#1

117 14 6
                                    

-23 April 2004

*

"...Sur, kantin gak?"

Tanya pemuda jangkung berkacamata bulat itu. Dia sudah berdiri dari kursinya, hendak menuju ke kantin.

"Duluan aja, Jar. Gue masih mau ketemu Bu Betet dulu di Ruang Guru." Sahut Surya, yang kemudian mendapat balasan anggukan —oke, dari Fajar. Kemudian kembali berkutat dengan tugasnya yang belum rampung.

Ya, Suryatama Prawintoro. Pemuda berdarah pribumi asli yang sedang menempuh bangku pendidikan tingkat menengah pertama, untuk saat ini. Pemuda ini tengah berada di kelasnya, kelas VIII-2, berusaha menyelesaikan tugasnya yang belum selesai.

"Sur..." Panggil gadis berambut hitam, yang tengah berjalan menuju meja pemuda yang sedang menyelesaikan tugasnya. Oh, jangan lupakan fakta bahwa dia -perempuan itu, adalah pemegang jabatan tertinggi di kelas VIII-2 setelah wali kelasnya. Ya, Ketua Kelas.

"Apa, Ngel?" sahut Surya, tanpa perlu menolehkan kepalanya kepada gadis berambut hitam itu

"Lu dipanggil Bu Betet sekarang. Tugasnya ditanyain tuh." Ucap gadis itu

"Duh, bacot deh tuh gu— duh, Ngel! Sakit woi!" Jerit Surya yang diiringi delikan dari sang empunya cubitan

"Sukur, lagian ngatain guru mulu lu. Jelas-jelas lu yang salah, koplak." Gemas Angel sembari melepas cubitan —yang konon katanya sebagai pemilik cubitan paling sakit di kelas VIII-2 ini, sih.

Sementara, siswa siswi yang lain tengah menahan tawa, sebagian lagi tengah terkikik geli menyaksikan adegan cubit-cubit gemas itu.

"Gila. Surya masih pagi udah nyari gara-gara sama Angel." ucap Romi, pemuda yang duduk di pojok-kanan-belakang kelas, yang asyik menonton sesuatu di laptopnya bersama siswa laki-laki yang lainnya. Tenang saja, mereka menonton kartun spons kuning dan bintang laut, bukan melihat Tante berkacamata itu, iykwim:)). Sementara, yang lain masih fokus dengan kartun.

"Emang bener tuh guru banyak bac— o-oke, Ngel. Damai, kita damai." Ucap Surya, sambil menunjukan 2 jarinya ke arah Angel dan tak lupa cengirannya, yang hanya ditanggapi dengan ekspresi datar dari ketua kelas.

"Ya udah, buruan kasih sana."

Memang sudah menjadi urusan ketua kelas tentang bagaimana mencapai kemakmuran bagi warga kelas, termasuk perihal nilai-nilai akademik —meskipun hanya beberapa ketua kelas yang mempedulikan hal-hal tersebut , namun Angel berbeda. Dan ya, Angel mengatakan itu sebagai bentuk kepeduliannya terhadap teman-temannya.

"Bacot."

*

"ANTO BALIKIN BUKU GUE!" teriak pemuda manis berlesung pipi sebelah itu sambil mengejar pemuda yang tengah membawa buku si pemuda manis itu

"Sebentar anjir, Ran. Gue mau liat dulu. Gue belum ngerjain tugasnya ini. Abis ini jam Bu Betet kita." ucap pemuda satunya yang masih berlari menghindari kejaran -dan amukan- temannya akibat aksi tarik-paksa-buku-tugas-di-jam-istirahat. Mari berdoa semoga Anto dapat selamat.

Pemuda itu, Arrandy Wisesa, pemuda berusia 14 tahun itu tengah menghirup oksigen sebanyak-banyaknya akibat berlari mengejar Anto yang tengah menyalin tugas untuk pelajaran selanjutnya. Berdarah pribumi asli, dan memiliki wajah yang manis untuk seukuran laki laki, yang kerap kali dijadikan bahan lelucon oleh 36 orang di kelasnya—kelas VIII-5. Randy tidak marah, saat dijadikan bahan candaan, sungguh. Malah terkesan menikmati candaan receh itu. Meskipun terkadang dia suka jengah dengan sikap teman-temannya yang agak berlebihan, sih.

Misalnya....

"Hoi, Ran..." Panggil imam, seraya menghampiri Randi di kursinya

"Ada apaan, Mam?"

"Pacaran Ama gue, yuk!" Ucap imam yang kemudian mendapat pelototan dari Randi. Namun, tak sampai situ saja...

