satunya tengah memalingkan wajah. Menahan laju air asin yang ingin keluar dari liangnya

"Baiklah kalau itu maumu, terima kasih untuk 3 tahun yang telah kita lalui."

"..."

"Kita-"

"........."

"-putus."

Terkadang, kita melupakan fakta bahwa-

"Selamat tinggal, Surya."

"Sama sama-"

-Dalam suatu hubungan, tak hanya 1 pihak yang terlibat-

"-Randy." Bisik pemuda manis itu.

-melainkan kedua belah pihak, yang sama sama merasakan imbasnya. Membiarkan ruangan aula itu menjadi saksi bisu atas berakhir nya sebuah hubungan.

Mereka sama-sama sadar, bahwa tak ada lagi yang dapat dipertahankan, meskipun mereka ingin. Ego yang menguasai diri, yang akhirnya mengacaukan segalanya. Mereka sama-sama terjatuh. Dan disinilah titik pemberhentian mereka. Dengan memikul rasa yang sama, sama-sama sedih, dan juga...

Kecewa.

-End of : prolog.

*

Ini karya pertama ku di dunia oren ini. Kalau ada beberapa yang kurang pas, cantumkan di kolom komentar. Ku menerima segala kritik dan saran kok. Btw, gunakan bahasa yang baik dan benar, ya!

Untuk selanjutnya,mungkin akan ada perkenalan karakter nya dulu. Of course, cuma secara garis besarnya aja. Selebihnya, nanti kalian simpulkan sendiri bagaimana yak😂😂😂

Btw (lagi)...
Mind to vote and comment?

See ya!