"HOI GAES, KENALIN NIH,—sambil menunjukkan tangannya yang bergandengan, imam melanjutkan—PACAR GUE" ucap imam secara tiba-tiba

Reflek, tangan kiri Randi yang digenggam imam terlepas dan-

PLAK

"AWUUUUU, RANDI GUE BERCANDA DOANG ANJIR." jerit imam, yang telah menjadi korban akibat ulahnya sendiri. Mari kita doakan (lagi) agar otak kepala imam tidak berceceran kemana-mana.

Sedangkan Randi, hanya menatap datar korban kesadisan tangan kirinya, sambil sesekali menarik sudut bibirnya. Meskipun hanya sedikit.

Kembali ke masa kini...

"Sini balikin buku gue, To!" ucapnya sambil mengejar Anto, lagi.

Anto panik, -bukan, bukan panik karena dikejar oleh sang empunya buku namun panik karena sedikit lagi jam istirahat akan berakhir.

"Sebentar anjir, Randy. Gue pinjem sebentar doang sampe bel masuk." ucap Anto sambil menghindari Randy dan amukannya.

Sebenarnya, bukan tentang pelit atau tidaknya Randi dalam meminjamkan tugasnya, namun ada beberapa rahasia yang Randi simpan —yang bodohnya rahasia itu ada di buku yang tengah Anto pegang dengan mesranya.

Anto kemudian berlari, menuju keluar kelas. Namun...

Brukk...

"Aaaa...."

"..."

"Lu kalo jalan tolong, matanya dipake buat liat keadaan jalannya, dong!" Ucap pemuda manis itu, sambil mengelus bokongnya yang mendarat mulus di lantai depan kelas. -itu bukan suara Anto, sungguh.

"..." Pemuda yang menjadi korban tabrak-jatuh pagi hari itu hanya menatapnya datar, tanpa basa basi langsung melangkahkan kakinya kembali menuju Ruang Guru

"Heh, Lo!" Teriak Randi, di koridor sekolah. Pemuda yang tadi di tabraknya hanya berbalik, mengangkat satu alisnya, –yang entah mengapa memicu gelenyar rasa aneh dalam diri Randi.

"Apa?" Tanya pemuda itu, yang dibalas—

"L-Lo sama sekali ga tau sopan santun ya?! Udah nabrak ga ada minta maafnya sama sekali!."–emosi dari Randi sambil bersungut-sungut,menatap pemuda di hadapannya dengan marah. Tentunya sambil menahan rasa grogi yang menari-nari Di dada, entah mengapa.

"Lo pura-pura goblok atau emang goblok beneran?" Tanya pemuda di depan Randi dengan cuek, terlihat bahwa pemuda itu tak berminat untuk meladeni emosi si pemuda manis tersebut.

"Lo- woi, Lo! Mau kemana lo, anjir!" ucapan Randi terputus kala bel tanda istirahat berakhir telah berbunyi, dan meninggalkan Randi sendiri di koridor. Pemuda itu? Dia langsung berlari, meninggalkan Randi yang tengah mencak-mencak layaknya gadis yang tengah menerima tamu bulanan.

"Sial." ucap Randi, yang tentunya sambil menahan kekesalannya terhadap pemuda itu. -oh,jangan lupakan gelenyar aneh yang sempat dirasakan Randi tadi.

Sementara itu...

"...Bu, maaf. Ini tugas yang kemarin." ucap Surya sambil menenangkan nafasnya yang kurang teratur akibat berlari dari lantai 2 menuju Ruang Guru yang terletak di bawah.

"Lha kamu itu gimana sih, Sur? Masa tugas selalu terlambat begini. Gak biasanya kamu terlambat begini, Sur". Ucap Bu Betet,sambil menerima tugas dari muridnya.

"...maaf,Bu." Hanya 2 kata itu yang dapat Surya ucapkan. Yang kemudian hanya mendapat tatapan maklum dari Ibu gurunya.

Setelah menyerahkan tugas kepada Bu Betet, Surya beranjak kembali ke kelasnya. Saat berjalan, dia memikirkan sesuatu sambil sesekali tersenyum karena mengingat kejadian naas tadi.

"Hmmm, manis."

🐣

Ini apa?
Cuma pelampiasan ayam doaaaaaaang, haha.

Btw, ayam lupa ngasih tau, ini genrenya bxb. Iya, bxb alias cowok suka cowok. So,buat yang anti, jangan dilanjut. Lanjut? Tanggung sendiri. Hehe.

Vote & comment (?)

Quo Vadis. (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang